Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dapit Bacem and the Untold Story of MU
MENU
About Us  

     Perkiraan Bang Toyib meleset, karena besoknya Coach Pieters meminta pengurus panti untuk mengontak Bang Toyib. Pesannya, Coach Pieters pengin kenal seluruh pemain Tim Marunda United, supaya bisa melihat kemampuan mereka di lapangan, dan bisa memetakan posisi untuk masing-masing pemain. Bang Toyib menjawab bahwa Tim Marunda United sudah punya tempat latihan di Marunda. Apakah Coach Pieters bersedia datang ke Marunda? Bang Toyib yakin, Coach Pieters tidak akan mau datang ke Marunda yang jauh dari pantinya.

Namun rupanya Coach Pieters sudah bertekad untuk kembali melatih sepak bola. Lalu dia minta supaya Bang Toyib dan anak-anak Marunda yang harus datang ke lapangan dekat pantinya. Di situlah dia akan melatih tim. Bang Toyib keberatan, dengan alasan anak-anak tidak punya ongkos pulang pergi dari Marunda ke panti werdha di kawasan Jakarta Selatan itu.

Coach Pieters tidak mau tahu alasan apapun, karena sebagai pelatih kepala dia merasa berhak menentukan posisi masing-masing pemain. Kalau dia tidak boleh melatih tim di lapangan, maka dia akan mengontak Pengcab PSSI Jakarta Utara, minta namanya dicoret dari daftar pelatih kepala Marunda United.

“Wah, ini bisa gawat!” pikir Bang Toyib. Kalau Coach Pieters mundur, tim Marunda United tidak punya pelatih berlisensi, dan harus mundur juga dari turnamen.

Bang Toyib mengontak semua pemain Marunda United, minta mereka datang ke panti werdha sepulang sekolah. Urusan lapangan yang dekat panti werdha itu, Bang Toyib sedang usaha untuk minta izin pinjam dari ketua RT dan RW setempat. Kebetulan ada banyak kenalan Bang Toyib di daerah itu yang bisa membantu.

Latihan perdana bersama Coach Pieters digelar siang hari sekitar pukul 14:30. Bang Toyib begitu bubar kantor langsung ke panti werdha. Coach Pieters rupanya sudah tidur siang, tadi pukul 10 pagi sampai pukul satu siang. Setelah bangun tidur siang, dia merasa tubuhnya segar dan siap melatih timnya. Dia duduk di kursi roda, di tepi lapangan di mana ada tiang kayu yang diberi atap, biasa dipakai untuk tempat berkumpul para pemain cadangan dan pelatih. Sementara para pemain Marunda United yang sudah hadir, tidak terlalu kepanasan. Siang itu matahari sembunyi di langit yang berawan kelabu.

“Saya mau tahu nama mereka. Mana daftar absen?” tanya Coach Pieters.

Bang Toyib garuk-garuk kepala. “Kagak pernah ada absen-absenan, Coach. Kalau anak-anak sudah pada datang, terus saya suruh mereka berlatih. Gimana kalau sekarang kita mulai saja latihannya?"

"Bagaimana cara kamu melatih mereka?"

"Saya suruh mereka bikin dua tim, lalu main selama 2X30 menit. Selama mereka main, Coach bisa menilai mereka satu persatu. Beres main, Coach bisa ngasih pengarahan sama mereka. Membahas kesalahan-kesalahan yang mereka buat saat main bola, dan posisi yang cocok buat masing-masing pemain."

"Kenapa kamu seperti mau cepat-cepat latihan?"

"Soalnya ini lapangan boleh dipinjem sampai jam empat sore. Entar ada orang sini yang mau pake buat maen bola juga, katanya.”

“Oh, begitu. Tapi saya belum kenal dengan pemain. Mana daftar nama pemain? Harus ada daftar absen, supaya kita orang tahu siapa pemain yang rajin, siapa yang tidak disiplin! Ayo bikin itu daftar absen!”

Bang Toyib mencari kertas. Untunglah beberapa pemain membawa ransel sekolahnya. Kertas dan pulpen diberikan pada Bang Toyib. Lalu Bang Toyib membuat daftar nama sambil sekali-sekali menatap para pemain, supaya tidak ada yang namanya terlewat untuk dituliskannya.

“Ini daftar nama pemain, Coach.” Bang Toyib memberikan kertas itu.

Coach Pieters mencari-cari kaca mata spesial baca, namun ternyata dia tidak membawa kaca mata bacanya. Dia menyuruh Bang Toyib mengambilkan kaca mata bacanya di panti. Bang Toyib menyuruh David.

David berlari menuju panti werdha yang jaraknya 200 m dari lapangan rumput itu. David harus minta izin dulu ke satpam panti, lalu menunggu petugas panti mengambilkan kaca mata itu dari kamar Coach Pieters. Setelah kaca mata itu diterimanya, bergegas dia hendak keluar dari areal panti werdha. Di gerbang, David berpapasan dengan gadis bule itu, Vicky.

