Read More >>"> Story of April (Impian Manusia (Final)) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Story of April
MENU
About Us  

Manusia itu bodoh , di masa lalu mereka tidak sabar menuju masa depan . Namun , saat masa depan membawa perasaan kecewa , mereka bermimpi untuk kembali

“Apa impianmu selama ini?” tanya Jun Su setelah menyerahkan secangkir teh pada Seol Hee.

“Entah. Hanya ingin hidup bahagia,” sahut Seol Hee yang lalu menyeruput tehnya.

Sejenak, Jun Su menikmati tehnya namun, tatapnya mengarah ke Sang Istri yang tersenyum memandangi langit malam yang cerah.

“Mereka sudah masuk kamar masing-masing?” tanya Seol Hee tanpa mengalihkan pandangan.

“Sudah,” jawab Jun Su yang masih tersenyum memandangi istrinya.

“Kenapa?” tanya Seol Hee yang menyadari akan tatapannya.

“Tidak. Kau masih sama seperti dulu. Tapi, kelihatannya aku yang berubah banyak.”

Langsung Seol Hee menatap Jun Su yang sudah tersenyum padanya.

“Ada sesuatu yang mengganggumu?” tanya Seol Hee sambil meletakkan cangkir tehnya..

“Tidak ada,” sahut Jun Su sambil meletakkan cangkir tehnya dan tersenyum tipis.

"Kau baik?"

"Iya baik."

"Kau baik?"

“Saya baik.”

"Kau baik?"

Segera, Jun Su yang sempat tertunduk pun melihat Seol Hee dengan air mata berlinang. Seol Hee pun tersenyum dan menggeser duduknya. Dia memegang tangan Jun Su dan saling memandang.

“Apa yang mengganggu pikiranmu?”

“Sebentar lagi Min Gyu dan Min Hee akan lulus dari perguruan tinggi dan kita semakin tua. Entah kenapa sekarang aku jadi sangat mudah mengeluarkan air mata. Aku semakin cengeng setiap tahunnya.”

Lagi, Seol Hee tersenyum sambil mengusap pelan punggung tangan Jun Su yang ia genggam.

“Apa yang sedang kamu rasakan sekarang?”

“Aku takut kehilangan. Aku takut kehilanganmu seperti aku kehilangan Chang Yi. Rasanya saya ingin mengulang waktu dan menolak mentah-mentah rencananya.”

“Kalau begitu kau akan menikah dengan Yu Mi dan aku akan bahagia bersama Chang Yi.”

Jun Su pun tersenyum di antara air mata yang telah membasahi kedua pipinya bersama Seol Hee yang ikut tersenyum sambil menghapusnya.

“Kalau bisa kembali ke masa lalu, apa yang ingin kau lakukan selain menolak rencana Chang Yi?” tanya Seol Hee.

“Saya ingin mengenal kau lebih dulu. Bagaimana denganmu?”

“Mmm…entah. Mungkin di sisi lain aku ingin menerima Chang Yi lebih dari yang dia lakukan, jika kutahu dia mengalami sakit yang parah. Tapi, di sisi lain, saya berharap kita bertemu lebih dulu tanpa perantara siapa pun termasuk Chang Yi. Saya lebih suka kalau kita saling mengenal tanpa sengaja daripada harus dalam posisi seperti dulu. Aku jahat, ya? Hehe…"

“Entah. Aku pun merasa jahat ketika mengetahui tentang perasaanku sementara, aku tahu kau milik Chang Yi yang sangat di sayanginya.”

“Tapi, kenapa dia mengamanatkanmu untuk menikahiku?”

“Sejak kecil, Chang Yi selalu menyerahkan segalanya ketika dia tidak mampu melakukan atau menjaganya. Entah itu mainan ataupun makanan kesukaannya. Rasa sayangnya terkadang berlebihan terhadap sesuatu dan mengingat penyakit yang dia derita membuatku selalu tidak bisa menolaknya.”

“Karena itu kau berusaha menolakku?”

