Read More >>"> Selepas patah (Chapter 1) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Selepas patah
MENU
About Us  

Woy! 

Orang aneh sendiri aja!

Ga punya teman ya? Kasian!

Aneh si. Jadi siapa yang mau berteman sama dia?

"Kasian banget sih lo?" ucap seorang siswi dengan baju ketat dan rok di atas lutut.

"Orang kaya lo tuh ga bakal bisa sukses." Siswi tersebut menyenggol tubuh Gya dan membuat Gya hampir terjatuh.

Kata-kata itu yang terdengar di telinga Gya. Kata yang terus berputar di dalam pikiran seorang gadis berusia tujuh belas tahun itu. Kata yang terus menemani Gya, sepanjang ia melewati lorong koridor kelas dua belas. Gya hanya bisa berjalan menunduk tanpa berani menatap orang-orang yang sekarang pasti menatapnya sinis dan rendah.

Dava yang melihat kejadian tersebut hanya bisa menggeleng.  Itulah dia Ravabia Gya atau biasa dikenal dengan Gya. Dikenal sebagai anak SMA yang sangat pemalu, sulit bergaul kemana-mana selalu sendiri dan jarang berbicara. Tidak heran, jika siswa-siswi menyebut dia sebagai orang aneh. Namun, tidak seharusnya seperti itu. Kata-kata tersebut tidak seharusnya ada hal itu bisa membuat guncangan hebat yang menyentak batin Gya.

Apakah mereka tidak merasa?  Ku rasa tidak. Batin Dava dalam hati.

Dava melangkahkan kakinya ke dalam kelas yang sudah ramai.  Satu persatu siswa siswi melangkahkan kakinya menuju kelas XII IIS 2. Dava berjalan menuju bangku belakang dan melihat sekilas Gya mulai mengeluarkan buku mata pelajaran yang sebentar lagi akan dimulai. 

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh. Namun, guru belum juga datang. Tiga puluh murid yang berada di kelas XII IIS 2 pun yang sejak tadi telah menunggu kini, mulai terdengar riuh. Pada barisan kubu belakang tengah asik bersenandung ria menyanyikan lagu Via Vallen. Pada kubu bagian tengah sibuk menatap layar laptop entah apa yang sedang mereka tonton. Sedangkan, pada kubu bagian kedua dan depan ada yang tengah asik berbincang ada juga asik tidur-tiduran serta merebahkan tubuhnya pada meja.
Tiba-tiba sebuah keributan terjadi.

''Ya elah sok-sokan belajar. Belajar mulu pinter kaga!'' ucap Dita si siswi centil yang gemar mengganggu Gya.

''Tau ya, sok banget sih!" ucap Cecil teman Dita.

"Woy! Lo denger gua ga!"

Gya menatap Dita yang tengah kesal akibat ia mengabaikannya, "Aku mohon jangan ganggu aku. Aku tidak mengganggu kalian kan? Kenapa kalian selalu mengganggu ku?"

"Karena, lo pantes di ganggu!" Dita menatap Gya sinis lalu, mengebrak meja Gya.

Dava yang berada pada barisan kubu belakang sontak terkejut dengan perlakuan Dita pada Gya. Dava melirik Dita, lagi-lagi dia mengganggu Gya. Bu Rotua guru mata pelajaran Bahasa Indonesia tengah berjalan perlahan namun pasti melangkahkan kakinya ke kelas sepuluh IIS 2. Dava yang melihat dari dalam ruang kelas tanpa menunggu waktu lama, cepat-cepat Dava menghentikan Dita yang asik mengganggu Gya.

"Awas-awas!"  ucap Dava yang sudah duduk di samping Gya dengan tegap sambil mengambil buku dari tasnya.

"Ih apa si Dava!" Dita mengebrak meja dengan kesal.

"lo yang apa? Sono duduk bu Rotua tuh."

Sontak Dita dan Cecil refleks memandang keluar kelas. Melihat bu Rotua yang sedang berjalan menuju kelas, mereka pun langsung menuju tempat duduknya. Dan para siswa yang sedang asik dengan kesibukan mereka juga ikut menuju tempat duduknya masing-masing.