“Hey David.” Tak dinyana, Vicky menyapa duluan.

“Hey Vicky ….” Cuma begitu, padahal David pengin ngomong lebih banyak. Akan tetapi dia teringat kemarahan Coach Pieters dan Bang Toyib, andai dirinya telat datang ke lapangan. Kemudian David berlari meninggalkan gerbang panti. Dia tak tahu jika Vicky menatapnya hingga sosoknya hilang di tikungan.

Dengan terengah-engah, David tiba di lapangan, dia berikan kaca mata kepada Coach Pieters.

“Baiklah, saya mau absen nama kalian semua.” Lalu Coach mulai mengabsen daftar nama yang dibuat Bang Toyib: Udin Djeko, Ridan, Irfan, Jefri, Saudin, Pendi, Mandra, Mastur, Abdul, Ocid, Bokir.

“Gaston Kastono!” panggil Coach Pieters untuk kesekian kalinya.

“Hadir!”

“Gogon Gonjales!”

“Hadir!”

“David Bastion!”

“Hadir.”

Coach cukup lama menatap wajah David. “Kamu orang Indo European?”

“Iya Coach.”

“Kenapa tidak main bola dengan Indo European Voetbalbond?”

“Di Marunda kagak ada tim yang begitu, Coach.” jawab David.

“Dulu ada voetbalbond buat itu orang-orang separo inlander.”

“Sekarang sudah kagak ada Coach.” ujar Bang Toyib. “Zaman sekarang mah, seluruh klub sepak bola di Indonesia, maupun di seluruh dunia, terbuka buat pemain dari semua ras, dan semua etnis.”

Coach Pieters lantas beralih lagi pada daftar absen. Tetapi bukannya melanjutkan, dia malah mengulang dari awal. Memanggil nama para pemain, mulai dari Udin Djeko, Ridan, Irfan, Jefri, Saudin, Pendi, Mandra, Mastur, Abdul, Ocid, Bokir, Gaston Kastono, Gogon Gonjales, David Bastion.

“Maryadi!”

“Saya Coach.”

Mendengar jawaban bernada centil, Coach Pieters mengamati Maryadi. “Kamu orang laki-laki, atau perempuan?” tanyanya.

Maryadi cengar-cengir, “Tergantung situasi aja, Coach ….”

“Maryadi, jangan main-main kamu!” tegur Bang Toyib, “Nanti saya keluarin kamu dari tim, kalau kamu kagak serius saat bicara dengan coach!”

“Iya, maaf. Saya laki-laki, Coach.”

Coach Pieters bicara, “Kalau kamu laki-laki, bersikap seperti laki-laki!”

“Siap Coach.” Diam-diam May memonyongkan bibir.

“Christiano Michiels!” panggil Coach Pieters.

“Hadir.”

“Kamu orang punya nama kayak penduduk dari kampung Tugu. Kamu wonende in de Kampung Tugu, ya toh? Kamu tinggal di Kampung Tugu, ya?”

“Iya Coach.”

“Dulu di Tugu ada grup musik namanya Mourisco ….”

“Iya Coach, itu grup keroncong legendaris dari kampung saya.” Christiano gosok-gosok kaki, pegal berdiri terus. Kapan latihannya?

“Oh ya, kita orang suka sekali itu musik keroncong dari je punya kampung. Apalagi kalau mereka bawakan lagu Als de Orchideen Bloeien.” Lalu Coach Pieters bersenandung itu lagu dalam bahasa Belanda. Bikin semua inlander jadi bengong.

Coach!” panggil Bang Toyib, “semua pemain sudah diabsen, sebaiknya kita mulai berlatih. Pemanasan dulu ….”

Coach Pieters meneliti daftar absen. “Hanya ada 16 pemain?”

“Sebenarnya 18 orang, Coach….”

“Siapa yang dua orang lagi?”

“Namanya Zidan dan To Ming Se. Tapi mereka kagak datang ….”

“Itu tidak disiplin!”

“Iya Coach, nanti saya tegur yang dua orang itu. Sekarang kita latihan ya? Sebentar lagi waktu kita habis.” Bang Toyib sudah tidak sabar.

Akhirnya Coach Pieters memulai latihan. Setelah pemanasan, Coach ingin ada game adu sprint. Katanya sprint sangat penting bagi pemain sepak bola. Setiap pemain disuruhnya berlari kencang sejauh 100 m, dan Bang Toyib akan mengukur waktunya. Coach ingin tahu siapa pemain yang tercepat larinya. Tak dinyana, May punya waktu terbaik dalam kemampuan sprint.

Coach Pieters bicara, “Maryadi, kamu orang kayak perempuan, tapi kamu yang tercepat. Nah, buat kalian semua, jangan meremehkan teman satu tim. Dalam sepak bola, teman satu tim adalah tempat kalian bergantung harapan untuk kerja sama membobol gawang lawan. Kalau kalian meremehkan satu orang, bagaimana kalian bisa menggalang rasa saling percaya dalam tim, bahwa teman kita itu bisa berbuat sesuatu jika kita kasih umpan bola? Ingat itu saya kasih nasehat buat kamu semua!”

