Tampan, kaya, adalah hal yang menarik dari seorang Regan dan menjadikannya seorang playboy. Selama bersekolah di Ganesha High School semuanya terkendali dengan baik, hingga akhirnya datang seorang gadis berwajah pucat, bak seorang mayat hidup, mengalihkan dunianya.

Berniat ingin mempermalukan gadis itu, lama kelamaan Regan malah sem...Read More >>"> REGAN (Chapter 11: MURID BARU) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - REGAN
MENU
About Us  

Perempuan berperawakan kurus, dengan rambut di poni, keluar dari ruang kepala sekolah mengekori Bu Lisna, yang merupakan wali kelas XII IPA 1 di Ganesha High School. Dengan tatapan dingin, kepalanya menoleh kanan-kiri menatap sekitarnya. Kulit putih yang seharusnya membuat banyak orang iri, malah sebaliknya. Mereka yang menatap lebih baik menundukkan kepalanya, sembari berceloteh enggak jelas.

“Naila, silakan masuk,” pinta Bu Lisna saat menatap Naila tertahan di ambang pintu.

Begitu Naila masuk, respons anak murid kelas IPA 1 ini langsung terbelalak, bahkan ada juga yang langsung memalingkan wajahnya. Siapa yang tidak terkejut melihat sosok Naila; berkulit putih, rambut berponi dan panjang sepinggang, semuanya tampak menyeramkan saat tatapan dinginnya beradu pandang dengan orang-orang yang—mungkin—menjadi temannya.

“Jadi ibu, membawa teman baru di kelas kita, silakan perkenalkan dirimu,” terang Bu Lisna dengan senyum yang merekah.

Laki-laki dengan rambut agak sedikit acak-acakkan mengacungkan tangannya, membuat pengisi ruangan ini menyorot kepadanya.

“Biar gue tebak, rumah lo pasti di kompleks Pemakaman Melati, iya, kan?” Laki-laki itu tertawa di ujung kalimatnya, disusul dengan yang lainnya, membuat Bu Lisna berseru keras untuk memadamkan tawa anak muridnya.

“Silakan.” Bu Lisna menyilakan Naila untuk memperkenalkan diri di depan yang entah pantas disebut sebagai teman.

Naila maju selangkah, menatap dingin ke pengisi kelas yang terbungkam ngeri menatapnya. Sejenak ia terdiam, sampai ia menghela napas pendek. “Perkenalkan nama saya Naila Setyaningrum, pindahan dari Bandung. Kalian bisa memanggilku Naila—“

“Lebih pantas dipanggil hantu dibandingkan nama lo!” Lagi-lagi laki-laki itu mengejek Naila, tapi ia tak sedikitpun memberikan respons selain dari tatapan dingin.

“Betul, atau kalo lo gak mau, tambahin aja kata setan di depan nama lo, jadi Setanaila, itu lebih mencerminkan diri lo!” tambah laki-laki yang lainnya.

“Danu! Aji! Kamu ini ya, setelah ini kalian ke ruangan ibu. Ibu punya kejutan buat kalian berdua. Nah, untuk Naila, silakan duduk di bangku yang berada di belakang di samping bangku Kezia.” Kemudian Bu Lisna beranjak dari kelas diikuti oleh Danu dan juga Aji.

Naila duduk di bangku kedua akhir, selama berjalan menuju bangkunya tak sedikitpun Naila menoleh ke sampingnya. Meskipun teman-temannya berucap kata-kata yang menyesakkan hatinya, tapi ia tidak peduli dengan mereka. Hatinya sudah terlalu kuat dengan ucapan seperti ini. Hampir 12 tahun, Naila diberi makanan seperti ini oleh teman-temannya. Bahkan sejak kepindahannya ke sini, Naila tidak pernah berharap akan mendapatkan teman. Dan sekarang terbukti, mereka malah menjatuhkan dibandingkan merangkulnya.

