Hubungan Kinan dan Sultan merenggang. Ini semua salah Kinan. Kinan terlalu menganggap sepele kebohongannya pada Sultan bulan lalu. Kinan kira kakak angkat sekaligus pacarnya itu hanya akan marah, mendiaminya, lalu mereka akan kembali akur seperti biasa dalam beberapa hari. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Sudah satu bulan sultan mendiami Kinan.
Ini baru pertama kalinya Sultan mendiaminya selama itu. Kinan cemas. Takut jika Sultan sudah benar-benar benci dan mati rasa padanya. Ditambah, Kinan sangat merindukan pacarnya itu. Hidup Kinan menjadi tidak terarah selama satu bulan ini. Tidur Kinan menjadi berantakan. Makan selalu tidak sesuai jadwal. Juga selalu murung di sekolahnya. Penyebab semua itu tak lain adalah Sultan. Kinan merindukan kekasihnya itu. Kinan membutuhkannya.
Kinan ingat obrolan terakhirnya bersama Sultan bulan lalu. Sultan saat itu benar-benar terlihat kecewa padanya. Kesalahpahaman yang melibatkan Kinan, Sultan dan Gusti sepertinya membuat ego pria itu terluka. Sultan berkali-kali menyindir dan memberi sarkas pada Kinan. Bahkan pria itu memanas-manasi Kinan dengan mengatakan akan mencoba clbk dengan Ambar.
Kinan tidak ambil hati kata-kata Sultan saat itu. Kinan paham jika pacarnya itu sedang marah sehingga berbicara asal. Namun, sepertinya Sultan tidak sekadar asal bicara. Karena selama sebulan ini Sultan benar-benar menyibukkan dirinya dengan Ambar. Bahkan mereka sering sekali hang out bersama mengunjungi tempat-tempat wisata di kota. Saling mengupload story satu sama lain. Membuat Kinan setiap malam menangisi kedekatan dan kemesraan mereka dari hari kehari.
Apakah Sultan sengaja melakukan itu agar membuat Kinan cemburu? Atau pacarnya itu memang sudah berpaling pada Ambar? Apakah cinta mereka berhasil bersemi kembali? Kinan takut jika perkataan Sultan waktu itu benar-benar menjadi kenyataan.
Kinan pun berusaha membuang prasangka buruknya. Dia yakin Sultan tidak akan mungkin secepat itu berpaling darinya. Karena Kinan sering menangkap pria itu sering memperhatikannya dari jauh. Menatap Kinan begitu dalam seperti biasa lalu membuang muka ketika Kinan memergokinya.
Sultan sering diam-diam menyuruh Bi Siti pembantu rumah mereka untuk mengingatkan Kinan makan sesuai jadwal. Kinan juga kadang menemukan Sultan sengaja menunggunya di depan teras rumah setiap kali Kinan pulang malam dari tempat les belajarnya. Kesimpulannya, Sultan masih sangat peduli pada Kinan.
Namun Kinan tetap saja tidak percaya diri. Dia tidak tahu isi hati Sultan yang sebenarnya saat ini. Satu bulan bukanlah waktu yang sebentar. Pasti ada saja yang berubah. Rasa peduli dan rasa cinta adalah dua hal berbeda. Sultan bisa saja masih peduli pada Kinan sebagai kakak, bukan sebagai kekasih lagi. Karena mungkin saja hati Sultan sekarang sudah terpaut pada Ambar. Kebersamaan mereka yang terlalu sering selama satu bulan ini pasti menimbulkan benih-benih rasa nyaman di antara mereka. Bahkan mungkin benih cinta.
Kinan mendengar jika Ambar kembali drop dan dilarikan ke rumah sakit hari ini. Oleh karena itu, berakhirlah Kinan mengunjungi rumah sakit saat ini. Dengan menjinjing parsel buah sebagai buah tangan untuk menengok Ambar sekaligus menemui Sultan untuk mengajak pacarnya itu berbaikan. Mencoba menggapai titik terang hubungan di antara mereka.
Kinan hendak masuk ke ruang rawat inap Ambar. Namun obrolan jelas Sultan dan Ambar di dalam sana mengurungkan niat Kinan untuk masuk.
"Lo ingat tidak, Tan. Saat kita pacaran dulu, lo selalu memberi gue kado ulang tahun tiket konser band favorit gue."
"Ingat, Mbar. Gue juga masih ingat band favorit lo. Hivi, Kan?"
"Wah. Lo masih ingat ternyata. Merch merch konsernya masih ada di rumah gue loh, Tan. Gue tidak berani buang. Itu salah satu kenangan gue dengan lo, Tan."
"Kalau ada waktu, kapan-kapan gue akan ajak lo ke konser Hivi lagi. Lo mau, Mbar?"
"Mau. kita ajak Kinan juga yah!"
Sultan dan Ambar terdengar sedang bernostalgia masa-masa berpacaran mereka semasa smp. Kinan hanya bisa tersenyum getir mendengarnya.
"Kata dokter kondisi gue semakin parah saat ini, Tan. Gue takut."
"Tenang, Mbar. Ada gue yang akan siap sedia menjaga lo. Lo harus semangat untuk sembuh."
"Lo janji akan selalu ada untuk gue terus kan, Tan?"
"Janji Ambar. Saat ini, lo yang paling penting bagi gue. Yang lain tidak."
Hati Kinan bagai dipukul palu mendengar perkataan Sultan barusan. Perkataannya begitu menyakitkan untuk Kinan dengar. Tubuh Kinan bergetar hebat. Lunglai tidak bertenaga. Rasa galau luar biasa menguras tenaga akibat salah paham dia dan Sultan bulan lalu belum usai, namun dia sudah diberi lagi luka baru. Tangis Kinan pecah. Dia sudah tidak tahan lagi. Emosinya meledak.
Jadi, Kinan sudah tidak penting lagi bagi Sultan saat ini? Tempatnya sudah tergantikan oleh Ambar?
Ya Tuhan. Padahal dua sebulan yang lalu Sultan dan Kinan masih sangat akur dan bucin satu sama lain. Saling merasakan ciuman pertama. Dan saling mengungkapkan besarnya cinta masing-masing yang mereka punya.
Namun ternyata semua itu hanyalah candaan dan bualan Sultan semata. Pria itu tidak serius mengatakannya. Sultannya telah benar-benar berpaling pada Ambar hanya dalam waktu satu bulan. Berbeda dengan Kinan yang harus menunggu waktu setahun lebih untuk menjadi kekasih Sultan. Penantian lama yang berhasil tercapai, namun berakhir dalam kurun waktu sebentar.
Kinan tidak bisa mengendalikan emosinya lagi. Tangisnya semakin deras. Kinan membanting parsel buah yang dia bawa. Berlari meninggalkan rumah sakit tanpa menemui sopir yang menunggunya di parkiran.
Instagram : @andwyansyah dan @sourthensweet
itu tuh sudah jelas bgt sultan kalau kamu cinta kinan.
Comment on chapter 2. Denial