Ini adalah resiko yang sudah sejak awal aku ambil, maka aku akan menjalaninya sampai selesai. Kisah kejadian di hari ini terasa cepat sekali.
Semua terasa seperti mimpi yang hinggap di ingatan dengan sangat jelas. Pukulan tadi pagi juga masih terasa sakitnya sampai sekarang.
Entah apa yang sedang dilakukan orang-orang pada Pak Wicak. Meskipun kadang aku geram dengan perintahnya yang aneh-aneh dan banyak menuntut, namun jika ia diperlakukan tidak adil aku akan menjadi orang yang paling depan untuk membelanya.
Semalaman penuh aku tak bisa tidur, Eoni memberikanku semangkuk bubur kacang hijau dan segelas jahe wangi agar badanku enak, namun itu tak membantu banyak. Pikiranku ingin tuannya terus terjaga.
“Kesehatan itu tanggung jawabmu, jangan sampai sakit, mungkin kau penasaran tapi aku juga. Aku benci karena menjadi tidak tahu. Tapi untuk sekarang ini kita tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu.” Terangnya.
Beberapa kalimat Eoni seringkali menjadi boster untukku, tapi tidak kali ini. Aku sudah terlanjur tidak bersemangat.
“…habiskan ini semua, lupakan kejadian seharian ini, ya?” Tanyanya, yang kusambut dengan anggukan pelan dan sedikit senyum, “Tetaplah membumi, hiduplah dalam kenyataan. Hentikan pikiran-pikiran jauhmu yang sia-sia itu. Jangan meng-ide yang tidak-tidak, gagasan yang dibuat oleh pikiran yang sedang marah, seringkali tidak membuat keadaan lebih baik. bersabarlah Tuan rata-rata air.” Ia menepuk punggunggu tiga kali. Ia sering sekali melakukan ini padaku
Walaupun tidak banyak yang berubah karena aku tetap malas-malasan, tapi keberadaan Eoni sangat membantu.
Aku jadi tidak terlalu terpuruk dibanding dengan keadaanku sebelumnya ketika menghadapi masalah, dengannya aku merasa lebih baik.
“Aku akan ke tempat El sebentar, dan ketika aku kembali, aku harap makanan di meja ini sudah habis. Jika tidak aku akan meninggalkanmu. Tak mau lagi aku mengurusimu yang lembek begini!” Dengan senyum kecut Eoni meninggalkanku, perkara ia serius atau tidak dengan perkataannya tadi, aku tidak tahu.
Tapi aku rasa aku sudah punya kunci untuk hatinya, ia tak mungkin tega melakukan itu padaku.
“Maaf jika aku terlalu rewel dan keras padamu, Dif. Kau pasti paham, jika aku bertanya atau berkata padamu, sebenarnya aku juga sendang melakukan hal yang sama pada diri sendiri. Kita di sini semua harus kuat, harus tahan banting dan tidak boleh terluka oleh hal-hal sepele. Meskipun senior-senior kita besok absen semua, penelitian ini harus tetap berprogres. Istirahatlah!” Eoni menjelaskan.
Tanpa menunggu lebih lama, aku menghabiskan makanan yang Eoni sediakan. Malam ini aku harus tidur.
Sebab tak ada obat lain yang aku butuhkan selain lupa, dengan tidur aku bisa dapat alternativnya.