“Assalamualaikum?” Sosok berhijab dengan topi di kepalanya datang, dan duduk di depan bangku Naila. Senyumnya yang manis, terpapar membalas tatapan teman-temannya, bahkan sebelum duduk ia juga memaparkan senyum kepada Naila. Namun, gadis itu malah membalasnya dengan tatapan dingin.

Perempuan berhijab itu memtar tubuhnya, menatap Naila yang bergeming. Ia kembali tersenyum kepadanya, tapi dia masih memasang ekspresi dingin.

“Hai, namaku Kezia, kalo kamu?” Kezia mengulurkan tangannya ke arah Naila.

“Aku Naila,” jawab Naila sambil membalas uluran tangan Kezia

Baru kali ini, Naila mengenal nama seseorang dengan cara berkenalan seperti ini. Biasanya, Naila mengetahui nama-nama orang sekelasnya atas bantuan absen oleh guru-guru yang mengajar. Meskipun pada akhirnya, tidak ada siapa pun yang hendak menjadi temannya. Di saat ada tugas kelompok, mereka malah mengusirnya. Terpaksa, tugas yang seharusnya dikerjakan secara kelompok, ia kerjakan individu.

“Sekarang kamu tinggal di mana?” Naila membeku, bahkan memalingkan wajahnya dari Kezia, membuat perempuan berhijab itu mengerutkan dahinya, heran.

“Hm, kalo begitu, sampaikan salamku kepada orang tuamu.” Kezia memutar kembali tubuhnya, dengan perasaan yang membingungkan atas perkenalannya dengan Naila.

O0O

Waktu yang selalu dinantikan oleh para murid, akhirnya menumpas waktu pelajaran yang dibawakan oleh sang pahlawan tanpa jasa. Kezia menoleh ke belakang hendak mengajak Naila untuk pergi ke kantin. Senyum yang telah diukir sebelumnya perlahan memudar melihat kondisi Naila yang terlihat menyedihkan.

“Zi, awas jangan deketin dia, lihat wajahnya tambah pucat. Dia itu setan Zi,” seru temannya yang langsung beranjak dari hadapan mereka.

Kezia kembali menatap Naila. “Nai, kamu baik-baik aja, kan? Hm, ayo kita ke UKS aja, Nai,” ujar Kezia sambil meraih tangan Naila.

“Enggak perlu.” Naila melepaskan genggaman Kezia, lembut.

“Hm, kalo gitu aku beliin makanan aja, ya?” Kezia segera beranjak dari hadapan Naila untuk pergi ke kantin membeli makanan.

Naila bergeming, tubuhnya sangat lemas. Ia tidak bisa berbuat apa-apa, selain menutup wajahnya yang terus mengeluarkan keringat dingin. Di tambah rasa sakit di perutnya yang mungkin penyebab kepalanya pusing. Sekolah, adalah hal yang diinginkannya, tapi tanpa sarapan adalah bencana baginya. Mereka tidak peduli dengannya. Tidak bekerja, tidak bisa makan. Sekolah hanya pakaian agar terlihat baik di mata orang, begitulah mereka.

Detik berikutnya Kezia kembali dengan nasi bungkus dan satu botol air mineral. Awalnya, Naila menolak tapi Kezia berhasil memaksanya. Dengan tatapan dinginnya, Naila mulai melahap makanan yang diberikan oleh Kezia. Sang pemberi hanya memaparkan senyum untuknya.

“Hm, Nai, aku ingin tahu rumahmu di mana. Hm, siapa tahu kita bisa pulang bareng, atau paling tidak kita bisa belajar bareng.” Kezia mengulang kembali pertanyaannya dengan intonasi yang lembut dan hati-hati.

Naila tidak menjawabnya. Ia malah sibuk menyantap makanannya dengan begitu lahap. Yang dulunya menatap senang, kini Kezia menatap prihatin ke arah Naila. Kezia merasa ada yang aneh dengan Naila. Perempuan pemilik tatapan dingin ini, seperti menyimpan rahasia tentang kehidupannya.

