"Kalian yakin mereka bertiga adalah pelakunya?" tanya Sultan kepada delapan teman geng motor yang diketuainya.
"Benar, Tan. Kami sudah cek cctv kantin. Di video cctv, Kinan terus melihat ke arah mereka sambil menangis saat itu. Itulah yang membuat kami yakin mereka bertiga adalah dalangnya," jawab Satria, bendahara di gengnya.
"Jadi, kalian yang membuli adik gue di kantin seminggu yang lalu?"
Sultan bertanya dengan nada tajam dan menusuk pada tiga orang siswi kelas sebelas yang diduga telah membuli Kinan. Siang ini, Sultan sedang berada di markas geng motornya. Duduk di meja ketua sembari mengintrograsi tiga siswi itu.
Benar, Sultan berbohong pada Kinan soal jika melakukan rapat bersama teman-teman geng motornya. Itu hanyalah alasan Sultan agar bisa menyempatkan waktu untuk menghukum tiga siswi yang saat ini sangat ketakutan di depannya.
Kesibukannya menjaga dan memperhatikan Ambar selama satu minggu kemarin membuat Sultan baru bisa mencari dan menghukum para pembuli Kinan saat ini. Itupun dengan cara berbohong dan memberi alasan melakukan rapat geng motor.
Sultan tidak ingin tinggal diam. Sultan sangat membenci aksi pembulian. Terutama orang yang membuli Kinan. Dia tidak sudi orang-orang yang telah menyakiti Kinannya hidup tenang dan tertawa bebas di luaran sana. Mereka harus dihukum. Air mata Kinan tidak layak untuk mereka.
"Berani sekali yah kalian membuli adik gue, seorang murid yang merupakan anak angkat dari pemilik sekolah ini," sindir Sultan.
"Kenapa diam. Kalian bisu? Gue barusan bertanya, bukan berpidato. Gue bertanya sekali lagi, benar bukan kalian yang membuli Kinan kemarin di kantin?" Tiga siswi itu terus diam dan terlihat ketakutan.
"JAWAB!"
Sultan membentak tiga siswi itu. Dia benar-benar marah saat ini. Teman-teman geng motornya terlihat bereaksi biasa saja ketika Sultan murka seperti itu di depan mereka. Mereka sudah terbiasa dengan kebiasaan Sultan yang satu itu. Mereka sudah hafal jika ketua geng mereka itu akan selalu bersikap berlebihan jika sudah menyangkut adik angkat kesayangannya.
"Iya, Kak Sultan. Benar. Kami mengaku telah bersikap tidak baik kepada Kinan kemarin di kantin. Tapi izinkan kami membela diri, Kak. Kemarin tidak ada buli membuli Kak. Kami tidak melakukan kekerasan fisik sama sekali terhadap Kinan. Kami hanya mengejek dan menghina Kinan dalam bentuk omongan saja."
Salah satu siswi pembuli Kinan itu akhirnya mengaku karena takut dan tertekan oleh Sultan.
"Dasar bodoh. Itu sama saja disebut membuli. Memangnya kalian pikir membuli itu hanya berupa kekerasan fisik? Omongan-omongan kejam kalian di kantin kemarin bisa membuat seseorang terbuli, merasa rendah diri, kemudian depresi, bahkan bisa sampai bunuh diri. Kalian hobi membuat orang lain mati yah?"
"Tidak kak. Kami tidak bermaksud seperti itu. Kami minta maaf, Kak Sultan. Kami khilaf. Kami berjanji tidak akan pernah membuli Kinan lagi."
"Memang tidak akan. Karena jika kalian membuli Kinan lagi, akan gue jahit mulut kalian itu. Supaya kalian tidak bisa membuli dan menjelek-jelekkan orang lain lagi," ancam Sultan. Ketiga siswi itu semakin ketakutan dan terus-terusan mengucapkan kata maaf saat ini.
"Apa hal menjijikan yang kalian bicarakan tentang Kinan kemarin?" tanya Sultan. Ketiga siswi itu kembali diam cukup lama.
"JAWAB! JANGAN BERAKTING BISU ATAU AKAN GUE BUAT BISU BENERAN KALIAN SEMUA SEKARANG."
"Kami menjelek-jelekkan fisik Kinan, Kak. Kami mengatai Kinan gendut dan tidak tidak pantas untuk menjadi tipe gadis impian Kak Sultan." Kali ini siswi kedua yang mengaku.
