Setiap hari, jauh sebelum waktu subuh, David dan mamihnya sudah bangun untuk meracik adonan gorengan. Ada gorengan yang dibuat pagi hari untuk dititipkan ke beberapa warung. Banyak orang yang memulai aktivitas pagi dengan sarapan, bukan nasi, melainkan gorengan beberapa biji, lantas menyeruput kopi atau teh. Cukup mengenyangkan, dan murah.
Setelah menitipkan gorengan ke warung-warung sekitar rumahnya, David mandi di kamar mandi umum buat para penghuni kontrakan. Lantas dia mengantar mamihnya ke pasar, membawa bahan-bahan gorengan yang cukup berat. Udin tak tinggal diam, dia turut membawakan barang, terutana tabung gas melon. Setelah itu barulah David dan Udin berangkat ke sekolah.
Sebenarnya di sekolah David ada kantin. David bisa saja bawa gorengan, atau kue buatan mamihnya, lantas menitipkannya di kantin sekolah. Namun David enggan, karena tahu beberapa rekannya suka darmaji, dahar lima ngaku hiji. Kasihan yang jaga kantin kalau harus nombok gara-gara perilaku buruk semacam itu.
Di sore hari, David akan mendatangi warung-warung itu lagi, mengambil uang hasil penjualan gorengan. Kalau beruntung, wadah gorengan dibawa pulang dalam kondisi kosong. Namun tak jarang gorengan masih tersisa banyak. Biasanya mamih membagikan sisa gorengan untuk tetangga.
Terkadang David jenuh dengan rutinitas itu. Apalagi jika gas melon lagi langka, maka David harus antre gas di agen elpiji selama berjam-jam. Antre di sini maksudnya menunggu kedatangan truk yang membawa gas itu. Jika tidak turut menunggu di situ, bisa jadi gas melon segera habis diserbu para pedagang makanan. Kalau nggak ada gas melon, mamih nggak bisa jual gorengan, nanti nggak ada duit buat bayar kontrak rumah, bayar biaya sekolah. Jadi David rela bolos sekolah demi bisa buang gas. Eh, maksudnya demi antre gas di agen elpiji.
Saat pulang sekolah, sesekali terbersit dalam benak David ingin turut teman-temannya jalan-jalan ke mal. Namun dia segera teringat pada mamih yang pasti sudah sangat lelah jualan di pasar. Lenyaplah keinginan ikut teman nongkrong di mal. Bergegas dia naik angkot menuju pasar Marunda, bersama temannya yang setia, Udin Djeko.
Hiburan bagi David dan Udin adalah main sepak bola di lapangan dekat pasar Marunda. Kerap dilakukannya pada sore hari jika dagangan mamihnya sudah hampir habis. David dan Udin main bola dengan sesama anak pedagang pasar. Jika ada pertandingan antar kampung, bisa dipastikan David dan Udin jadi pemain inti dari tim sepak bola kampungnya.
Sore itu David sedang ada di pasar, menghadapi wajan. Sekonyong-konyong Christiano nongol di dekat gerobak dagangan.
"Pit, gimana soal turnamen sepak bola itu?"
"Hei Chris, lo serius pengin ikut turnamen?"
"Gue kudu ikut, Pit. Siapa tahu kan, saat turnamen itu, ada pencari bakat dari PSSI yang nonton. Kalau gue main bagus, mungkin gue bakal dikasih kesempatan ikut seleksi pembentukan Timnas U-19."
David lagi konsentrasi menggoreng comro. Kemudian mamih mengambil alih wajan itu.
Christiano bicara lagi, "Pit, main bola kan, nggak bisa gue sendiri. Gue butuh tim. Kalau lo tahu ada SSB yang mau ikut turnamen itu, tapi masih kekurangan pemain, gue mau gabung."
"Entar gue cari info soal SSB di kampung sebelah, siapa tahu mereka mau daftar turnamen." jawab David.
"Dapit, lo kagak niat ikut turnamen?"