“Hm, Nai, aku minta maaf, kalo pertanyaanku tadi membuat kamu tidak nyaman. Aku ke masjid dulu, ya, assalamualaikum.” Kezia berlalu dari hadapan Naila yang tidak menggubrisnya sedari tadi.

Hingga detik berikutnya …

“Aku tinggal di Perumahan Mandalawangi.”

Sekilas Kezia menoleh ke arah Naila. Gadis itu masih sibuk dengan makanannya, kemudian ia melanjutkan niat awalnya, yaitu ke masjid. Sebagai ketua Rohis, Kezia melahirkan program salat dhuha, dan setelah itu ia akan berdiskusi dengan anggota lainnya.

Sementara itu, Naila membereskan mejanya dan membuang sampah makanan keluar. Saat kakinya menginjak lantai luar, orang-orang yang sedang berkumpul di sana sedikit terusik. Ada yang beranjak, dan ada juga yang mengubah posisi duduknya. Namun, ia tidak peduli terhadap mereka, lantas Naila kembali masuk ke kelasnya yang lenggang.

Saat Naila kembali duduk, samar-samar telinganya mendengar ucapan-ucapan menyakitkan dari orang-orang tadi.

Naila menatap kembali bukunya berusaha untuk tidak mencerna ucapan mereka. Sampai bel masuk berbunyi Naila tidak pernah mengalihkan tatapannya dari buku tulisnya, sebelum guru yang akan mengajar datang. Cukup telinganya yang menanggung ucapan seperti itu, jangan sampai kedua bola matanya turut ternodai oleh ekspresi mereka.

Kezia kembali hadir di hadapan Naila. Seperti biasa, gadis berhijab ini memaparkan senyum manisnya.

“Tadi kamu bilang, kamu tinggal di Perumahan Mandalawangi. Jaraknya lumayan sih dari rumah aku, mungkin kalo ada waktu aku bisa bermain ke rumahmu.” Kezia begitu senang dengan ucapannya itu, tapi saat melihat Naila tak bereaksi apa pun ia kembali memudarkan ekspresi senangnya.

“Nai, kamu baik-baik saja, kan? Hm, kalo nggak boleh, yaudah, aku enggak maksa kok, maaf ya. Nai, kalo misalkan kamu punya masalah, cerita aja, ya, siapa tahu aku bisa membantumu.” Entah datang dari mana keberanian ini, toh sikap yang ditonjolkan oleh Naila malah membuatnya penasaran. Untuk membalas rasa penasaran ini, ia harus mencari tahu apa yang membuat Naila bersikap seperti ini.

O0O

Naila keluar dari kelasnya ketika hampir seisi kelas telah bubar, sebelumnya Kezia mengajaknya untuk pulang bareng, tapi ia menolaknya. Naila hanya ingin sendirian, dan tidak pernah mengharapkan punya teman, meskipun dalam sanubari yang paling dalam ia sangat bersyukur atas kehadiran Kezia.

Cewek itu keluar dengan kepala tak menunduk lagi, kedua netranya teredar ke setiap penjuru sekolah yang hampir sehari ini diabaikannya. Naila berjalan melewati setiap kelas, sekolah ini benar-benar sudah sepi hanya berisi jejak-jejak kegaduhan yang terjadi sebelumnya. Sesekali ia menghela napas, dan pada saat kepalanya hendak menatap ke depan sesuatu membuat dirinya terjatuh begitu pula dengan barang-barang yang di bawa oleh seseorang yang ditabraknya.

“Aw!” desah Naila.

“Lo enggak apa-apa, kan?” tanya cowok itu.

Tanpa membalas, apalagi menoleh Naila bangkit dan setengah berlari menghindari cowok itu. Naila langsung menghentikan mobil angkutan dan pergi, seolah-olah apa yang baru saja terjadi tidak pernah terjadi.

Naila sangat bersyukur, karena kejadian tadi terjadi di saat orang-orang sudah tidak ada. Kalau sebaliknya, sudah dapat dipastikan orang-orang akan terus melengkapi cerita-cerita aneh tentang dirinya.

