Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dapit Bacem and the Untold Story of MU
MENU
About Us  

Keesokan harinya, Minggu sore, Marunda United melakukan pertandingan uji coba dengan tim bapak-bapak usia 25 – 38 tahun. Puluhan penonton berdiri di tepi lapangan, kebanyakan penonton adalah wanita, yang muda maupun setengah tua. Entah mereka pengin nonton tim Marunda United, entah pengin nonton bapak-bapak muda itu bermain sepak bola.

Babak pertama imbang 0-0. Kemudian pertandingan memasuki babak kedua. Karena merasa terbebani target harus menang, David bertanding dengan perasaan tidak tenang. Waktu bergulir mendekati peluit akhir, dan skor masih 0-0.

Dalam satu kesempatan, David hendak menyundul bola yang diumpankan padanya dari hasil sepak pojok. Pada saat yang bersamaan, Christiano berada dekat David, juga melompat hendak menendang bola itu sembari salto. Akibatnya, bola tidak tersentuh, malah kaki Christiano mengenai pundak David, hingga David terjungkal. David bangun dari rumput, lalu mendorong Christiano hingga terjatuh.

“Lo udah gila ya? Gue kan, temen lo satu tim!” Christiano heran dan marah, dia bangun, lalu mengejar David, dan gantian mendorong.

“Lo sengaja ngangkat kaki tinggi-tinggi, bukan buat nendang bola, tapi buat nendang gue!” David mendorong pundak Christiano.

“Gue nggak sengaja!” bantah Christiano, “Ini sepak bola, wajar aja kalau saling senggol antar pemain. Kenapa lo jadi lebay kayak gini? Kesenggol dikit aja sewot? Takut cedera? Atau jangan-jangan … lo habis merawat kuku di salonnya Maryadi? Jadi lo takut kuku lo patah gara-gara barusan kesenggol gue?”

“Bukannya minta maaf malah ngejek gue!” Dengan dorongan yang keras, David kembali menjatuhkan Christiano.

“Lo beneran mau ngajak ribut? Mau main fisik? Ayo!” Christiano bangkit, lalu balas mendorong David. Terjadi dorong-dorongan, dan pukul-pukulan.

Udin tak mau tinggal diam, biarpun tak tahu masalahnya. dia ikutan mendorong-dorong Christiano. Zidan berlari mendekat, niatnya mau melerai.

“Onta, lo jangan ikut-ikutan ya!” teriak Udin.

Zidan jadi emosi karena dipanggil onta, lantas dia memukul Udin. Melihat Udin dipukul, To Ming Se tidak terima, lalu dia memukul Zidan.

“Apa masalah ente sama ana? Kenapa ente pukul ana?” Zidan makin emosi, lantas menerjang To Ming Se untuk membalas pukulan tadi.

Kemudian pemain lain berdatangan tanpa tahu akar masalahnya, lalu ikut saling dorong dan saling pukul. Tim Marunda United baku hantam antar mereka sendiri. Ada beberapa penonton yang bertepuk tangan, serasa nonton acara smack down masal. Bang Toyib yang bertindak sebagai wasit, berusaha melerai. Coach Pieters terhuyung-huyung masuk lapangan sambil berkali-kali meniup peluit.

Perkelahian berhenti setelah tim bapak-bapak beserta para penonton menyerbu lapangan untuk memisahkan para pemain Marunda United yang tawuran. Setelah penonton bubar karena kecewa, Bang Toyib memarahi tim Marunda United. Sedangkan Coach Pieters dibawa duduk lagi di kursi rodanya oleh Haji Kodier. Sebagian penonton mencarikan gigi palsu Coach Pieters yang lagi-lagi somplak dan terjatuh saat dia melepas peluit dari mulutnya. Setelah giginya ditemukan, Coach Pieters hendak diantar pulang ke panti werdha oleh dua orang bapak. Bang Toyib menghampiri Coach Pieters untuk minta maaf.

Akhirnya Coach Pieters pergi. Bang Toyib kembali memuntahkan kemarahan, terutama kepada David dan Christiano yang jadi biang kerok perkelahian masal.

“Sekarang mah terserah lu semua, mau tawuran lagi, atau mau berdamai. Pokoknya gua mau pulang! Gua empet ngelihat kelakuan lu semua!”

Bang Toyib pergi. Zidan mengajak Christiano pulang dengan naik motor, memang hanya mereka berdua pemain yang bukan anak Marunda. Sisa pemain di lapangan, sedang diomeli oleh beberapa orang tua yang barusan nonton. Akhirnya mereka bubar dengan rasa mangkel.

David merasa bersalah, bertekad memperbaiki semua sebelum terlambat. Malam hari dia menghubungi ponsel Christiano.

“Siapa lo? Jangan ganggu gue, lagi sibuk!” Itu jawaban Christiano, lalu mematikan ponselnya.

