Sultan mengangkat panggilan telepon. Nama pria yang berprofesi sebagai sopir rumahnya tertera dalam layar ponsel.
"Halo, Pak Adi. Ada apa menelepon?"
"Halo, Den. Mau memastikan saja. Den Sultan dan Non Kinan baru saja bertengkar yah tadi?"
"Maksud Pak Adi apa? Aku sedang tidak bersama Kinan kok."
"Tadi Non Kinan menyusul Den Sultan loh ke ruangan rawat inap Mbak Ambar. Memangnya tidak bertemu?"
Jantung Sultan berdetak kencang. Firasatnya menjadi tidak enak.
"Lalu sekarang Kinan di mana Pak Adi?"
"Saya tadi melihat Non Kinan menangis, Den. Lari keluar meninggalkan rumah sakit tapi tidak memakai mobil. Saya sudah kejar tapi tidak ketemu."
Bip. Sultan langsung mematikan panggilannya secepat kilat. Mencari nomor Kinan di kontak lalu berusaha menghubungi pacarnya itu. Sudah sepuluh kali panggilan yang Sultan lakukan dan selalu ditolak oleh Kinan. Pesan spam yang dia kirim dalam tidak dibalas satu pesan pun.
Sultan pun beranjak pergi dari ruang rawat inap Ambar tanpa berpamitan. Meninggalkan Ambar yang sedang tertidur.
Parsel buah yang Sultan temukan berserakan di koridor luar ruangan membuat pria itu tercenung. Sultan tidak perlu waktu lama untuk menyimpulkan dengan sangat yakin jika parsel buah yang berserakan tersebut adalah milik Kinan.
Kinannya tadi datang kesini. Mendengar semua obrolannya dengan Ambar. Dan yang paling membuat Sultan merasakan perasaan bersalah yang luar biasa adalah kemungkinan Kinan mendengar ucapan bodoh Sultan tadi.
"Janji Ambar. Saat ini, lo yang paling penting bagi gue. Yang lain tidak."
Sultan yakin Kinan mendengarnya. Itulah alasan pacarnya itu menangis seperti yang dikatakan Pak Adi tadi. Ya Tuhan. Bayangan tangisan adik tercintanya itu saat ini membuat Sultan merasakan sesak dada yang luar biasa.
Sultan tidak bermaksud mengatakan hal itu. Ambar sedang drop. Sultan hanya mencoba mencoba menyenangkan hati Ambar dengan cara itu.
Sultan pun benar-benar mengutuk dirinya sendiri karena melakukan hal jahat pada Kinan. Dia sejak tadi menjambak-jambak rambutnya guna menghukum dirinya sendiri. Ada banyak sekali dosa yang Sultan lalukan pada Kinan selama sebulan ini. Sultan memarahi Kinan bulan lalu, mendiaminya selama sebulan lamanya, kemudian membuat Kinan harus mendengar kata-kata menyakitkan Sultan tadi. Tidak dapat dibayangkan rasa sakit hati yang Kinan rasakan saat ini.
Sultan tanpa sadar menangis. Bayangan Kinan membencinya, menyerah padanya, dan pergi meninggalkannya memenuhi pikiran Sultan saat ini. Sultan tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Dia akan mencari Kinannya. Sultan akan merayu pacarnya itu sekuat tenaga. Dia akan bersujud dan mengucapkan beribu-ribu kata maaf pada Kinan atas semua kesalahannya selama satu bulan ini. Kalaupun Kinan memberikan syarat membangun seribu candi seperti yang dilakukan roro jongrang pada bandung bondowoso, Sultan pun akan kabulkan saat itu juga.
Sultan menghidupkan mogenya. Lalu melesat membelah jalan kota mencari keberadaan Kinan ke berbagai tempat yang Sultan prediksi akan pacarnya itu datangi.
Pertama, rumah. Sultan mencari Kinan ke kediaman Aditama. Namun nihil, Kinannya tidak ada di sana. Ayah dan Bundanya pun yang mendapat info Kinan menghilang langsung menggerakkan seluruh orang suruhan di rumah untuk mencari Kinan.
Selanjutnya, Sultan mencari Kinan ke panti asuhan. Lagi-lagi nihil. Kinan tidak ada di sana.
Sudah banyak sekali tempat yang Sultan datangi seharian ini untuk mencari Kinan. Namun tidak ada keberadaan Kinan di semua tempat itu. Kinan bagaikan hilang ditelan bumi saat ini. Sultan bingung ke mana lagi dia harus mencari pujaan hatinya itu.
Sultan pun berhenti di jembatan layang di atas selat laut yang terkenal di kotanya. Turun dari mogenya lalu menangis di pagar beton jembatan sembari memandang pemadangan selat laut yang begitu luas. Pemandangannya begitu indah, namun tidak bisa mengobati rasa sakit yang Sultan rasa sakit saat ini. Rasa kehilangan Kinan yang begitu besar membuat Sultan rasanya ingin loncat saja dari jembatan dan menemui kematiannya guna menghilangkan rasa menyesakkan itu. Sultan merasa begitu kacau. Wajahnya begitu layu karena kelelahan. Obatnya hanya Kinan. Sultan sangat membutuhkan Kinan saat ini.
Sultan membuka ponsel dan membaca pesan-pesan yang dia kirimkan pada Kinan sejak tadi.
Ki. Kamu di mana?
Ya Tuhan, Kinan. Aku minta maaf. Kamu di mana, Ki? Ayah Bunda mengkhawatirkan kamu, Ki.
Sayang, aku sedang mencari kamu nih. Please, beri tahu aku kamu sedang di mana sekarang? Aku kangen, Ki. Aku ingin minta maaf pada kamu.
Pacarku, mohon balas pesan aku. Jangan bikin Mas mu ini mati muda, Ki.
Semua pesan itu tidak terbalas sampai sekarang. Nomor Kinan tidak aktif. Kinan benar-benar sengaja menghilang dan bersembunyi dari Sultan.
Sultan memegang pagar beton erat. Tubuhnya bergetar tidak tahan dengan semua rasa menyakitkan yang menyerang dirinya sejak menghilangnya Kinan hari ini. Tangis Sultan pun masih berlanjut. Sultan melampiaskan semuanya dengan berteriak keras di jembatan itu. Meneriakkan nama Kinan begitu lantangnya seakan tidak hari esok.
Instagram : @sourthensweett dan @amdwyansyah
itu tuh sudah jelas bgt sultan kalau kamu cinta kinan.
Comment on chapter 2. Denial