Rumput di lapangan Santa Clara University itu, seperti biasa, terpotong rapi seperti karpet bulu yang membentang dan barisan pohon palmanya melambai perlahan di tengah angin lembut musim panas. Aku duduk pada deretan terdepan bersama wisudawan lainnya, menanti upacara dimulai. Matahari musim panas tersenyum cerah, secerah senyum pada wajahku sendiri. Aku menoleh untuk tersenyum pada keluargaku yang duduk di baris ke lima. Kakakku sedang memandang berkeliling, mungkin ia ingin memandangi alma maternya sepuas mungkin sebelum dia harus pulang dan kembali ke pekerjaannya dalam beberapa hari. Mama sedang tersenyum dan melambai kepadaku. Kursi di sampingnya, di mana papa harusnya duduk, kosong. Aku menggeser pandanganku dan menemukannya berdiri tidak jauh dari sana, bercakap-cakap dengan salah satu bekas rekan kerjanya. Mungkin dia sedang membanggakan anak perempuannya yang lulus dengan summa cum laude ini. Belum, aku belum bisa memanggilnya papa. Tapi paling tidak, dua tahun terakhir ini telah dengan perlahan tapi pasti mengikis kebingungan dan kekikukan. Dan harus diakui, kami mengalami momen-momen ajaib juga. Pastinya tidak banyak gadis yang mendapat kesempatan menjadi pendamping pengantin wanita di pernikahan ayah dan ibunya sendiri, bukan? Aku memang beruntung. Dia menyudahi percakapannya dan kembali ke kursinya. Ketika ia melihat mama sedang melambai kepadaku, ia juga melihat ke arahku dan ikut melambai. Suatu hari nanti, aku yakin akan tiba saatnya aku dapat memanggilnya papa. Dia memang tidak ada di sana saat aku lahir. Dan dia tidak ada di sana waktu aku tumbuh besar. Tapi dia sudah berjanji bahwa dia akan ada di sana selama sisa hidupnya. Dan dari caranya memandang mama, aku tahu itu bukan sebuah janji kosong. Dan aku hanya bisa berharap suatu hari nanti, aku akan menemukan seseorang yang memandangku dengan cara yang sama.
Aku kembali menghadap ke mimbar. Dan aku teringat papaku yang satu lagi. Aku memandang ke langit dan tersenyum. Karena aku yakin dia sedang mengamatiku juga.
One of my favorite authors / writers
Comment on chapter opening page