Dua tahun sudah Dava menjadi teman sebangku Gya, tidak banyak hal yang Dava ketahui tentang Gya. Karena, sejak awal Gya seakan menutup diri dari Dava.  Dava menolehkan kepalanya, menatap wajah Gya yang tanpa ekspresi. Lima menit Dava memperhatikan Gya, tiba-tiba yang diperhatikan pun menyadarinya.

"Kenapa?" ucap Gya sambil mengangkat sebelah alisnya.Dava yang ditanya bukannya menjawab malah hanya memberikan senyuman. Gya pun kembali menatap ke arah papan tulis.

Hari ini adalah hari terakhir pembelajaran di kelas karena, minggu depan sudah diadakannya ujian nasional. Hari-hari terakhir bersama Gya. Satu minggu lagi ada banyak hal yang Dava rasakan tidak ingin cepat berlalu. Dava berdecak lalu, kembali fokus kepada bu Rotua yang sedang membacakan nilai Bahasa Indonesia.

"Ravabia Gya nilai Bahasa Indonesia 70," ucap Bu Rotua yang kini sedang berdiri dan menatap Gya.

"Bagaimana ini Gya? Nilai kamu kalah dengan Justin?  Justin 80 kamu 70. Padahal Justin bukan orang Indonesia asli?" Kelas yang hening membuat Gya diperhatikan oleh teman-teman sekelas.

"Padahal ayah kamu guru Bahasa Indonesia kan?  Kenapa nilai kamu hanya 70?" tandas Bu Rotua. Sementara itu Gya hanya diam berusaha menahan air mata yang ingin keluar.

"Memang kenapa nilai 70? Ada yang salah kah?  Bukannya nilai 70 sudah termasuk bagus?  Dan mengenai Justin, memang dia bukan orang Indonesia asli. Tetapi, Justin sudah sejak kecil tinggal di Indonesia dan saat ulangan dia mencontek tidak seperti Gya yang mengerjakan dengan jujur? Dunia terkadang selucu itu," ucap Dava dalam hati lalu, mengelengkan kepalanya menatap Bu Rotua dengan kesal.

"Kepintaran seseorang di Indonesia tergantung nilai bukan tergantung sebuah kejujuran."

Ravabia Gya gadis yang sesuai dengan arti namanya yaitu gadis cantik yang kuat. Iya, dia kuat dalam menghadapi segala cobaan serta masalah dalam hidupnya. Jika Dava bertukar peran dengan Gya mungkin ia tidak akan kuat seperti Gya. Gya terlihat sabar ketika dianggap remeh dan tidak bisa oleh guru, selalu terlihat tidak ada masalah ketika siswa-siswi menjuliki di orang aneh. Dava sebenarnya hampir sama dengan Gya. Dava terkadang dianggap remeh oleh guru-guru di sekolahnya namun, Dava masih memiliki teman yang selalu ada untuknya tidak dengan Gya ia selalu sendiri.

Dava yakin, Tuhan tidak akan membiarkan hambanya sendiri. Seperti Dava yang dikirimkan teman-teman yang selalu ada untuknya disaat dunia tidak berpihak padanya. Dava ingin Gya merasakan hal itu. Jadi, Dava ingin selalu ada untuk Gya. Dava ingin dialah yang menjadi orang yang dikirimkan Tuhan untuk membuat hidup Gya lebih berwarna. Meskipun, sikap pediam Gya yang terkadang membuat Dava kesal.

Tet..Tet.. Tet..

Bel sekolah telah berbunyi.  Bu Rotua pun segera penutup pelajaran. Kelas XII IIS 2 dalam beberapa detik langsung kosong. Dava masih setia duduk di kursinya, sedangkan Gya pun masih sibuk merapikan buku-bukunya. Keheningan terjadi diantara mereka berdua. Dava pun berdeham, Gya bergeming.

"Lo pulang naik apa?" tanya Dava pada Gya.