“Untuk pertama kali selama hidup yang kuhabiskan hanya untuk menjaganya, aku berusaha. Namun, pada akhirnya aku tetap kalah,” sahut Jun Su sambil tersenyum tipis.

“Kau menyesalinya?”

“Tidak. Di bagian dari cerita ini yang kusesali hanya merugikanku yang berusaha menolak.”

“Apa kau selalu menerima apapun yang Chang Yi inginkan? Bahkan walaupun itu mengorbankan nyawamu sekalipun.”

“Eung,” jawab Jun Su sambil mengangguk pelan.

“Itu kenapa kamu berusaha menolakku karena aku berbentuk manusia dan bukan barang?”

"Eung."

“Walaupun itu harus menyakitkan bagimu?”

"Eung."

Lagi, Jun Su memejam dan mengalirkan lebih banyak air mata yang membasahi kedua pipinya. Seol Hee pun hanya tersenyum dan menarik Jun Su ke dalam pelukannya.

“Saya tidak tahu harus bagaimana. Tapi, aku tahu masa kita termasuk masa tersulit. Di mana kau harus menahan setengah dari rasa sayangmu hanya karena tidak nyaman dengan mendiang Chang Yi yang kini menyaksikan kita. Yang kini telah menjadi bintang paling terang di langit. Maaf, untuk kesulitan yang kau alami karena egoku yang juga berusaha menolakmu. Kau sembunyikan rasamu dengan baik hingga membuatku ragu.”

Dan untuk setiap kata yang kuucapkan malam itu , sedikit hatiku merasa teriris dan di sisi lainnya terobati . Pertama dalam hidupku , aku bahagia bisa menangis dengan leluasa tanpa malu di hadapanmu

                                                                                                                                    

“Min Hee, kau siap?”

Gadis manis dengan gaun pengantin cantik itu tersenyum pada sesosok pria paruh baya dan mengangguk dengan tegas setelah menghela nafas pelan.

“Apa Ayah tidak apa? Aku yang akan mengantarkannya ke altar kalau Ayah tidak kuat.”

Pria dengan setelan jas rapi berambut merah kecokelatan itu tampak membantu Sang Ayah yang melangkah berat dengan tongkatnya.

“Boleh Ayah saja?”

“Kalian berdua boleh mengantarku,” sahut Min Hee.

Dan pada akhirnya pernikahan yang di dampingi dua pria itu berlangsung khidmat. Sosok pria paruh baya yang tak lain adalah Ho Jun Su yang tersenyum haru, melihat Sang Putri tersenyum bahagia padanya. Sementara pria muda yang memeluknya, Ho Min Gyu pun tampak sangat bahagia menyaksikan adik kembarnya menikah.

“Kau tidak ingin menikah seperti adikmu?” tanya Jun Su sambil memandangi langit malam.

“Nanti saja. Aku masih ingin menghabiskan waktu bersama Ayah tanpa harus memikirkan orang lain,” sahut Min Gyu.

“Tidak tertarik dengan teman sekantor atau temanmu di masa sekolah.”

“Tidak. Tidak ada satu pun yang menarik perhatianku.”

“Bagaimana tipemu?”

“Seperti Ibu.”

Jawabannya membuat Jun Su tersenyum melihatnya yang hanya tertunduk malu sejenak.

“Setiap anak laki-laki pasti berharap mendapat pasangan seperti Ibunya. Dan setiap anak perempuan pasti berharap mendapat pasangan seperti Ayahnya.”

“Kalau mereka jahat mungkin akan berbeda, ya. Hehe…"

Lagi, Jun Su tersenyum.

“Tidak semua yang kita harapkan bisa kita dapatkan karena perecana terbaik adalah Tuhan. Namun, jika kau mau, takdir pun bisa berubah. Ada sebuah cerita yang masih sangat ayah ingat sampai sekarang.”

"Apa?" tanya Min Gyu dengan sorot mata berbinar.

“Cerita tentang seorang pria yang berharap pada satu wanita yang dia pikir tidak akan bisa dia miliki.”

“Hmm, menarik. Ceritakan padaku.”

