Loading...
Logo TinLit
Read Story - Samudra di Antara Kita
MENU
About Us  

              Aku menyetir secepat yang kubisa. Aku melanggar semua tanda Stop dan semua lampu merah dan seharusnya seluruh mobil polisi sudah antre megejarku. Untungnya tidak. Aku masuk ke apartemen Anna dengan kunciku sendiri dan langsung melihatnya. Ia sedang duduk menangis di sofa. Dan pria itu ada di sana. Ia duduk di sebelahnya sambil memegang sekotak tisiu. Harusnya aku tahu bahwa jika aku datang dengan helikopter sekalipun, ia tetap akan tiba di sisi Anna lebih cepat karena ia tinggal di komplek apartemen yang sama. Aku menjatuhkan diriku di sofa di samping Anna dan menariknya ke dalam pelukanku. Justin berdiri, meletakkan kotak tisiu itu di meja dan berjalan menjauh. Ia duduk di kursi meja makan sambil mengutak-atik ponselnya. Anna membenamkan wajahnya pada dadaku dan menangis lebih keras.

              “Shh.. Aku ada di sini,” bisikku. Walaupun mungkin kalimat itu membuatnya lebih sedih karena walaupun aku ada di sini, kakaknya tidak ada di sini dan tidak akan pernah bisa ada di sini lagi. “Anna, ceritakan lagi padaku apa yang terjadi,” kataku. Tadi ia sudah bercerita di telpon di sela sela tangisannya bahwa ia baru ditelpon papanya yang  mengabarkan bahwa kakaknya, Amos, baru saja tabrakan

              “Dia sudah tidak ada. Dia sudah pergi. Aku tidak akan pernah bisa melihatnya lagi,” katanya sambil terisak-isak. Aku tidak tahu harus berkata apa. Apa yang dapat kau katakan pada seseorang yang baru kehilangan seorang kakak? Apakah ada kata-kata yang punya kekuatan meringankan luka hati seperti itu?

              Tiba-tiba Justin berdiri dan berjalan ke arah kami.

              “Sudah dapat,” katanya.

              “Dapat apa?” tanyaku.

              “Tiket,” katanya. “Jika ia terbang malam ini, masih keburu mengejar pemakaman,” tambahnya. Rupanya sewaktu aku sibuk memikirkan apa yang harus kukatakan untuk menenangkan Anna, Justin bukan cuma hanya main-main dengan ponselnya.

              “Jam berapa flight nya?” tanyaku.

              “Setelah tengah malam,” katanya. Ia lalu memandang jam tangannya. “Aku juga sudah memesan makanan. Harusnya sebentar lagi datang. Bisakah kau temani dia di sini? Aku perlu beres-beres. Lima menit,” katanya.

              “Ya, tentu,” kataku. Karena di mana lagi aku harus berada? Tentu saja aku akan berada di sisi Anna tanpa perlu disuruh olehnya. “Kau perlu beres-beres apa?” tanyaku.

              “Baju. Aku akan pulang dengannya. Mana mungkin aku dapat membiarkannya pulang seorang diri dalam kondisi seperti ini?” katanya. Ia tidak menunggu jawabanku. Ia membuka pintu dan keluar.

              “Kau mau aku temani pulang?” tanyaku. Aku setengah berharap ia akan bilang iya, tapi di saat yang sama, jika ia bilang iya, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan semua kelas-kelas yang kuajar. Semester musim semi baru berjalan separuh jadi akan susah bagiku untuk pergi.

              “Tidak usah. Kau harus mengajar,” katanya seolah membaca pikiranku.

              “Anna, aku... turut berduka,” kataku. Ia mengangguk.

              “Sebaiknya aku beres-beres,” katanya sambil berdiri dan berjalan ke kamarnya. Aku mengikutinya. Ia hanya perlu waktu lima menit untuk memasukkan sedikit barang ke dalam tas sport kecil. Yah, tentunya dia tidak harus membawa banyak barang karena dia toh akan pulang dan bukannya pergi ke tempat lain. Sesaat kemudian pintu depan di ketuk. Pastinya itu si pengantar makanan yang dipesan Justin. Aku membuka pintu dan ternyata Justin juga sudah kembali. Ia mengambil bungkusan makanan dari si pengantar dan memerikan tip sebesar $20. Si pengantar makanan tersenyum lebar. Justin masuk dan meletakkan tasnya di samping pintu. Aku melihat passport dan dua boarding pass yang baru dicetaknya di kantung tepi tas. Boarding pass kelas bisnis. Ia meletakkan bungkusan makanan di atas meja makan dan mulai mengambil piring dan alat makan dari lemari Anna.  Ia bergerak dengan efisien seperti layaknya seseorang yang sering berada di tempat ini. Rupanya aku bukan satu-satunya orang yang sering datang ke sini.

              “Aku.. aku akan memanggil Anna,” kataku. Ia menangguk.