Gya melolehkan kepalanya menatap Dava yang tiba-tiba mengajaknya berbicara. "Naik angkot, kenapa?"

"Bareng gua mau ga?  Kebetulan gua lagi bawa dua helm dan gua ngelewatin rumah lu."

"Engga deh Dav. Gua takut ngerepotin," ucap Gya yang telah sedang merapikan buku-bukunya.

"Engga kok kan gua yang nawarin. Kecuali lo yang minta gua antarin lo. Mau ya Gya?" ajak Dava dengan wajah berharap. Gya masih terdiam dan bingung.

"Lama deh lo."  Dava langsung mengandeng tangan Gya keluar kelas.

"Dava," ucap Gya.

"Iya?" Dava menatap Gya.
Gya menatap tangannya yang masih digenggam oleh Dava,

"Sorry Gya." Dava langsung melepaskan gengaman tangannya lalu, mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Mereka bergegas menuju parkiran sekolah suasana sudah sangat sepi, hanya ada beberapa motor saja. Gya melirik jam tangan yang melingkar manis dipergelangan tangannya menujukkan pukul dua siang. Tidak lama mereka pun telah sampai di parkiran tepatnya di depan motor matik putih milik Dava. Dava menaiki motornya tidak lupa mengenakan helm.

Dava menstater mesin motornya dan memberikan helm untuk dikenakan Gya. Gya punmengenakan helm tersebut dan menaiki motor Dava mereka pun melaju meninggalkan parkiran sekolah.

"Rumah lo di jalan melati kan?"

"Hah?" jawab Gya yang tidak mendengar ucapan Dava.

"Rumah lo di jalan melati kan?"

"Hah?"

Dava hanya bisa mengelengkan kepalanya. "Hah mulu. Emangnya lagi main keong," tutur Dava dalam hati.

Dava pun memutuskan untuk mampir disebuah taman yang letaknya tidak jauh dari rumah Gya. Sepanjang perjalanan menuju taman tidak ada percakapan antara Dava dan Gya. Sampai akhirnya sampai taman Gya baru membuka suara.

"Lo kok berhenti di sini Dav?" tanya Gya heran.

Dava menarik hapasnya lalu, menghembuskannya. "Mampir dulu di taman ya? Mau ga?  Kalau engga ya udah gua langsung anterin lo ke rumah."

Gya mengangukkan kepalanya, "Boleh deh Dav."

Gya pun turun dari motor Dava saat ingin melepaskan helm, Dava terlebih dahulu melepaskan helm yang dikenakan Gya. Gya terlihat gugup, sedangkan Dava menatap wajah Gya yang terlihat lucu. Setelah selesai Dava pun meletakkan helm Gya di atas motornya dan melepas helm yang ia kenakan lalu, mengajak Gya menuju taman.

Dava dan Gya duduk di bangku taman. Bunyi kelakson mobil, suara riang anak-anak yang mengunjungi taman serta beberapa pengamen akustik mengisi keheningan yang terjadi pada mereka berdua. Dava menatap wajah Gya yang terlihat berbeda ia tampak terlihat lebih senang. Gya yang merasa diperhatikan meloleh ke arah Dava namun, Dava segera memalingkan pandangannya.

Duduk satu meja dengan Dava adalah hal yang tidak akan pernah Gya lupakan. Dava berbeda, ia sangat peduli dengan Gya. Ketika dunia seakan tidak berpihak padanya tiba-tiba saja Dava hadir. Menghadapi orang sepeduli seperti Dava adalah pertama kalinya dalam hidup Gya. Mungkin karena sering diabaikan menjadi Gya seseorang yang cuek dengan keadaan sekitar. Dava benar-benar mengubah hidup Gya dengan segala perhatian dan tingkah konyol yang ia lakukan.

"Gya, lo mau makan bakso ga?" tanya Dava. Yang ditanya malah diam tidak menjawab. Dava yang gemas mencubit pipi Gya.

"Aduh sakit tau Dav!" Gya memajukan bibirnya.

"Mau ga makan bakso?"

"Hah?"