Bayang tentang masa lalu Jun Su tiba-tiba tergambar jelas dalam pikirannya. Jantungnya terasa berdebar kencang melihat gadis dengan kepang kuda itu berdiri di depan pintu. Dia berusaha abai dengan permainan playstation -nya walaupun dia tahu sekalipun gadis itu tidak mengalihkan pandangan dan tetap memandang.

" Apa ?"

Suara Chang Yi yang terdengar lantang membuatnya berusaha menata perasaan dan sikap dalam waktu singkat.

Iturambut …”

Oh ! Hahadia saudara sepupuku . Ho Jun Su dan masalah rambut , itu gen Ibunya . Jun Su , kenalkan , ini Cha Seol Hee .”

Hampir, kalimat pujian itu hampir keluar dari mulutnya saat tangan mereka saling terjabat tapi, lagi, Jun Su menahan diri melihat Chang Yi yang menatap Seol Hee seakan gadis itu telah menjadi dunianya.

“Jadi, ini cerita tentang cinta pada pandangan pertama?”

Pertanyaan Min Gyu membuyarkan lamunan Jun Su yang bercerita sambil membayangkan masa lalunya. Dia tersenyum pada Sang Anak yang mengunyah kacang dan tersenyum tipis.

“Besok kita lanjutkan ceritanya. Ayah ingin istirahat.”

"Oh! Baik. Hati-hati."

Bergegas Min Gyu membantu Jun Su berdiri dan menggandengnya penuh sayang masuk ke dalam rumah.

                                                                                                                                                

♪ Kebetulan apapun baik jika aku bisa melihatmu . Saya berjalan di jalan yang pertama kali kami temui . Sekarang kau telah memudar . Dan aku masih menunggumu[1]

“Lagu yang sama lagi?” tanya Jun Su sambil menuang air putih ke gelasnya.

“Kapan kau akan pergi dari kontrakanku?” tanya Seol Hee tak peduli.

“Sampai jadi anak,” sahut Jun Su asal.

Ada senyum geli yang Jun Su tahan tatkala melihat lirikan sinis Seol Hee yang kemudian kembali fokus pada masakannya.

“Makan ini,” ujarnya sambil meletakkan semangkuk sup rumput laut di meja makan.

Kening Jun Su pun berkerut dan dia langsung menarik kursi lalu duduk bersamaan dengan Seol Hee yang telah menghidangkan untuknya sendiri.

“Tadi malam ulang tahunmu, kan? Aku sampai muak mendengar dering tanda pesan dari ponselmu,” omel Seol Hee yang kemudian menyeruput supnya.

“Kau membuka ponselku?” tanya Jun Su yang lalu ikut menikmati supnya.

“Tidak. Pacarmu menelepon dan kemudian telepon mati. Lalu terlihat pesan-pesan itu.”

“Kau tidak risih?”

“Tidak. Biasa saja,” sahut Seol Hee ketus.

“Aku sudah menidurimu.”

“Anggap saja ini juga hiburan buatku.”

“Kau pernah melakukannya?”

"Ya."

Sahutan Seol Hee yang masih fokus pada makanannya pun membuat Jun Su melihatnya lekat. Namun, dia yang tahu tetap abai.

“Bersamamu. Kau yang pertama kali meniduriku. Saya tidak pernah tidur dengan pria lain.”

“Tapi, kau tampak tidak terbebani?”

“Untuk apa aku merasa terbebani sementara, hidupku sudah tidak lagi penuh dengan kebahagiaan. Jalani saja. Nikmati. Itu juga sesuatu yang enak.”

Sejenak Jun Su mendesah pelan, sempat kehilangan selera makan tapi, melihat Seol Hee makan dengan lahap selesai menyiapkan semua untuknya, ada rasa bersalah dalam dirinya.

“Aku akan menikah denganmu nanti,” ujarnya yang kemudian melahap nasi.

“Terserah. Tuhan, selalu memiliki cara untuk memberikan kejutan terindah. Tapi, baru kali ini aku merasa tidak adil,” ucap Seol Hee lirih.

Lagi, Jun Su memandangi Seol Hee yang masih menikmati makanannya.