Kalau menuruti emosinya, jelas David mangkel. Akan tetapi dia memikirkan keutuhan tim, lalu dia kirim pesan untuk minta maaf.

Hari Senin David segera menemui Christiano di sekolah. Dia minta maaf dengan ikhlas biarpun tampang Christiano kecut banget.

“Apa masalah lo?” tanya Christiano, “Kenapa ujug-ujug lo mukul gue?”

“Mungkin kemarin itu gue ngerasa terbebani sama banyak hal, jadi emosi gampang sekali kepancing. Gue minta maaf, ya Chris. Kita tetap pada rencana semula, kan?” David tersenyum.

“Rencana apa?” Christiano masih ketus.

“Kita kagak bisa mundur dari turnamen, Chris. Tapi gue khawatir coach yang mundur gara-gara kita berantem. Gimana kalau entar pulang sekolah kita pergi rame-rame ke panti jompo?”

Christiano setuju, segera kirim pesan ke ponsel rekan-rekannya, janjian berangkat bareng.

Siang itu panti werdha sepi, kebanyakan penghuninya sedang tidur siang. Belasan anak muda yang masih berseragam abu-abu bergerombol di seberang panti. Barusan David sudah mencari Coach Pieters, tapi sedang tidur siang.

“Kita sudah nunggu lebih dari satu jam, coach belum bangun juga!” Gerutu Christiano sembari melirik arlojinya. “Gue cabut, ya? Gue ada janji … urusan band.”

Teman-temannya protes. “Kagak bisa gitu Chris! Kita kudu bareng minta maaf sama coach. Lagian, tempo hari itu, lo yang berkelahi! Lo yang bikin coach marah!”

Christiano menuding David. “Eh, tempo hari itu, nih orang yang duluan nampol gue! Jadi dia yang kudu ketemu coach untuk minta maaf. Lo semua temanin dia menghadapi coach. Gue kudu cabut, udah janjian nih, urusan band.”

David bicara, “Ya sudahlah, biarin dia pergi. Kita aja yang nunggu di sini sampai bisa minta maaf sama coach.”

 “He he he, bye!” Lantas Christiano meninggalkan teman-temannya. Dia berjalan melintasi panti werdha itu sembari menyiulkan lagu Juwita Malam.

Sementara itu, David dan rekan-rekannya yang merasa lapar, memilih duduk di warung bakso, dekat panti werdha itu. Usai makan bakso, David menyambangi lagi kamar Coach Pieters, tapi dia masih tidur. Karena kesal menunggu terlalu lama, akhirnya beberapa orang siswa SMK itu memilih pulang. Tinggallah David bersama tiga orang rekannya, masih setia menunggu diberi maaf oleh pelatih mereka. 

Coach Pieters baru bangun pada pukul lima sore. Dia melihat David dan tiga temannya sedang duduk di kursi teras kamarnya, sembari main gapleh.

“Sedang apa kalian? Enak saja kamu inlander duduk di kursi itu!”

David dan ketiga temanya berdiri, lalu menyapa Coach Pieters. “Coach, kita minta maaf soal pertandingan kemarin. Kami janji tidak akan berkelahi lagi.”

“Siapa kamu orang?”

“Ini kita, Tim Marunda United.”

“Pergi sana, berisik!” hardik Coach Pieters.

David menoleh pada rekannya, berbisik, “Dia lupa sama kita! Tapi ada bagusnya juga kalau pikunnya kumat, dia lupa kalau kemarin kita berkelahi.”

“Siapa bilang kita orang lupa?!” bentak Coach Pieters, “Kamu orang semua bikin saya kecewa! Kamu orang kampungan! Pergi kamu dari sini!”

David dan teman-temannya berusaha meyakinkan Coach Pieters. Akhirnya Coach Pieters melunak, dia menyuruh mereka selalu menjaga kekompakan tim.

“Ingat ya, kebersamaan menciptakan kekuatan.” Itu pesan Coach Pieters.

David dan teman-temannya merasa sangat lega dengan sikap pelatih mereka.

Coach Pieters kembali memberi nasehat. “Sebentar lagi turnamen itu dimulai. Fokus pada pertandingan, jangan pikir yang lain-lain. Saat berhasil bikin gol, rayakan gol itu dengan wajar, jangan berlebihan. Jangan bicara yang menghina lawan, jangan bikin gerakan tubuh yang merendahkan lawanmu. Hargai lawanmu. Tanpa bertanding dengan mereka, bagaimana kalian bisa merasakan kemenangan yang sejati?”

“Siap Coach.”   