Dava menepuk dahinya pasrah. "Kebiasaan deh!  Gua kaya lagi ngomong sama keong."

Gya hanya bisa tersenyum kikuk ketika Dava mengatakan itu. "Engga deh Dav. Gua belum laper."

Jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Mereka pun memutuskan untuk pulang. Dua puluh menit untuk menuju rumah Gya. Setelah sampai Gya pun turun dari motor matik milik Dava.

"Makasih ya Dava." ucap Gya.

"Makasih doang nih?" Ledek Dava sambil merapikan rambutnya.

"Terus?" Gya menaikkan sebelah alisnya, "Oh iya." Gya menepuk keningnya. "Mau mampir dulu?"

Seulas senyum tersungging dibibir Dava. "Thanks deh Gya. Kapan-kapan aja. Gua pulang ya?"

Gya menyernyit. "Oh oke. Makasih ya Dav. Hati-hati di jalan."

Dava mengangguk. "Jangan lupa belajar ya. Dan semangat buat ujian nasional Gya lo pasti bisa!"  Dava lalu, menstater mesin motor dan pergi berlalu meninggalkan Gya. Gya masih mematung menatap punggung Dava yang mulai menjauh.

Dua minggu telah berlalu, ujian nasional pun sudah selesai membuat para siswa SMA Pertiwi bernapas lega. Namun, hari ini mereka kembali merasa tegang karena hari adalah pengumuman nilai ujian nasional. Gadis berambut lurus sebahu bernama Gya itu berjalan menyusuri koridor kelas. Gya mengeratkan tas yang ia kenakan. Berusaha menuju papan pengumuman yang diletakkan tepat di depan kelas XII IIS 2.

Badannya yang kecil terlihat bersusah payah menerobos kerumunan siswa yang ingin melihat pengumuman nilai UN di SMA Pertiwi. Tiba-tiba saja seseorang yang mengenakan sepatu converse berwarna abu-abu dengan sebelah sepatu belum terikat. Membantu Gya menerobos kerumunan siswa tersebut.

Ia menarik lengan Gya, sementara itu Gya hanya mengikuti cowo tersebut. Tangan kanan cowo tersebut tampak sedang mencari nama di papan pengumuman tersebut. Dan ia berhenti tepat disebuah nama Ravabia Gya.

"Ravabia Gya. Peringkat tertinggi pertama di jurusan IPS. Dengan nilai rata-rata sembilan," tutur cowo tersebut.

Sementara itu, Gya masih berusaha membaca namanya yang berada dipapan penguman tersebut. Padahal seseorang telah berbaik hati mencari serta membacakan nilainya. Cowo itu mendengus sebal. Gya yang sadar menoleh menatap cowo tersebut.

"Eh iya Dav! Beneran!" ucap Gya sambil menepuk-nepuk tangannya kegirangan.

"Selamat Gya!" Dava mengulurkan tangannya memberikan ucapan selamat pada Gya. Gya membalas uluran tangan Dava.

"Thanks Dava!" sahut Gya. Hari-hari beratnya di SMA akan segera berakhir. Gya tersenyum tipis.

"Selamat Gya," ucap Alfa teman dekat Dava. Gya hanya menatap Alfa. "Ini tangan gua dianggurin aja? Pegel tau," ucap Alfa.

"Eh maaf maaf. Thanks ya Alfa!" ucap Gya sumringah.

"Selamat ya Gya," ucap Devi si bendahara yang baik hati.

Dan ucapan selamat yang terus menerus Gya terima dari teman sekelasnya. Serta beberapa orang-orang yang menganggapnya rendah. Tuhan selalu punya cara untuk membahagiakan hambanya. Dan semesta selalu mengikuti semua rencana indah yang Tuhan takdirkan.

Siang itu, senyum Gya tidak dapat disembunyikan. Pengumuman hasil ujian nasional membuat hati Gya merasa senang. Dava yang melihat Gya senyum-senyum sendiri seperti orang gila, menghampiri Gya yang sedang duduk di taman sekolah sendiri.