“Siap Coach.”

 

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Photobox
6477      1633     3     
Romance
"Bulan sama Langit itu emang bersama, tapi inget masih ada bintang yang selalu ada." Sebuah jaket berwarna biru laut ditemukan oleh Langit di perpustakaan saat dia hendak belajar, dengan terpaksa karena penjaga perpustakaan yang entah hilang ke mana dan Langit takut jaket itu malah hilang, akhirnya dia mempostingnya di media sosialnya menanyakan siapa pemilik jaket itu. Jaket itu milik Bul...
Manuskrip Tanda Tanya
5759      1734     1     
Romance
Setelah berhasil menerbitkan karya terbaru dari Bara Adiguna yang melejit di pasaran, Katya merasa dirinya berada di atas angin; kebanggaan tersendiri yang mampu membawa kesuksesan seorang pengarang melalui karya yang diasuh sedemikian rupa agar menjadi sempurna. Sayangnya, rasa gembira itu mendadak berubah menjadi serba salah ketika Bu Maya menugaskan Katya untuk mengurus tulisan pengarang t...
Bus dan Bekal
3338      1527     6     
Romance
Posisi Satria sebagai seorang siswa sudah berkali-kali berada di ambang batas. Cowok itu sudah hampir dikeluarkan beberapa kali karena sering bolos kelas dan lain-lain. Mentari selalu mencegah hal itu terjadi. Berusaha untuk membuat Satria tetap berada di kelas, mendorongnya untuk tetap belajar, dan melakukan hal lain yang sudah sepatutnya seorang siswa lakukan. Namun, Mentari lebih sering ga...
Unexpected You
512      362     0     
Romance
Pindah ke Indonesia dari Korea, Abimanyu hanya bertekad untuk belajar, tanpa memedulikan apapun. tapi kehidupan tidak selalu berjalan seperti yang diinginkannya. kehidupan SMA terlalu membosankan jika hanya dihabiskan untuk belajar saja. sedangkan Renata, belajar rasanya hanya menjadi nomor dua setelah kegemarannya menulis. entah apa yang ia inginkan, menulis adalah pelariannya dari kondisi ke...
Lalu, Bagaimana Caraku Percaya?
145      113     0     
Inspirational
Luluk, si paling alpha women mengalami syndrome trust issue semenjak kecil, kini harus di hadapkan pada kenyataan sistem kehidupaan. Usia dan celaan tentangga dan saudara makin memaksanya untuk segera percaya bahwa kehidupannya segera dimulai. "Lalu, bagaiamana caraku percaya masa depanku kepada manusia baru ini, andai saja jika pilihan untuk tak berkomitmen itu hal wajar?" kata luluk Masal...
Girl Power
2506      936     0     
Fan Fiction
Han Sunmi, seorang anggota girlgrup ternama, Girls Power, yang berada di bawah naungan KSJ Entertainment. Suatu hari, ia mendapatkan sebuah tawaran sebagai pemeran utama pada sebuah film. Tiba-tiba, muncul sebuah berita tentang dirinya yang bertemu dengan seorang Produser di sebuah hotel dan melakukan 'transaksi'. Akibatnya, Kim Seokjin, sang Direktur Utama mendepaknya. Gadis itu pun memutuskan u...
Aku Benci Hujan
7457      1960     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
START
320      216     2     
Romance
Meskipun ini mengambil tema jodoh-jodohan atau pernikahan (Bohong, belum tentu nikah karena masih wacana. Hahahaha) Tapi tenang saja ini bukan 18+ 😂 apalagi 21+😆 semuanya bisa baca kok...🥰 Sudah seperti agenda rutin sang Ayah setiap kali jam dinding menunjukan pukul 22.00 Wib malam. Begitupun juga Ananda yang masuk mengendap-ngendap masuk kedalam rumah. Namun kali berbeda ketika An...
AKSARA
6613      2238     3     
Romance
"Aksa, hidupmu masih panjang. Jangan terpaku pada duka yang menyakitkan. Tetaplah melangkah meski itu sulit. Tetaplah menjadi Aksa yang begitu aku cintai. Meski tempat kita nanti berbeda, aku tetap mencintai dan berdoa untukmu. Jangan bersedih, Aksa, ingatlah cintaku di atas sana tak akan pernah habis untukmu. Sebab, kamu adalah seseorang yang pertama dan terakhir yang menduduki singgasana hatiku...
Play Me Your Love Song
4814      1663     10     
Romance
Viola Zefanya tidak pernah menyangka dirinya bisa menjadi guru piano pribadi bagi Jason, keponakan kesayangan Joshua Yamaguchi Sanjaya, Owner sekaligus CEO dari Chandelier Hotel and Group yang kaya raya bak sultan itu. Awalnya, Viola melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan tuntutan "profesionalitas" semata. Tapi lambat laun, semakin Viola mengenal Jason dan masalah dalam keluarganya, sesu...