Read More >>"> Our Different Way (DUA BELAS) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Our Different Way
MENU
About Us  

Besok adalah harinya, hari di mana Gian akan menampilkan bakatnya dalam kompetisi piano yang dia ikuti.

Sebagai orang yang sama sekali tidak paham mengenai musik, aku tidak bisa membantu banyak. Yang bisa kulakukan adalah berdoa pada Tuhan agar Gian dapat mengikuti kompetisi itu dengan lancar dan mendapat hasil terbaik.

Selain itu, mungkin aku juga bisa membantu Gian dengan memberikan dia sebuah pakaian untuk dipakai saat hari kompetisi, supaya dia tahu bahwa aku mendukungnya dengan sepenuh hati sehingga bisa mengurangi kegugupan yang dia rasakan.

Sebenarnya aku ingin memberikan jas itu secara diam-diam dengan memasukkan ke dalam tasnya saat dia masih tidur pulas setelah bel pulang berbunyi. Tapi dia keburu membuka mata saat tanganku baru saja hendak membuka resleting tas.

Karena sudah terlanjur ketahuan, kuminta saja dia untuk membuka jas itu yang sudah dibungkus dengan rapi. Kedua matanya seketika berbinar cerah begitu mengetahui barang yang kuberikan.

Gian memandang pemberianku dengan tatapan takjub: “Waaah … ini buatku? Kamu ngasih ini ke aku? Serius? Baju sebagus ini? Sejak kapan kamu belinya? Kok nggak bilang-bilang dulu? Wahhh …”

“Kemarin, pas keluar sama Papa, aku nggak sengaja lihat itu,” jawabku. “Kelihatannya bagus kalau kamu pakai. Kebetulan juga lagi ada diskon gede-gedean. Untung stoknya yang seukuran kamu belum kejual habis. Jadi, aku langsung beli dan minta buat bungkusin sekalian, he he he.”

“Jasnya bagus. Makasih. Aku suka. Nanti, kalau sampai rumah, aku bakal coba. Tapi, kalau dilihat-lihat, kayaknya pas, sih,” kata Gian.

“Nanti jangan lupa fotoin, terus kirim ke aku. Aku juga mau lihat,” kataku saat Gian melipat kembali jas itu untuk dia masukkan ke dalam tas.

Setelah itu, kami keluar kelas dan menuju parkiran sekolah. Gian mengambil motor dan minta aku untuk segera naik setelah selesai memakai helm.

Lalu, kataku pada Gian saat kami dalam perjalanan pulang:

“Gian, besok semangat, ya!”

“Iya, makasih.”

“Aku dukung kamu.”

“Iya,” kata Gian. “Besok aku akan berusaha maksimal, doain.”

Kami berpisah saat Gian selesai mengantarku ke rumah. Setelah masuk rumah, segera kulepas seluruh seragamku di dalam kamar mandi lalu mulai mandi guna membersihkan badan yang terasa lengket.

Telepon dari Gian masuk ketika hari sudah malam.

“Selamat malam! Apa benar saya sedang bicara dengan perempuan yang mengisi hatinya Gian?” tanya Gian.

“Ha ha ha, iya, ini aku.”

“Aku udah coba baju yang kamu kasih.”

“Gimana menurutmu? Pas, nggak?”

“Ukuran badannya, sih, pas, tapi …”

“Tapi apa? Kamu nggak suka modelnya?”

“Suka, tapi kayaknya kurang cocok kalau dipake buat kompetisi besok.”

“Yaaaaahhhhh …”

“Iya, lebih cocok dipake buat ngelamar kamu ini.”

“Ih! Gian!”

“Ha ha ha, makasih hadiahnya.”

“Iya, sama-sama.”

“Aku juga harus ngasih kamu sesuatu juga nih kalau kamu begini.”

“Ih, nggak usah!”

“Kenapa nggak mau?”

“Nggak perlu kasih aku hadiah, aku udah punya semuanya, tinggal kamu belajar aja yang rajin biar bisa satu kampus sama aku nanti.”

“Aku sebenernya sama sekali nggak kepikiran buat lanjut kuliah,” katanya. “Tapi, karena kamu yang minta, aku mau. Lagian, aku juga nggak mau jauh dari kamu.”

“Jangan kuliah karena aku. Aku nggak mau bikin kamu terpaksa,” kataku. “Kalau kamu nggak mau, ya udah, nggak apa-apa.”

Sebetulnya aku juga tidak mau jika harus menjalin hubungan jarak jauh dengan Gian setelah lulus SMA nanti.

“Nggak apa-apa, kita harus kuliah satu kampus, biar nanti kamu nggak perlu kangen.”

Setelah mendengar itu, hatiku seketika bersorak gembira.

“Besok, kamu nonton?” tanya Gian.

“Iya, aku pasti nonton kamu.”

“Sama siapa ke sananya?”

“Emmm … nggak tau.”

“Coba ajak Sita.”

“Dia, kan, masih demam dari kemarin,” jawabku.

“Oh, iya,” kata Gian bagai baru ingat sesuatu.