Dada Sultan menjadi sangat sesak setelah mendegar pengakuan itu. Sultan merasakan sakit hati yang luar biasa ketika mengetahui Kinannya diperlakukan sekejam itu oleh gadis-gadis seumurannya. Sultan tidak bisa membayangkan sesakit hati apa Kinan ketika orang lain menjelek-jelekkan fisiknya secara terang-terangan. Dia bahkan menyembunyikan sakit hati dan kesedihannya hari itu dari Sultan.
"Wah, hebat sekali. Tipe gadis impian gue sekarang di atur oleh orang asing yang bahkan tidak dekat sama sekali dengan gue. Kalian benar-benar hebat," sarkas Sultan.
"Lalu, hal menjijikan apa lagi yang kalian bicarakan tentang Kinan kemarin?" cecar Sultan.
"Kami juga membandingkan fisik Kinan dengan Kak Ambar, Kak."
Brak! Sultan menggebrak meja. Wajahnya memerah semerah api. Tangannya mengepal keras. Giginya bergemelatuk marah. Urat-urat rahangnya bermunculan bak relief.
Sultan semakin murka. Dia hampir tidak bisa mengendalikan dirinya ketika mengetahui ketiga siswi itu membandingkan Kinan dengan Ambar secara terang-terangan di depan Kinan. Sultan semakin sakit hati mengetahui hal itu. Ya Tuhan, Kinannya. Sultan telah lalai menjaga adik yang dia cintai itu.
"Kalian benar-benar gadis berjiwa iblis. Jika saja kalian pria, sudah gue buat babak belur kalian semua saat ini. Air mata Kinan tidak layak untuk pembuli seperti kalian."
Sultan menghampiri ketiga siswi itu. Berjongkok di depan mereka yang sejak tadi berlutut di depan Sultan.
"Apa hukuman yang kalian inginkan. Dikeluarkan dari sekolah atau dipenjara? Gue bisa menuntut kalian atas pembulian yang telah kalian lakukan pada adik gue. Mana yang ingin kalian pilih?" tanya Sultan kemudian.
"Kami tidak mau kedua-keduanya, Kak Sultan. Tolong maafkan kami, Kak. Kami janji tidak akan membuli Kinan lagi. Kami akan berteman dengan Kinan. Kami bahkan bersedia menjadi babu Kinan. Kami janji akan memperlakukan Kinan dengan baik," mohon siswi ketiga yang sejak tadi diam.
"Lihat, kalian sudah tidak ada harga dirinya saat ini. Kalian bahkan menawarkan diri kalian untuk dijadikan seorang babu." Sultan tertawa lepas.
"Adik gue tidak akan pernah mau berteman dengan kalian. Kalaupun dia mau, gue lah orang yang akan menentang keras hal itu. Gue tidak sudi Kinan berteman dengan orang-orang munafik seperti kalian."
Sultan sebenarnya belum puas menghukum ketiga siswi itu. Namun, teman kelasnya yang tiba-tiba masuk ke dalam markas dengan terburu-terburu membuat perhatian semua penghuni markas termasuk Sultan saat ini teralih.
"Sultan, adik lo dan Ambar ada di UKS. Mereka bertengkar di lapangan. Ambar pingsan," cerita teman kelas Sultan itu.
Sultan bagai disambar petir. Berita barusan benar-benar membuatnya syok. Dia langsung berlari secepat kilat keluar markas untuk menuju ruang uks.
Hal yang paling pertama Sultan cari setelah sampai di ruang UKS adalah Kinan. Bukan Ambar. Dia hanya ingin mengecek keadaan Kinan saat ini. Bukan keadaan Ambar.
Kinan berdiri di luar pintu UKS. Terkejut ketika menyadari keberadaan Sultan. Ada rasa takut yang luar bisa di matanya. Sultan bisa melihat itu dengan sangat jelas.
"Mas Sultan. Maaf Mas. Mbak Ambar mendapatkan musibah gara-gara____"
Kinan tidak menamatkan bicaranya karena Sultan langsung menubruk dan memeluk tubuh adik tercintanya itu. Sangat erat seperti tidak ada hari esok.
"Gara-gara aku, Ki. Semua ini salah aku. Maaf, Ki. Maafkan Mas mu ini."
*****
Instagram : @sourthensweett dan @andwyansyah.
itu tuh sudah jelas bgt sultan kalau kamu cinta kinan.
Comment on chapter 2. Denial