“Apa yang tidak adil?” tanya Junsu.

“Bahkan di saat aku bahagia pun aku tidak merasa bahagia.”

“Apa ukuran kebahagiaan seseorang? Menurutmu?” tanya Junsu.

“Tersenyum bersama orang yang kusayang. Namun, ada titik di mana aku bisa merasa bahagia meski tanpa kehadiran orang itu.”

“Hmm,” jawab Jun Su sambil mengangguk pelan, “bagiku, bahagia itu bisa menikmati dunia walaupun aku sendirian. Bisa menyenangi sebuah kematian walaupun aku tahu itu mengerikan.”

“Apa kau benar-benar ingin merasakan kematian dalam kebahagiaan?” tanya Seol Hee dengan kening berkerut.

“Kalau boleh meminta. Menurutku itu bagus, hahaha…”

Karena yang tersisa hanya dia jadi , aku pun bahkan tidak bisa memilih ingin tertawa bersama siapa . Kosong itu , tidak nyaman . Hal yang lebih mengerikan daripada harus berdiri sendirian .

                                                                                                                      

“Kau benar-benar tidak kedinginan di sini? Kita masuk, ya?”

Ada rasa khawatir setelah Jun Su meletakkan selimut tambahan di bahu Seol Hee.

“Kalau duduk di dalam perutku makin sakit. Kau tahu aku suka udara dingin, kan?”

Senyum Seol Hee yang tampak manis malam itu membuat Jun Su menggeser duduk dan di rangkulnya Sang Istri di bawah cahaya bulan purnama yang bulat sempurna.

“Kalau ada bulan seperti ini di jaman dulu percaya kalau para Gumiho akan keluar mengambil jantung manusia untuk kehidupan mereka.”

Celoteh Seol Hee membuat Jun Su tersenyum geli.

“Kau benar-benar menyukai Gumiho.”

“Gumiho itu lucu. Aku tahu ceritanya mereka makhluk yang kejam namun, mereka yang berusaha ingin menjadi manusia dengan misi yang sulit membuatku jadi iba. Mereka terkadang seperti monster tetapi, di detik berikutnya mereka hanya tampak seperti makhluk biasa yang Tuhan ciptakan. Makhluk yang memiliki mimpi dan harapan untuk hidup.”

Diam, Jun Su seakan merasa bersalah dan rangkulannya pun semakin erat. Dia menyandarkan kepala Seol Hee ke pundaknya.

“Kalau aku lahir kembali, apa kau akan tetap mencintaiku?” tanya Seol Hee.

“Kalau aku lahir kembali, apa kau tetap akan memilihku?”

Mendengar pertanyaannya, Seol Hee pun mengangkat kepala dan menatap Jun Su yang tersenyum tipis lalu kembali menyandarkan kepalanya ke pundak.

“Kenapa bertanya seperti itu?” tanya Seol Hee kesal.

“Apa sulit?”

“Kau ingin aku jujur ​​​​atau bohong?”

“Jujur.”

“Iya. Sulit. Karena setiap kali mengingat Chang Yi, aku merasa tidak stabil.”

“Sudah hampir 21 tahun Chang Yi tidak lagi berada di dunia tapi, kau masih begitu membayangkannya. Aku rasa ikatan kalian lebih kuat dibanding kita berdua.”

"Kau cemburu?"

“Sangat. Kau tidak berharap sedikit pun bisa bertemu denganku lagi di kehidupan kedua?”

“Jika bisa memberikan dalam persen, aku lebih memilih 65% hidupku ingin bertemu lagi dengan Ho Jun Su.”

“Bagaimana kalau kalian berdua bertemu lebih dulu sama seperti cerita sebelumnya?”

“Kalau begitu hanya Tuhan yang memiliki jawaban pastinya. Tapi, untuk sekarang, kuberharap kita bersama lagi nanti.”

“Saya minta maaf karena tidak jujur​​ sejak awal.”

“Kau selalu meminta maaf untuk sesuatu yang tidak kau lakukan. Apa sudah jadi kebiasaan?”