 

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Potongan kertas
923      481     3     
Fan Fiction
"Apa sih perasaan ha?!" "Banyak lah. Perasaan terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, terhadap orang, termasuk terhadap lo Nayya." Sejak saat itu, Dhala tidak pernah dan tidak ingin membuka hati untuk siapapun. Katanya sih, susah muve on, hha, memang, gegayaan sekali dia seperti anak muda. Memang anak muda, lebih tepatnya remaja yang terus dikejar untuk dewasa, tanpa adanya perhatian or...
The Legend of the Primrose Maiden
1006      537     1     
Fantasy
Cinta dan kasih sayang, dua hal yang diinginkan makhluk hidup. Takdir memiliki jalannya masing-masing sehingga semua orang belum tentu bisa merasakannya. Ailenn Graciousxard, salah satu gadis yang tidak beruntung. Ia memiliki ambisi untuk bisa mendapatkan perhatian keluarganya, tetapi selalu gagal dan berakhir menyedihkan. Semua orang mengatakan ia tidak pantas menjadi Putri dari Duke Gra...
Asoy Geboy
6035      1660     2     
Inspirational
Namanya Geboy, motonya Asoy, tapi hidupnya? Mlehoy! Nggak lengkap rasanya kalau Boy belum dibandingkan dengan Randu, sepupu sekaligus musuh bebuyutannya dari kecil. Setiap hari, ada saja kelebihan cowok itu yang dibicarakan papanya di meja makan. Satu-satunya hal yang bisa Boy banggakan adalah kedudukannya sebagai Ketua Geng Senter. Tapi, siapa sangka? Lomba Kompetensi Siswa yang menjadi p...
AKSARA
6409      2185     3     
Romance
"Aksa, hidupmu masih panjang. Jangan terpaku pada duka yang menyakitkan. Tetaplah melangkah meski itu sulit. Tetaplah menjadi Aksa yang begitu aku cintai. Meski tempat kita nanti berbeda, aku tetap mencintai dan berdoa untukmu. Jangan bersedih, Aksa, ingatlah cintaku di atas sana tak akan pernah habis untukmu. Sebab, kamu adalah seseorang yang pertama dan terakhir yang menduduki singgasana hatiku...
Lalu, Bagaimana Caraku Percaya?
140      108     0     
Inspirational
Luluk, si paling alpha women mengalami syndrome trust issue semenjak kecil, kini harus di hadapkan pada kenyataan sistem kehidupaan. Usia dan celaan tentangga dan saudara makin memaksanya untuk segera percaya bahwa kehidupannya segera dimulai. "Lalu, bagaiamana caraku percaya masa depanku kepada manusia baru ini, andai saja jika pilihan untuk tak berkomitmen itu hal wajar?" kata luluk Masal...
My Doctor My Soulmate
117      104     1     
Romance
Fazillah Humaira seorang perawat yang bekerja disalah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Fazillah atau akrab disapa Zilla merupakan seorang anak dari Kyai di Pondok Pesantren yang ada di Purwakarta. Zilla bertugas diruang operasi dan mengharuskan dirinya bertemu oleh salah satu dokter tampan yang ia kagumi. Sayangnya dokter tersebut sudah memiliki calon. Berhasilkan Fazillah menaklukkan...
Campus Love Story
8434      1911     1     
Romance
Dua anak remaja, yang tiap hari bertengkar tanpa alasan hingga dipanggil sebagai pasangan drama. Awal sebab Henan yang mempermasalahkan cara Gina makan bubur ayam, beranjak menjadi lebih sering bertemu karena boneka koleksi kesukaannya yang hilang ada pada gadis itu. Berangkat ke kampus bersama sebagai bentuk terima kasih, malah merambat menjadi ingin menjalin kasih. Lantas, semulus apa perjal...
Photobox
6293      1586     3     
Romance
"Bulan sama Langit itu emang bersama, tapi inget masih ada bintang yang selalu ada." Sebuah jaket berwarna biru laut ditemukan oleh Langit di perpustakaan saat dia hendak belajar, dengan terpaksa karena penjaga perpustakaan yang entah hilang ke mana dan Langit takut jaket itu malah hilang, akhirnya dia mempostingnya di media sosialnya menanyakan siapa pemilik jaket itu. Jaket itu milik Bul...
When Magenta Write Their Destiny
6100      1659     0     
Romance
Magenta=Marina, Aini, Gabriella, Erika, dan Benita. 5 gadis cantik dengan kisah cintanya masing-masing. Mereka adalah lima sahabat yang memiliki kisah cinta tak biasa. Marina mencintai ayah angkatnya sendiri. Gabriella, anak sultan yang angkuh itu, nyatanya jatuh ke pelukan sopir bus yang juga kehilangan ketampanannya. Aini dengan sifat dingin dan tomboynya malah jatuh hati pada pria penyintas d...
Zona Elegi
523      341     0     
Inspirational
Tertimpa rumor tak sedap soal pekerjaannya, Hans terpaksa berhenti mengabadikan momen-momen pernikahan dan banting setir jadi fotografer di rumah duka. Hans kemudian berjumpa dengan Ellie, gadis yang menurutnya menyebalkan dan super idealis. Janji pada sang nenek mengantar Ellie menekuni pekerjaan sebagai perias jenazah, profesi yang ditakuti banyak orang. Sama-sama bekerja di rumah duka, Hans...