              Makan malam itu begitu canggung. Kami berdua seperti berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian Anna. Kami berdua menyendokkan makanan ke piringnya. Kami berdua bertanya apakah dia perlu lebih. Kami berdua bertanya apakah benar dia sudah kenyang. Dan tiba-tiba aku sadar sesuatu yang harusnya sudah lama kusadari. Kami berdua mencintai gadis yang sama. Dan ada satu hal lagi yang amat menggangguku. Pria yang satu ini bisa dengan enak saja datang lalu menyewa sebuah studio di komplek apartemen Anna. Pastinya dia mengunjungi Anna sesering yang ia bisa, mungkin dia datang setiap kali aku tidak ada di sini. Dan sekarang ini, di saat Anna mengalami kesusahan, dengan berbekal dua tiket business class di tangannya, dia langsung siap siaga mengantar Anna pulang. Bagaimana caraku bersaing dengan orang seperti ini?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • mprilla

    One of my favorite authors / writers

    Comment on chapter opening page
Similar Tags
PENTAS
1115      659     0     
Romance
Genang baru saja divonis kanker lalu bertemu Alia, anak dokter spesialis kanker. Genang ketua ekskul seni peran dan Alia sangat ingin mengenal dunia seni peran. Mereka bertemu persis seperti yang Aliando katakan, "Yang ada diantara pertemuan perempuan dan laki-laki adalah rencana Tuhan".
Ketika Kita Berdua
35542      4976     38     
Romance
Raya, seorang penulis yang telah puluhan kali ditolak naskahnya oleh penerbit, tiba-tiba mendapat tawaran menulis buku dengan tenggat waktu 3 bulan dari penerbit baru yang dipimpin oleh Aldo, dengan syarat dirinya harus fokus pada proyek ini dan tinggal sementara di mess kantor penerbitan. Dia harus meninggalkan bisnis miliknya dan melupakan perasaannya pada Radit yang ketahuan bermesraan dengan ...
Kala Senja
33761      4778     8     
Romance
Tasya menyukai Davi, tapi ia selalu memendam semua rasanya sendirian. Banyak alasan yang membuatnya urung untuk mengungkapkan apa yang selama ini ia rasakan. Sehingga, senja ingin mengatur setiap pertemuan Tasya dengan Davi meski hanya sesaat. "Kamu itu ajaib, selalu muncul ketika senja tiba. Kok bisa ya?" "Kamu itu cuma sesaat, tapi selalu buat aku merindu selamanya. Kok bisa ya...
Dunia Alen
4745      1493     2     
Romance
Alena Marissa baru berusia 17 belas tahun, tapi otaknya mampu memproduksi cerita-cerita menarik yang sering membuatnya tenggelam dan berbicara sendiri. Semua orang yakin Alen gila, tapi gadis itu merasa sangat sehat secara mental. Suatu hari ia bertemu dengan Galen, pemuda misterius yang sedikit demi sedikit mengubah hidupnya. Banyak hal yang menjadi lebih baik bersama Galen, namun perlahan ba...
PurpLove
329      276     2     
Romance
VIOLA Angelica tidak menyadari bahwa selama bertahun-tahun KEVIN Sebastian --sahabat masa kecilnya-- memendam perasaan cinta padanya. Baginya, Kevin hanya anak kecil manja yang cerewet dan protektif. Dia justru jatuh cinta pada EVAN, salah satu teman Kevin yang terkenal suka mempermainkan perempuan. Meski Kevin tidak setuju, Viola tetap rela mempertaruhkan persahabatannya demi menjalani hubung...
Aku Benci Hujan
6265      1696     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Pacarku Arwah Gentayangan
5236      1639     0     
Mystery
Aras terlonjak dari tidur ketika melihat seorang gadis duduk di kursi meja belajar sambil tersenyum menatapnya. Bagaimana bisa orang yang telah meninggal kini duduk manis dan menyapa? Aras bahkan sudah mengucek mata berkali-kali, bisa jadi dia hanya berhalusinasi sebab merindukan pacarnya yang sudah tiada. Namun, makhluk itu nyata. Senja, pacarnya kembali. Gadis itu bahkan berdiri di depannya,...
Caraphernelia
872      472     0     
Romance
Ada banyak hal yang dirasakan ketika menjadi mahasiswa populer di kampus, salah satunya memiliki relasi yang banyak. Namun, dibalik semua benefit tersebut ada juga efek negatif yaitu seluruh pandangan mahasiswa terfokus kepadanya. Barra, mahasiswa sastra Indonesia yang berhasil menyematkan gelar tersebut di kehidupan kampusnya. Sebenarnya, ada rasa menyesal di hidupnya k...
Nina and The Rivanos
9879      2388     12     
Romance
"Apa yang lebih indah dari cinta? Jawabannya cuma satu: persaudaraan." Di tahun kedua SMA-nya, Nina harus mencari kerja untuk membayar biaya sekolah. Ia sempat kesulitan. Tapi kemudian Raka -cowok yang menyukainya sejak masuk SMA- menyarankannya bekerja di Starlit, start-up yang bergerak di bidang penulisan. Mengikuti saran Raka, Nina pun melamar posisi sebagai penulis part-time. ...
Cinta yang Berteduh di Balik Senja
446      313     2     
Fantasy
Di balik kabut emas Lembah Fengliu tempat senja selalu datang lebih pelan dari tempat lain dua orang duduk bersisian, seolah dunia lupa bahwa mereka berasal dari dua keluarga yang saling membenci sejak tujuh generasi silam. Aurelia Virelle, putri dari Klan Angin Selatan, dikenal lembut dan berkelas. Kecuali saat dia lapar. Di saat-saat seperti itu, semua aura anggun luntur jadi suara perut ker...