“Tidak. Hanya mungkin aku lebih merasa berdosa pada diri sendri dan mengucap maaf padamu menjadi satu-satunya obatku.”

“Hei, kalau aku boleh jujur, kau lebih tampan dari Chang Yi.”

Ada senyum geli yang diperlihatkan Jun Su dan membuat Seol Hee memeluk pinggangnya.

“Hangat,” ujar Seol Hee yang kemudian memejam.

“Iya. Aku suka saat kau memelukku seperti ini. Jadi, jangan lemah dan peluk aku lebih lama.”

“Memangnya kita punya waktu lebih lama?”

“Iya. Pasti. Saya yakin. Dan aku ingin kau berjanji satu hal.”

"Apa?"

“Jika nanti datang masa di mana kita telah menghabiskan batas waktu di dunia. Berjanjilah untuk menemuiku lebih dulu di Pantai Haeundae di musim semi pertama. Jangan temui Chang Yi yang tempatnya di musim dingin.”

“Aku berjanji akan menemui Ho Jun Su di kehidupan kedua. Menunggunya di Pantai Haeundae di musim semi pertama.”

Dan untuk seluruh batas waktu yang kita miliki , ini adalah ciuman terakhirku untukmu . Untukmu yang selalu mengingat Chang Yi sebagai orang terbaikmu dan mengingatku sebagai orang yang kau sayang . Pelukan hangat ini akan selalu kurindukan . Tunggu aku di cerita pada Bulan April selanjutnya

                                                                                                                                     

“Wah! Anak Anda tampan sekali. Bagaimana bisa melahirkan anak setampan ini?”

Hanya senyum yang ditunjukkan Ibu dan Anak SMA yang berdiri di sampingnya.

“Masuklah ke dalam dan ganti baju. Ibu sudah siapkan makan siangmu.”

Dengan senyum ramah, Sang Anak menyapa para tetangga baru mereka.

“Mengapa Anda pindah ke sini? Tidakkah di Seoul lebih nyaman?” celoteh salah satu Ibu.

“Tidak. Anak saya sangat menyukai laut. Hampir setiap bulan dia ingin dibawa kemari. Makanya kami memutuskan untuk pindah ke sini saja. Di sini juga tenang dan nyaman.”

“Wah! Hebat sekali. Ingin pindah langsung bisa pindah. Keluarga Anda pasti sangat kaya.”

Hanya senyum tipis yang ditunjukkan Lee Jang Mi kepada para tetangga barunya yang begitu ' ramah '. Dan perbincangan itu pun selesai setelah dia izin memasuki rumahnya yang memiliki pagar cukup tinggi.

Rumah bertingkat duanya yang terlihat jelas dari beberapa meter pun cukup mencolok. Namun, sikap ramahnya sejak tiba tiga bulan ke Busan membuat beberapa tetangga cukup menyenanginya. Anak yang tampan dan suami yang sukses juga dirinya yang dikaruniai kerendahan hati sudah lebih dari cukup untuk menarik kebahagiaan sekitar.

TOK! TOK! TOK!

“Hoon Seung Jun, bolehkah Ibu masuk, Nak?”

Tidak ada sahutan dari dalam dan perlahan Jang Mi membuka pintu dengan nuansa biru laut yang sangat rapi itu. Dilihatnya Seung Jun, Sang Anak, tengah belajar dengan earphone di telinganya.

“Kau sedang belajar?”

Segera, Seung Jun yang terkejut pun membuka earphone -nya dan membuat Sang Ibu tersenyum.

“Kenapa, Bu? Maaf.”

“Tidak. Kau terlalu giat belajar. Tidak ingin pergi jalan-jalan. Ujian juga masih lama,” sahut Jang Mi penuh kasih.

“Tidak. Nanti saja. Setelah ujian, kan, libur satu bulan.”

“Saat liburan musim panas pasti lebih banyak orang di Pantai.”

Seung Jun hanya tersenyum.

“Saya tahu Ibu khawatir. Nanti aku akan bermain. Ayah sudah berangkat ke Seoul?”

“Sudah. Besok lusa baru pulang. Pergilah bermain.”