"Cie.. Yang lagi senang. Dari tadi senyum terus biasanya mah ga ada tuh," ucap Dava yang kini tengah duduk disamping Gya.

"Biarin, jarang-jarang kan lo liat gua senyum gini?" Dava mengacak rambut Gya.

Tet.. Tet.. Tet..

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Hari ini sekolah dipulangkan lebih cepat dikarenakan ada rapat. Jam menunjukkan pukul sebelas, masih terlalu siang untuk pulang ke rumah. Dava yang masih duduk bersebelahan dengan Gya dibangku taman sekolah berinisiatif mengajak Gya jalan.

"Gya lo mau langsung pulang?"
Gya menganggukkan kepalanya.

"Kenapa?"

"Jalan-jalan yuk?" Gya terdiam mendengar ucapan Dava. Dava pun mengulang ucapannya, "Gya jalan-jalan yuk?" Gya masih terdiam, Dava menghembuskan napasnya. "Sikap diamnya kumat," gumam Dava dalam hati.

"Gyaaaa." Dava mencubit pipi Gya gemas.

"Aduh sakit Dava!" cetus Gya.

"Mau ga,  jalan-jalan?"

"Engga deh Dav. Gua mau ke warnet," tandas Gya.

"Mau ngapain?"

"Mau liat pengumuman SNMPTN dav."

"Ha? Ke warnet cuma buat liat pengumuman SNMPTN?  Kan ada hp Gya. Kaya orang zaman dulu aja lo," ejek Dava yang sekarang tertawa puas.

Tiba-tiba sebuah sentilan kecil mendarat di dahi Dava, membuatnya meringis dan mengusap dahinya. "Aduh apaan si ya!  Sakit tahu."

"Sorry Dav," ucap Gya menunduk merasa bersalah. Dava yang mengerti Gya memaafkan perbuatan Gya.

"Lagi elo si dav. Udah tahu hp gua kan ilang."

Dava menepuk dahinya yang habis di sentil Gya. "Oh iya!  Sorry Gya gua lupa banget. Sorry sorry ya?"  ucap Dava dengan wajah bersalah.  Gya mengangguk.

"Iya ga apa-apa Dav."

"Ya udah lo boleh pinjem hp gua nanti. Mau?"

"Beneran lo mau minjemin?" Gya terlihat sangat senang mendengar ucapan Dava.

"Iya tapi, nanti lo bayar ya kouta gua."

Gya memajukan bibirnya. "Yah, Sama aja gua ke warnet itu mah."

Dava tersenyum gemas melihat tingkah Gya yang kesal. Lalu, berkata, "Bercanda Gya, ya kali gua minta bayaran. Emangnya pengumumannya jam berapa?"

"Jam dua belas Dav."

"Oh ya udah kita makan soto pak Wur dulu yuk? Di seberang gang sekolah kita, mau ga?" tanya Dava.

"Boleh Dav!" 

Mereka pun segera menuju warung soto pak Wur yang terkenal enak itu. Dengan motor yang dikendarai Dava, tidak perlu lelah untuk berjalan menuju warung pak Wur. Dava memarkirkan motornya tepat di samping warung pak Wur.

"Pak sotonya dua ya sama es teh manisnya," ucap Dava.

"Siap mas." Pak Wur pun segera mengambil dua mangkuk dan membuat pesanan Dava.

Dava dan Gya berjalan menuju tempat duduk yang tersedia di dekat jendela. Hilir mudik kendaraan yang melewati warung Pak Wur menjadi perhatian tersendiri bagi Gya. Ia tampak asik mengamati setiap kendaraan yang lewat. Dava mengeluarkan ponsel dari balik saku jaket yang ia kenakan melihat jam diponselnya. Takut-takut terlewat pengumuman SNMPTN Gya.

"Permisi mas, ini persananya."

"Oh iya. Terima kasih pak," ucap Dava sambil memberikan seulas senyuman pada pelayan tersebut.

