Orang muda jaman sekarang ini tidak sadar bahwa untuk
urusan percintaan, mereka itu amat beruntung. Mereka tidak sadar bahwa belum
terlalu lama, mungkin dua atau tiga generasi sebelumnya, tidak semua orang
punya pilihan siapa untuk dicintai, siapa untuk dinikahi. Ibuku sendiri hanya
bertemu ayahku dua kali sebelum mereka lalu dijodohkan. Pada jamanku, karena
kebanyakan wanita belum punya karir sendiri, kami terpaksa mencari suami
berdasarkan kemampuan mereka untuk menghidupi kami. Dan lagi, di masa lalu,
tanpa tiket murah, tanpa internet, orang-orang yang kau jumpai seumur hidupmu itu
terbatas. Dan jika kau datang dari keluarga sederhana di kota kecil, kau akan
menikahi salah satu teman kecilmu atau salah satu tetanggamu.
Dunia yang sekarang sudah begitu berbeda, hampir semua
batasan sudah dihapus. Ketika aku datang ke Amerika dengan suamiku, aku begitu
bahagia karena diperbolehkan bekerja. Itu mungkin hanya pekerjaan paruh waktu
di supermarket tapi karena bekerja, mataku jadi terbuka. Aku jadi tahu ada
begitu banyak wanita yang dapat melakukan banyak hal lain selain jadi ibu rumah
tangga. Mungkin kau pikir bekerja jadi kasir supermarket itu membosankan. Tapi
bagiku, itu seperti menonton opera sabun sungguhan setiap harinya. Dan kau
dapat mengetahui banyak hal tentang seseorang dari apa yang ada di dalam kereta
supermarketnya. Para pria-pria bujangan selalu membeli berkaleng-kaleng bir dan
di saat terakhir mereka akan melempar sekotak kondom ke dalam kereta mereka.
Ibu-ibu bekerja banyak membeli makanan beku dan jika mereka berdiri di dekat
ibu yang tidak bekerja, mereka akan saling bertukar pandangan menantang seolah
mereka akan segera berduel setelah keluar dari pintu supermarket. Aku pernah
melihat seorang istri yang memukul suaminya dengan loyang panggangan kue hanya
karena si suami mengambil toilet paper yang salah merknya. Walau aku yakin si
suami pernah melakukan hal lain lagi yang memicu pukulan itu. Aku pernah juga
melihat seorang pria melamar kekasihnya dengan cincin permen seharga 50cents.
Jika aku jadi wanita itu, aku akan memukul si pria dengan loyang panggangan
kue. Intinya, dunia yang sekarang ini lebih gila karena segalanya mungkin. Dan di
saat segalanya mungkin, jika kau begitu cepat menerima apa yang disodorkan
hidup padamu, berarti kau bodoh atau gila, atau keduanya.
Sandra dan Sheila beruntung. Mereka menikah karena cinta
dan suami mereka baik dan dapat memenuhi kebutuhan mereka. Susan tidak
seberuntung itu. Tapi mungkin saja itu bukan persoalan keberuntungan semata.
Sandra dan Sheila selalu berusaha supaya mereka menjadi orang yang menarik.
Susan tidak pernah berusaha. Dan saat ia bertemu Peter, tentu saja aku
keberatan. Saat itu Susan baru mendapatkan tawaran pekerjaan yang amat baik di
Boston. Dan dia menolaknya hanya supaya tidak usah berjauhan dari Peter. Dan
lagi, semua orang tahu pemadam kebakaran punya risiko mati muda yang lebih
besar dari orang biasa. Jika kau menikah dengan polisi atau pemadam kebakaran,
kau akan hidup dengan kekuatiran setiap hari. Setiap pagi, saat kau memandang
suamimu keluar dari pintu rumah untuk pergi kerja, kau dihadapi dengan sebuah
kemungkinan bahwa ia tidak akan kembali lewat pintu itu di malam harinya. Itu
alasannya kenapa aku tidak menyetujui Susan berpacaran dengan Peter, bukan
karena ia tidak kaya. Walaupun jika dia kaya, tentu itu akan sedikit membantu
karena paling tidak aku akan lebih tenang karena tahu Susan akan terjamin
hidupnya bila Peter mati muda. Tapi tidak, dia tidak kaya dan dia berisiko mati
muda. Setiap ibu waras akan keberatan. Dan lihat apa yang terjadi kemudian.
Lalu si Izzy. Dia begitu ingin seperti ibunya, ia menikahi
bankir pertama yang tidur dengannya. Ia bahkan tidak memastikan bahwa pria itu
benar-benar mencintainya. Dari awal aku sudah punya firasat pernikahan yang
satu itu tidak akan bertahan lama. Aku sempat memperingatkan Sandra tentang
itu. Tapi Sandra juga begitu gembira karena anaknya mengikuti jejaknya. Dia
tidak ingin ada yang mengganggu lukisan sempurna yang ada di benaknya.
Lalu si Dayton. Anak itu benar-benar mendapatkan emas
saat ia bertemu gadis bernama Anna itu. Tidak seperti kekasih pertamanya, Jess,
Anna bahkan tidak peduli apakah Dayton kaya atau tidak karena dia sendiri berasal
dari keluarga kaya. Oh, aku berani bertaruh dengan seluruh koleksi Swarovskyku
bahwa keluarga Anna kaya. Hanya orang yang sudah lama kaya dapat mengenakan
Rolex dengan begitu biasa seolah itu hanya gelang tali persahabatan. Orang yang
baru saja menjadi kaya, atau belum terlalu kaya biasanya ingin seluruh dunia
tahu bahwa mereka kaya. Tapi orang yang keluarganya sudah lama kaya tidak
merasa perlu untuk pamer lagi. Dan dari cara Dayton dan Anna saling memandang,
aku begitu yakin mereka tidak akan terpisahkan. Dan karena itu, aku begitu
terkejut saat tahu bahwa Dayton ternyata tidak jadi ikut Anna pulang ke Jakarta
seperti yang direncanakannya. Setelah itu, kupikir, tidak ada yang bisa
kulakukan. Itu toh bukan urusanku. Tapi setelah semua yang terjadi di musim
panas kemarin, aku sadar bahwa mungkin ada yang dapat kulakukan. Jadi di
sinilah diriku, di depan apartemen Anna. Aku baru saja hendak mengetuk pintunya
ketika pintu itu dibuka olehnya. Mungkin ini pertanda baik.
One of my favorite authors / writers
Comment on chapter opening page