“Iya, nanti, Bu. Setelah kuselesaikan sedikit latihanku.”

“Ibu ingin ke klinik Bibimu. Kunci pintu dengan baik, ya. Kau ingin apa untuk makan malam?”

“Mmm…sup ayam boleh. Apa saja yang berkuah. Aku sedang ingin makan yang berkuah.”

“Baik. Ibu pergi dulu, ya. Hati-hati saat bermain nanti.”

Diam, Seung Jun menatap jendela balkon kamarnya yang sedikit terbuka dan membuat semilir angin lembut perlahan masuk.

Hai April , kau pergi terlalu lamaSelamat datang kembali

“Kita bertemu lagi?”

Gadis berambut panjang hitam tebal itu tampak tidak menyenangi sapaan Seung Jun. Namun, Seung Jun hanya tersenyum mendapati keningnya berkerut dan berhenti menari.

“Kenapa? Jika calon seorang idola harus berlatih lebih keras.”

Gadis itu tampak semakin marah dan akhirnya mematikan lagu di ponselnya kemudian beranjak pergi.

“Hei, aku baru tiba!” teriak Seung Jun yang mengejarnya.

“Apa? Aku tidak suka diganggu! Orang yang mencolok dengan rambut merah sepertimu benar-benar menggangguku. Aku tidak mau dirundung hanya karena kau menggangguku.”

Seung Jun hanya tersenyum mendengar omelannya dan langsung mengangkat tangannya setelah menghentikan langkah hingga membuat gadis tersebut terpaku.

"Apa?" bentaknya.

“Berteman,” ujar Seung Jun ramah.

“Tidak. Saya tidak suka.”

“Kenapa?”

“Sejak kepindahanmu para anak yang populer berebut ingin berdiri di sisimu. Saya merasa tidak nyaman.”

“Aku akan mengecat rambutku menjadi hitam kalau memang itu mengganggumu.”

“Tidak. Aku sudah nyaman berteman dengan teman-temanku.”

“Teman yang bahkan melihatmu aneh saat kau bermimpi ingin menjadi idola? Apa itu teman?”

“Tidak apa. Yang penting ada yang ingin berbicara denganku. Saya tidak mau dirundung lagi.”

“Aku yang akan mengawalmu.”

Namun Ragu, pada akhirnya gadis itu mengalah dan membalas uluran tangan Seung Jun.

“Hoon Seung Jun.”

“Cheon Hye Seol.”

Ada senyum senang yang berusaha Seung Jun tahan tapi, melihat Hye Seol langsung melepas jabatannya, dia tersentak. Dan sedetik kemudian dia melihat gadis itu tersenyum malu serta berusaha menghindari tatapannya.

“Kau bisa menceritakan apapun nanti, ya. Mulai sekarang kalau aku mendekatimu di sekolah, kau harus terbiasa, ya,” ujar Seung Jun semringah.

“Tidak. Aku tidak mau ada yang melihat kita dekat dengan sekolah,” sahut Hye Seol yang kemudian melangkah cepat.

“Sudah kukatakan, aku akan mengawalmu. Saya tidak akan pindah sekolah. Aku tidak akan berteman dengan siapapun selain denganmu. Kau mau, kan?” bujuk Seung Jun yang kemudian menyusulnya.

“Tidak.”

“Iya. Kau mau.”

“Tidak. Tidak. Tidaaak…”

Segera Hye Seol berlari dan meninggalkan Seung Jun yang sempat terkejut karena tindakannya.

“Hei, tunggu aku. Aku berjanji akan menjagamu. Aku tidak akan meninggalkanmu. Hei!!”