Kebiasaan Dava sebelum memakan sebuah makanan yaitu ia menghirup aroma sedap dari soto betawi yang ia pesan, sambil mejamkan matanya. Sedangkan Gya telah asik menikmati kuah gurih dari soto yang menghangatkan tenggorokan serta memanjakan lidahnya. Gya yang menyadari tingkah lucu Dava seketika tertawa.

"Lo kenapa?"  tanya Dava menaikkan sebelah alisnya.

"Lo lucu."

"Kenapa?"

"Ya mejemin mata terus menghirup kuah soto," tutur Gya sambil kembali tertawa.

"Ah lo mah. Ini tuh seni menikmati hidangan soto!" ucap Dava yang kemudian, memejamkan kedua matanya dan menghirup soto kembali. Dan menyendok kuah soto lalu, menyeruputnya. "Sruutt... Ah! Sedap!"  seru Dava melirik Gya.

"Eh Dav. Jam berapa ya sekarang?"

Dava mengklik tombol home di ponselnya, membuat ponselnya menyala. Ia pun mengecek jam di ponselnya yang menunjukkan pukul dua belas. "Jam dua belas Gya!"

"Serius? Pinjem hp lo Dav!" ucap Gya gusar.

Dava memberikan ponselnya pada Gya. Gya pun segera mencari ikon Google di ponsel Dava, mengetikkan alamat web SNMPTN. Gya mengambil sebuah kertas yang bertuliskan kata sandi untuk masuk ke dalam akun SNMPTN. Setelah itu Gya langsung mengetikkan namanya serta kata sandi ke dalam akun SNMPTN.

"Bismillah bismillah," ucap Gya sambil menengadahkan tangannya. Seulas senyum mengembang di pipi Gya.

"Dava! Gua lulus!" ucap Gya dengan mata berkaca-kaca tidak sanggup menahan harunya.

"Serius?" Tanpa menunggu Dava langsung mengambil ponselnya dari Gya. Melihat pengumuman SNMPTN Gya. Terlihat web tersebut berwarna putih dan pada bagian bawah berwarna hijau.

"Selamat, Anda dinyatakan lulus SNMPTN 2019 pada PTN Universitas Brawijaya, Jurusan Sosiologi," Dava menatap Gya lalu, kembali menatap layar ponselnya. Ia mengelengkan kepala tidak percaya.

"Congrats Gya!  Wagilesih!"  Menepuk-nepuk pundak Gya. Dava tersenyum semringah. Gya tertawa kecil.

Tidak lama ponsel Dava terus berbunyi. Menampilkan chat dari grup kelas serta grup angkatan yang membahas tentang anak-anak yang lulus SNMPTN. Ravabia Gya pun tidak lepas dari obrolan panjang di grup tersebut. Mereka terkejut ketika tahu bahwa Gya lulus SNMPTN. Dava menatap mata bulat milik Gya.

Gadis yang selama ini menjadi inspirasinya. Gadis yang tidak kenal lelah. Gadis dengan semangat juang yang tinggi. Hari ini dia membuktikan dirinya yang sebenarnya. Dirinya yang selalu dianggap rendah dan tidak memiliki kemampuan. Semesta telah menunjukkan keajaibannya.

Ketika orang lain menggapmu tidak mampu tetapi, kamu harus tetap yakin bahwa dirimu mampu. Jika tidak apa bedanya kamu dengan orang-orang yang mengatakan kamu tidak mampu?