David menoleh ke arah mamihnya yang sedang membalik gorengan dalam wajan. David membatin, "Sampai kapan mamih harus bekerja keras begitu?"
David teringat kisah hidup Andik Firmansyah, pemain Timnas sepak bola Indonesia di SEA Games 2011 dan 2013. Kabarnya Andik mengalami masa kecil yang sulit. Namun Andik punya talenta bagus di sepak bola, hingga dirinya bisa masuk skuad Timnas Indonesia.
Saat David Beckham masih aktif sebagai pemain sepak bola, dia pernah datang ke Jakarta bersama klub LA Galaxy asal Amerika Serikat. Dalam rangka tur Asia, LA Galaxy menjalani pertandingan persahabatan dengan Tim Indonesia Selection. Usai pertandingan, Andik Firmansyah menjadi pemain yang beruntung, diberi jersey langsung oleh Beckham. Setelah itu kabarnya banyak orang yang menghubungi Andik, ingin membeli jersey bekas pakai Beckham, dengan harga tinggi. Pertandingan itu terjadi pada tahun 2011, dan kabarnya setahun kemudian tawaran untuk membeli jersey bekas Beckham sebesar 50 juta.
David berpikir, "Kalau gue ikut turnamen, terus menang, gue berhak ikut coaching clinic yang dilatih oleh pemain klub Eropa, yang nanti bakal datang ke Jakarta. Bakal banyak pemain Eropa yang bisa gue minta tanda tangannya di jersey. Siapa tahu gue dapat tanda tangan pemain top Eropa. Nah, jersey bertanda tangan itu bakal gue jual. Gue nggak berharap jersey itu ditawar 50 juta, seperti tawaran untuk jersey bekas Beckham. Gue bisa dapat duit sejuta aja sudah girang banget. Duit itu bisa buat mamih beli baju, selop dan tas. Supaya mamih nggak bingung mau kondangan nggak punya baju dan selop yang bagus."
David bangun dari lamunan, lantas bicara pada temannya, "Chris, sebenarnya di kampung gue ada SSB, cuma sudah lama kagak aktif. Biasanya aktif kalau buat pertandingan saat Agustusan saja. Dulu sih ada pelatihnya, mantan pemain Persija, kayaknya dia punya lisensi kepelatihan. Kalau kita minta beliau aktifkan lagi SSB, mungkin bisa ya?"
"Iya Pit, ayo kita datangi tuh pelatih!"
"Sabar Chris. Kita datangi pelatih jangan cuma berdua, mesti banyak orang yang memintanya. Kita ajak Udin. Biar gue cari Udin dulu di kios beras. Lo tunggu di sini. Kalau mau gorengan, minta sama mamih gue. Tapi jangan banyak-banyak."
"Waaah, makasih. Saya mau comro, tahu isi, bakwan, pisang goreng ...."
"Dasar kemaruk!" gerutu David, "kasih comro dua biji aja, Mih!"
David bergegas masuk ke pasar yang sudah mulai sepi. Dilihatnya Udin sedang membantu menutup kios beras. Setelah beres, Udin membuntuti David menuju bagian depan pasar. Ke tempat mamih jualan. Christiano tidak nampak lagi.
"Teman kamu itu barusan nyamperin beberapa orang yang memanggil dia." ujar mamih. "mungkin ada saudaranya yang kebetulan lagi lewat pasar Marunda, terus melihat dia lagi di pasar. Terus dipanggil. Nanti juga teman kamu balik ke sini."
Setelah ditunggu selama satu jam, Christiano tak kunjung nongol. David mengira temannya itu langsung pulang ke Kampung Tugu. Akhirnya David juga pulang bersama mamihnya dan Udin. David membawa tabung gas melon dan perabotan lain. Gerobak ditinggal di pasar. Bertiga mereka naik angkot menuju rumah kontrakan.
***
Keesokan harinya, Christiano tidak masuk sekolah. Tidak menjawab saat dihubungi ke ponselnya. David merasa ada yang kurang beres dengan rekannya itu. Usai sekolah, David bergegas naik angkutan umum menuju rumah Christiano di Cilincing.