Dua puluh tahun , waktu yang lama dan entah kenapa Tuhan memberikan ingatan indah itu sampai aku berdiri di kehidupan selanjutnya . Kami berjanji untuk bertemu kembali di bulan april musim semi pertama di Pantai Haeundae dan Tuhanmenyetujui janji itu . Bukan Ho Chang Yi dan bukan Choi Yu Mi namun , Ho Jun Su dan Cha Seol Hee dalam raga yang berbeda . Terima kasih

                                                                                                                                       

[1] U-Kiss Soo Hyun feat. Eun Young dari Gadis Pemberani - Kisah April

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Perverter FRIGID [Girls Knight #3]
1159      498     1     
Romance
Perverter FIRGID Seri ke tiga Girls Knight Series #3 Keira Sashenka || Logan Hywell "Everything can changed. Everything can be change. I, you, us, even the impossible destiny." Keira Sashenka; Cantik, pintar dan multitalenta. Besar dengan keluarga yang memegang kontrol akan dirinya, Keira sulit melakukan hal yang dia suka sampai di titik dia mulai jenuh. Hidupnya baik-baik saj...
A Ghost Diary
4819      1503     4     
Fantasy
Damar tidak mengerti, apakah ini kutukan atau kesialan yang sedang menimpa hidupnya. Bagaimana tidak, hari-harinya yang memang berantakan menjadi semakin berantakan hanya karena sebuah buku diary. Semua bermula pada suatu hari, Damar mendapat hukuman dari Pak Rizal untuk membersihkan gudang sekolah. Tanpa sengaja, Damar menemukan sebuah buku diary di tumpukkan buku-buku bekas dalam gudang. Haru...
Aku Milikmu
1334      625     2     
Romance
Aku adalah seorang anak yang menerima hadiah terindah yang diberikan oleh Tuhan, namun dalam satu malam aku mengalami insiden yang sangat tidak masuk akal dan sangat menyakitkan dan setelah berusaha untuk berdamai masa lalu kembali untuk membuatku jatuh lagi dengan caranya yang kejam bisakah aku memilih antara cinta dan tujuan ?
Sisi Lain Tentang Cinta
721      388     5     
Mystery
Jika, bagian terindah dari tidur adalah mimpi, maka bagian terindah dari hidup adalah mati.
Farewell Melody
220      149     2     
Romance
Kisah Ini bukan tentang menemukan ataupun ditemukan. Melainkan tentang kehilangan dan perpisahan paling menyakitkan. Berjalan di ambang kehancuran, tanpa sandaran dan juga panutan. Untuk yang tidak sanggup mengalami kepatahan yang menyedihkan, maka aku sarankan untuk pergi dan tinggalkan. Tapi bagi para pemilik hati yang penuh persiapan untuk bertahan, maka selamat datang di roller coaster kehidu...
Marry Me
423      294     1     
Short Story
Sembilan tahun Cecil mencintai Prasta dalam diam. Bagaikan mimpi, hari ini Prasta berlutut di hadapannya untuk melamar ….
The Diary : You Are My Activist
12895      2226     4     
Romance
Kisah tentang kehidupan cintaku bersama seorang aktivis kampus..
My Idol Party
1063      548     2     
Romance
Serayu ingin sekali jadi pemain gim profesional meskipun terhalang restu ibunya. Menurut ibunya, perempuan tidak akan menjadi apa-apa kalau hanya bisa main gim. Oleh karena itu, Serayu berusaha membuktikan kepada ibunya, bahwa cita-citanya bisa berati sesuatu. Dalam perjalanannya, cobaan selalu datang silih berganti, termasuk ujian soal perasaan kepada laki-laki misterius yang muncul di dalam...
Who are You?
1251      545     9     
Science Fiction
Menjadi mahasiswa di Fakultas Kesehatan? Terdengar keren, tapi bagaimana jadinya jika tiba-tiba tanpa proses, pengetahuan, dan pengalaman, orang awam menangani kasus-kasus medis?
PALETTE
491      258     3     
Fantasy
Sinting, gila, gesrek adalah definisi yang tepat untuk kelas 11 IPA A. Rasa-rasanya mereka emang cuma punya satu brain-cell yang dipake bareng-bareng. Gak masalah, toh Moana juga cuek dan ga pedulian orangnya. Lantas bagaimana kalau sebenarnya mereka adalah sekumpulan penyihir yang hobinya ikutan misi bunuh diri? Gak masalah, toh Moana ga akan terlibat dalam setiap misi bodoh itu. Iya...