Ya, itulah pelajaran yang Dava dapat dari sosok Gya. Dava masih tidak henti-hentinya memberikan senyuman manisnya pada Gya sambil, menyeruput kuah soto betawi Pak Wur.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Titip Salam
3022      1218     15     
Romance
Apa kamu pernah mendapat ucapan titip salam dari temanmu untuk teman lainnya? Kalau pernah, nasibmu hampir sama seperti Javitri. Mahasiswi Jurusan Teknik Elektro yang merasa salah jurusan karena sebenarnya jurusan itu adalah pilihan sang papa. Javitri yang mudah bergaul dengan orang di sekelilingnya, membuat dia sering kerepotan karena mendapat banyak titipan untuk teman kosnya. Masalahnya, m...
The Diary : You Are My Activist
13085      2251     4     
Romance
Kisah tentang kehidupan cintaku bersama seorang aktivis kampus..
Adelia's Memory
471      298     1     
Short Story
mengingat sesuatu tentunya ada yang buruk dan ada yang indah, sama, keduanya sulit untuk dilupakan tentunya mudah untuk diingat, jangankan diingat, terkadang ingatan-ingatan itu datang sendiri, bermain di kepala, di sela-sela pikirian. itulah yang Adel rasakan... apa yang ada di ingatan Adel?
Tyaz Gamma
967      676     1     
Fantasy
"Sekadar informasi untukmu. Kau ... tidak berada di duniamu," gadis itu berkata datar. Lelaki itu termenung sejenak, merasa kalimat itu familier di telinganya. Dia mengangkat kepala, tampak antusias setelah beberapa ide melesat di kepalanya. "Bagaimana caraku untuk kembali ke duniaku? Aku akan melakukan apa saja," ujarnya bersungguh-sungguh, tidak ada keraguan yang nampak di manik kelabunya...
Dimensi Kupu-kupu
11985      2433     4     
Romance
Katakanlah Raras adalah remaja yang tidak punya cita-cita, memangnya hal apa yang akan dia lakukan ke depan selain mengikuti alur kehidupan? Usaha? Sudah. Tapi hanya gagal yang dia dapat. Hingga Raras bertemu Arja, laki-laki perfeksionis yang selalu mengaitkan tujuan hidup Raras dengan kematian.
DEUCE
624      339     0     
Short Story
\"Cinta dan rasa sakit itu saling mengikuti,\" itu adalah kutipan kalimat yang selalu kuingat dari sebuah novel best seller yang pernah kubaca. Dan benar adanya jika kebahagiaan dan kesakitan itu berjalan selaras sesuai dengan porsinya..
KUROTAKE [SEGERA TERBIT]
4385      1725     3     
Romance
Jadi pacar ketua ekskul tapi hanya purapura Hal itu dialami oleh Chihaya Hamada Ia terpaksa jadi pacar Mamoru Azai setelah foto mereka berdua muncul di akun gosip SMA Sakura dan menimbulkan kehebohan Mamoru adalah cowok populer yang menjadi ketua klub Kurotake klub khusus bagi para otaku di SMA Sakura Setelah pertemuan kembali dengan Chihaya menjadi kacau ia membuat kesepakatan dengan Chih...
DarkLove 2
1164      521     5     
Romance
DarkLove 2 adalah lanjutan dari kisah cinta yang belum usai antara Clara Pamela, Rain Wijaya, dan Jaenn Wijaya. Kisah cinta yang semakin rumit, membuat para pembaca DarkLove 1 tidak sabar untuk menunggu kedatangan Novel DarkLove 2. Jika dalam DarkLove 1 Clara menjadi milik Rain, apakah pada DarkLove 2 akan tetap sama? atau akan berubah? Simak kelanjutannya disini!!!
Premium
Dunia Leonor
31      25     1     
Short Story
Kisah cinta yang tragis. Dua jiwa yang saling terhubung sepanjang masa. Memori aneh kerap menghantui Leonor. Seakan ia bukan dirinya. Seakan ia memiliki kekasih bayangan. Ataukah itu semua sekedar imaji gila? Realitasnya pun ia pertanyakan. Saat kisah dari masa lalu semakin mengusiknya, Leonor hanyut dalam dunia yang penuh misteri. Genre: Gothic Misteri, Romansa Buku cetak juga tersedia ...
Army of Angels: The Dark Side
30970      5152     25     
Fantasy
Genre : Adventure, Romance, Fantasy, War, kingdom, action, magic. ~Sinopsis ~ Takdir. Sebuah kata yang menyiratkan sesuatu yang sudah ditentukan. Namun, apa yang sebenarnya kata ''Takdir'' itu inginkan denganku? Karir militer yang telah susah payah ku rajut sepotong demi sepotong hancur karena sebuah takdir bernama "kematian" Dikehidupan keduaku pun takdir kembali mempermai...