Lagu boyband exo korea yang berjudul growl berputar keras di ruang ekskul dance. Sekitar dua puluh murid yang yang berada di ruangan tersebut mulai bergoyang mengikuti irama lagu. Termasuk Kinan. Kinan bergerak lincah sesuai gerakan-gerakan dance yang telah dia hafal. Senyum tidak pernah luntur di wajahnya setiap dia melakukan itu. Kinan yakin dia tidak salah telah memilih ekskul ini. Kinan sangat menikmatinya. Dia mencintai semua hal tentang dance.
Lima menit kemudian musik pun berhenti.
"Good job, guys. Tepuk tangan untuk mengapresiasi kerja keras kalian hari ini" ucap seorang senior ekskul dance di depan ruangan. Kinan dan yang lain pun bertepuk tangan.
"Kinan, gerakan dance kamu lebih menonjol daripada yang lain. Tetap pertahankan yah. Kamu mungkin suatu saat bisa menjadi murid paling terbaik di ekskul ini. Dan mungkin bisa jadi ketua ekskul selanjutnya jika itu tercapai. Yang lain mohon berikan tepuk tangan untuk Kinan. Semoga kalian semua termotivasi juga yah untuk memperbagus dance kalian seperti Kinan tadi."
Kinan tersenyum malu-malu ketika diberi tepuk tangan yang meriah oleh teman-teman ekskulnya. Mereka juga memberi senyum terbaik mereka kepada Kinan.
Jadwal ekskul dance hari ini pun berakhir sore hari. Kinan beranjak meninggalkan ruang ekskul bersama dengan yang lain.
"Kinan, selamat yah atas tadi," ucap tiga orang teman ekskul Kinan secara bersamaan.
"Terima kasih. Dance kalian juga sangat luwes kok tadi," balas Kinan pada tiga gadis seumurannya itu.
"Kapan- kapan lo mau tidak main bersama dengan kami, Ki? Kita bisa latihan bersama. Mengobrol banyak hal tentang dance dan kpop. Atau mungkin hang out bersama ke suatu tempat."
Kinan biasanya sangat menutup diri pada teman-teman sekolahnya. Kinan tidak pernah akrab dengan siswa atau siswi manapun. Hanya sebatas mengenal dan menyapa saja dengan mereka. Kinan terlalu insecure. Dia selalu merasa rendah diri kepada orang-orang. Ditambah Kinan pernah dibuli oleh tiga gadis seumurannya di sekolah ini. Kinan merasa trauma.
Namun sepertinya Kinan tidak boleh terus terlarut dengan rasa traumanya. Dia harus percaya diri dan berani bersosialisasi. Kadang Kinan juga merasa kesepian karena hanya mempunyai Sultan di sekolah ini. Hubungannya dengan Ambar pun terus berjarak dan tidak ada titik terang. Kinan juga butuh teman.
Oleh karena itu, Kinan pun memutuskan untuk mengiyakan ajakan ketiga siswi tadi. Tidak ada salahnya dia mencoba membuka diri.
"Boleh, aku mau kok kapan-kapan kita main dan latihan bersama. Kalian tentukan saja hari dan waktunya. Nanti aku menyesuaikan."
"Bagaimana jika kita membuat group chat berempat saja?"
"Itu ide yang bagus."
"Yasudah, nanti gue membuat grup dan menambahkan lo ke grup yah, Kinan. Kalau begitu kami bertiga pamit pulang. Lo dijemput sopir seperti biasa kan, Ki? Hati-hati di perjalanan yah."
"Terima kasih. Kalian hati-jati juga yah."
Dan berakhirlah Kinan saat ini. Menunggu sopir rumah di sebuah halte sekolah tempat para murid menunggu jemputan. Betapa terkejutnya Kinan menemukan Ambar di sana. Seorang diri, tanpa Sultan yang menjaganya seperti biasa.
"Mbak Ambar, sedang apa di sini?"
Ambar pun juga terkejut ketika bertemu Kinan. Wajahnya begitu pucat dan sedih. Kinan menjadi khawatir. Trauma dengan kejadian di lapangan sekolah dulu.
"Kinan, lo sedang menunggu jemputan juga?"
Kinan mengangguk. "Memangnya Mas Sultan kemana, Mbak. Kok tidak mengantar Mbak Ambar?"
"Sultan sedang ada urusan dengan teman-teman geng motornya, Ki."
"Tumben. Biasanya Mas Sultan cekatan mengantarkan Mbak dahulu kalau ada sebuah urusan."
Wajah Ambar semakin sendu. "Sepertinya Sultan sedang marah pada gue, Ki. Dia mendiami gue sejak tadi pagi."
Marah? Kinan tiba-tiba ingat kejadian kemarin. Momen dimana dia terbakar api cemburu ketika mengetahui Sultan dan Ambar jalan bersama ke timezone yang pernah Kinan dan Sultan kunjungi. Bahkan pacar Kinan itu menjemput Ambar dengan mobil jeep, tidak dengan mogenya seperti biasa.
Bisa dibayangkan semarah dan secemburu apa Kinan kemarin. Membuat Sultan kelimpungan merayu Kinan untuk tidak merajuk lagi padanya.
Sultan juga mengaku jika dia marah terhadap Ambar yang memposting story kebersamaan mereka di timezone tanpa izin terlebih dahulu kepada Sultan. Sepertinya kakak angkat yang telah resmi menjadi pacar Kinan itu hari ini masih marah dan menghindari Ambar.
"Mbak Ambar akan langsung pulang ke rumah?"
"Tidak, Ki. Hari ini ada jadwal check up gue dengan Dokter Kevin."
Kinan mendadak kesal dengan Sultan. Kenapa Sultan harus sekejam itu pada Ambar. Boleh saja jika dia marah, namun kenapa harus sampai lalai akan tanggung jawabnya kepada Ambar. Kinan pun tidak enak hati. Sultan pasti seperti itu karena dirinya. Dia marah karena tidak terima Ambar membuat Kinan menangis kemarin.
"Sopir Mbak Ambar kapan datangnya?"
"Gue tadi sudah meminta Bunda gue untuk mengirim sopir, Ki. Namun pesan gue belum di balas oleh Bunda. Sepertinya dia sibuk."
Sopir yang ditunggu Kinan pun sudah tiba. Kinan pun yang iba dengan Ambar memutuskan untuk mengantar mantan pacar Sultan itu untuk check up.
"Yasudah kalau begitu. Mbak Ambar ikut denganku saja. Aku akan mengantar Mbak Ambar untuk check up. Sopir aku sudah sampai soalnya."
"Memangnya lo tidak keberatan, Ki?" Ambar terlihat terkejut.
"Tidak apa-apa, Mbak. Anggap saja ini sebagai permintaan maaf aku untuk kejadian di lapangan dulu."
Instagram : @sourthensweett atau @andwyansyah
itu tuh sudah jelas bgt sultan kalau kamu cinta kinan.
Comment on chapter 2. Denial