Makan malam itu berjalan baik. Setelah Anna mengumumkan
bahwa aku memiliki gelar S3 di bidang Ekonomi, Amos menanyakan banyak
pertanyaan seputar industri dan kita juga sempat berdiskusi tentang perekonomian
Amerika dan China. Setelah makan malam, Justin, yang ternyata bisnis
keluarganya adalah distributor dari produk-produk yang dibuat pabrik keluarga
Anna, menawarkan untuk mengantarku pulang ke hotel.
“Aku dan sopirku dapat mengantarnya,” kata Anna.
“Tapi aku toh akan melewati hotelnya,” kata Justin. Dan
kupikir, baik juga dia menawarkan. Aku memang tidak ingin merepotkan Anna
berlebihan. Dia setiap hari sudah mengantarku kembali ke hotel.
“Kau yakin aku tidak merepotkan?” aku bertanya pada Justin.
“Sama sekali tidak. Apalagi ini sudah malam. Biar Anna
istirahat saja,” kata Justin. Aku mengangguk.
“Sampai ketemu besok?” aku bertanya pada Anna.
“Ya, sampai ketemu besok,” katanya. Amos mengantar kami
berdua ke basement. Justin menyetir sebuah BMW, model yang lebih besar dari
yang dimiliki Anna di California.
Justin melajukan mobilnya keluar dari basement. Di
gerbang ia membuka jendelanya untuk menyapa petugas keamanan Anna.
“Orang tua Anna sudah kenal orang tuaku lama. Mereka
yang meyakinkan orang tuaku untuk pindah ke Jakarta. Tadinya keluargaku tinggal
di kota lain,” katanya.
“Oh begitu,” kataku.
“Orang tua Anna begitu menantikan Anna lulus tahun
depan untuk bergabung di perusahaan. Amos memerlukan bantuannya,” katanya.
Telingaku langsung tegak. Anna dan aku belum benar-benar membahas rencana
setelah ia lulus nanti. Tapi aku selalu berasumsi bahwa ia akan tinggal di
Amerika bersamaku.
“Anna akan bekerja untuk kakaknya?” tanyaku.
“Ia akan bekerja bersama kakaknya, untuk dirinya
sendiri mengingat itu perusahannya juga,” katanya. “Itulah sebabnya Anna
mengambil jurusan bisnis. Padahal aku merasa dia lebih berminat di bidang
seperti ...psikologi, atau mungkin sastra,” katanya. Yang dikatakannya ada
benarnya. Anna memang sangat suka membaca. “Dan kau lihat bagaimana mamanya
selalu Anna ini, Anna itu. Sedikit-sedikit.. Anna. Maklum, anak perempuan
satu-satunya,” tambahnya. Itu memang benar. Bahkan saat kami di Amerika, Anna
memang ber whatsapp atau ber video call dengan mamanya hampir setiap hari.
“Ngomong-ngomong, ceritakan tentang dirimu. Sudah berapa lama kau kenal Anna?”
tanyanya.
“Sekitar... dua
tahunan,” kataku.
“Kau tahu, aku tidak dapat membayangkan Anna menyetir
mobil! Di sini dia tidak pernah menyetir sendiri,” katanya.
“Dia penyetir yang andal,” kataku.
“Aku juga tidak dapat membayangkan Anna ke pom bensin
untuk isi bensin. Dan lebih susah lagi membayangkan dirinya mencuci mobil,”
katanya.
“Aku juga tidak pernah melihatnya mencuci mobil, dia
selalu membawa mobilnya ke pencuci mobil otomatis,” kataku.
“Apakah dia mencuci semua bajunya di dry clean atau
apakah dia mencuci bajunya sendiri dengan mesin? Karena aku juga tidak dapat
membayangkan ia mencuci baju karena sudah pasti dengan begitu banyak asisten
rumah tangga di rumahnya, dia tidak pernah melakukan itu,” katanya.
“Dia mencuci bajunya dengan mesin,” kataku. Tapi aku
lalu ingat bahwa Anna memang hampir tidak pernah menyetrika pakaiannya. Setelah
dikeluarkan dari mesin pengering, ia hanya menghamparkannya di atas permukaan
rata seperti meja atau tempat tidur, ia lalu meratakan pakaian itu dengan tangannya,
lalu melipatnya. Tapi dia memang sering mengenakan pakaian yang tidak perlu
disetrika seperti sweater. Di sini kuperhatikan dia mengenakan baju yang lebih
modis, jenis pakaian yang sudah pasti perlu disetrika. Dengan semua asisten
rumah tangga itu, pastinya itu bukan masalah.
“Kau tahu! Aku bahkan tidak bisa membayangkan Anna
memasak!” katanya. Harus kuakui Anna memang tidak terlalu bisa masak.
Kebanyakan ia hanya melumuri ayam dengan bumbu jadi, lalu ia melemparnya ke
dalam oven untuk dipanggang. “Atau mencuci piring, atau menggunakan alat
penghisap debu, atau melakukan semua yang berhubungan dengan bersih-bersih.
Hanya sekedar informasi, ada 15 orang yang bekerja di...”
“Aku tahu,” aku memotongnya di tengah kalimat. “Anna
sudah cerita,” kataku dan tiba-tiba aku sadar betapa berbedanya kehidupan Anna
di sini dan di sana, begitu berbedanya dengan kehidupanku dan tentang
kemungkinan yang begitu menakutkan bahwa diriku bukan orang yang tepat
untuknya.
One of my favorite authors / writers
Comment on chapter opening page