O0O

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
U&I - Our World
329      222     1     
Short Story
Pertama. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu indah, manis, dan memuaskan. Kedua. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu menyakitkan, penuh dengan pengorbanan, serta hampa. Ketiga. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu adalah suatu khayalan. Lalu. Apa kegunaan sang Penyihir dalam kisah cinta?
PELANGI SETELAH HUJAN
419      293     2     
Short Story
Cinta adalah Perbuatan
Dearest Friend Nirluka
59      54     0     
Mystery
Kasus bullying di masa lalu yang disembunyikan oleh Akademi menyebabkan seorang siswi bernama Nirluka menghilang dari peradaban, menyeret Manik serta Abigail yang kini harus berhadapan dengan seluruh masa lalu Nirluka. Bersama, mereka harus melewati musim panas yang tak berkesudahan di Akademi dengan mengalahkan seluruh sisa-sisa kehidupan milik Nirluka. Menghadapi untaian tanya yang bahkan ol...
Heya! That Stalker Boy
507      299     2     
Short Story
Levinka Maharani seorang balerina penggemar musik metallica yang juga seorang mahasiswi di salah satu universitas di Jakarta menghadapi masalah besar saat seorang stalker gila datang dan mengacaukan hidupnya. Apakah Levinka bisa lepas dari jeratan Stalkernya itu? Dan apakah menjadi penguntit adalah cara yang benar untuk mencintai seseorang? Simak kisahnya di Heya! That Stalker Boy
Snow
2449      810     3     
Romance
Kenangan itu tidak akan pernah terlupakan
Pesona Hujan
885      467     2     
Romance
Tes, tes, tes . Rintik hujan kala senja, menuntun langkah menuju takdir yang sesungguhnya. Rintik hujan yang menjadi saksi, aku, kamu, cinta, dan luka, saling bersinggungan dibawah naungan langit kelabu. Kamu dan aku, Pluviophile dalam belenggu pesona hujan, membawa takdir dalam kisah cinta yang tak pernah terduga.
27th Woman's Syndrome
9661      1807     18     
Romance
Aku sempat ragu untuk menuliskannya, Aku tidak sadar menjadi orang ketiga dalam rumah tangganya. Orang ketiga? Aku bahkan tidak tahu aku orang ke berapa di hidupnya. Aku 27 tahun, tapi aku terjebak dalam jiwaku yang 17 tahun. Aku 27 tahun, dan aku tidak sadar waktuku telah lama berlalu Aku 27 tahun, dan aku single... Single? Aku 27 tahun dan aku baru tahu kalau single itu menakutkan
HEARTBURN
328      235     2     
Romance
Mencintai seseorang dengan rentang usia tiga belas tahun, tidak menyurutkan Rania untuk tetap pada pilihannya. Di tengah keramaian, dia berdiri di paling belakang, menundukkan kepala dari wajah-wajah penuh penghakiman. Dada bergemuruh dan tangan bergetar. Rawa menggenang di pelupuk mata. Tapi, tidak, cinta tetap aman di sudut paling dalam. Dia meyakini itu. Cinta tidak mungkin salah. Ini hanya...
Nina and The Rivanos
8466      1903     12     
Romance
"Apa yang lebih indah dari cinta? Jawabannya cuma satu: persaudaraan." Di tahun kedua SMA-nya, Nina harus mencari kerja untuk membayar biaya sekolah. Ia sempat kesulitan. Tapi kemudian Raka -cowok yang menyukainya sejak masuk SMA- menyarankannya bekerja di Starlit, start-up yang bergerak di bidang penulisan. Mengikuti saran Raka, Nina pun melamar posisi sebagai penulis part-time. ...
The Ruling Class 1.0%
1161      474     2     
Fantasy
In the year 2245, the elite and powerful have long been using genetic engineering to design their babies, creating descendants that are smarter, better looking, and stronger. The result is a gap between the rich and the poor that is so wide, it is beyond repair. But when a spy from the poor community infiltrate the 1.0% society, will the rich and powerful watch as their kingdom fall to the people?