“Nggak apa-apa. Aku bisa ke sana sendiri,” kataku.

“Besok jangan lupa kalau keluar pakai jaket, soalnya dingin, aku belum bisa peluk kamu,” kata Gian.

“Iya, iya, udah kamu latihan lagi sana,” perintahku.

“Kasih semangat dulu, dong!” pinta Gian sebelum aku sempat memutus sambungan telepon kami. “Kirim pap, minimal sepuluh.”

Maksud kata “pap” yang diucapkan Gian bisa diartikan sebagai permintaan untuk mengirim foto kepada lawan bicara dalam percakapan virtual. Maka dari itu, setelah sambungan telepon terputus, segera kubuka aplikasi kamera untuk berfoto selfie. Gian minta sepuluh dan kuturuti permintaannya. Aku memang sebenarnya suka berfoto untuk mengabadikan wajahku sendiri yang menurutku cantik.

Setelah mengirimkan semua fotoku ke Gian, aku keluar kamar karena merasa haus dan ingin ke dapur. Kemudian tidak sengaja kudengar suara seseorang seperti sedang muntah dari dalam kamar mandi.

Tidak berapa lama, Mbak Yanti keluar dalam kamar mandi dengan keadaan lemas dan wajah sedikit pucat. Sepertinya sedang sakit. Dia kemudian menuju kamarnya yang berada di bagian belakang untuk beristirahat setelah mengadu tidak enak badan ke Mama.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
An Ice Cream Story
539      374     0     
Short Story
Cacak seperti lambang tergadai; Kisah ini merupakan perihal orang-orang yang sedang kasmaran. Ini mengenai kisah cinta yang sompek; perkara yang tidak dapat diharapkan lagi. Saking sompeknya, mari bersama menertawai kisah ini melalui perumpamaan manisnya menikmati sebuah ice cream.
Broken Wings
944      588     0     
Inspirational
Hidup dengan serba kecukupan dan juga kemewahan itu sudah biasa bagiku. Jelas saja, kedua orang tuaku termasuk pengusaha furniture ternama dieranya. Mereka juga memberiku kehidupan yang orang lain mungkin tidak mampu membayangkannya. Namun, kebahagiaan itu tidak hanya diukur dengan adanya kekayaan. Mereka berhasil jika harus memberiku kebahagian berupa kemewahan, namun tidak untuk kebahagiaan s...
Hello, Kapten!
848      426     1     
Romance
Desa Yambe adalah desa terpencil di lereng Gunung Yambe yang merupakan zona merah di daerah perbatasan negara. Di Desa Yambe, Edel pada akhirnya bertemu dengan pria yang sejak lama ia incar, yang tidak lain adalah Komandan Pos Yambe, Kapten Adit. Perjuangan Edel dalam penugasan ini tidak hanya soal melindungi masyarakat dari kelompok separatis bersenjata, tetapi juga menarik hati Kapten Adit yan...
Ada DIA
1006      617     8     
Short Story
Kisah ini menceritakan sebuah kehidupan anak muda yang sudah berputus asa dalam hidupnya dan hingga suatu titik anak muda ini ingin menyerah untuk hidup hingga suatu kala ia bertemu dengan sosok DIA yang membuatnya bangkit.
Dendam
447      321     3     
Short Story
Dulu, Helena hidup demi adiknya, Kiara. Setelah Kiara pergi, Helena hidup demi dendamnya.
Perihal Waktu
352      238     4     
Short Story
"Semesta tidak pernah salah mengatur sebuah pertemuan antara Kau dan Aku"
(not) the last sunset
477      322     0     
Short Story
Deburan ombak memecah keheningan.diatas batu karang aku duduk bersila menikmati indahnya pemandangan sore ini,matahari yang mulai kembali keperaduannya dan sebentar lagi akan digantikan oleh sinar rembulan.aku menggulung rambutku dan memejamkan mata perlahan,merasakan setiap sentuhan lembut angin pantai. “excusme.. may I sit down?” seseorang bertanya padaku,aku membuka mataku dan untuk bebera...
Enorcher
539      278     7     
Short Story
Enorcher bilang, di antara hari-hari yang biasa kita sebutkan ada beberapa hari yang ternyata tidak kita ketahui. Termasuk keberadaan angka-angka yang hilang di antara nol sampai sembilan. Saat Margo menginterogasi, Enorcher mengaku biasa melakukan aksi pembunuhannya pada hari-hari yang tidak terdaftar itu.
Behind the Three Face
656      338     4     
Short Story
"Pepatah tua jepang mengatakan setiap orang punya tiga wajah. Wajah pertama adalah yang kau tunjukan pada dunia, wajah kedua hanya kau tunjukan pada keluarga dan teman dekat saja, dan wajah ketiga adalah yang tidak ingin kau tunjukan pada siapapun, inilah yang mereflesikan dirimu yang sebenarnya."
Pieces of Word
2034      695     4     
Inspirational
Hanya serangkaian kata yang terhubung karena dibunuh waktu dan kesendirian berkepanjangan. I hope you like it, guys! 😊🤗