Loading...
Logo TinLit
Read Story - Janji-Janji Masa Depan
MENU
About Us  

Tak ingin kubahas apa yang terjadi selama di bandara, dan bagaimana mataku melepas burung besar itu terbang jauh ke negeri matahari terbit dengan Zahwa di dalamnya.

Bukannya aku tak mau, hanya belum bisa saja. Kita semua kan tahu, sebuah masalah akan lebih mudah diceritakan setelah terlewati.

Atau mungkin kelak bisa jadi bahan tertawaan.

Coba saja, dahulu waktu SMP atau bahkan mungkin SD, kamu pasti pernah dibuat galau setengah mati oleh orang yang dahulu kamu sukai.

Rasanya berat sekali ketika tengah berada dalam masa-masa itu, resah, gelisah, suka menduga-duga, tapi sekarang bagaimana? Sudah mulai biasa saja?

Kalau dilihat pun para orang tua suka menertawakan kisah masa mudanya, padahal belum tentu dahulu ketika kisahnya sedang terjadi, mereka bisa legowo seperti sekarang ini.

**

Ketika diantar pulang oleh keluarga Zahwa, aku minta diturunkan di perempatan halte angkutan umum.

Aku tidak berangkat bekerja, sengaja izin seharian demi mengantar Zahwa.

Sepertinya pulang ke rumah bukan pilihan yang tepat. Saat ini hati dan pikiranku sedang tidak bisa didefinisikan olehku sendiri, mungkin “entah” adalah kata paling dekat dan paling mewakilkan.

Rasanya kosong tapi tidak seluruhnya, seperti ada sesuatu yang mengganjal tengah mengisi.

Ada yang ingin kutahan tapi semuanya sudah terjadi. Intinya, benar-benar entah.

Dengan keadaan begini, pulang akan menjadikanku merenung dan banyak berpikir.

Sebisa mungkin aku mencari hal yang bisa dilakukan agar aku tidak merasa sendirian.

Setelah semua yang terjadi, setidaknya napasku masih keluar masuk paru-paru dengan normal.

Kuputuskan untuk naik bus antar kota setelah lima menit menunggu.

Di perjalanan masih saja kulihat paras Zahwa yang sendu tengah mengenakan syal biru muda melingkar di lehernya.

Pagi tadi ia terlihat berbeda dari biasanya, meskipun aku tak paham mengapa ia mengenakan jaket tebal di musim kemarau.

Satu setengah jam perjalanan, jalan tak kunjung sampai. Bus yang kutumpangi berjalan sangat lambat.

Entah karena disengaja oleh supirnya atau memang busnya yang sudah tua.

Penumpang silih berganti di bangku-bangku yang sekejap kosong, sekejap kemudian terisi lagi.

Kadang ramai riuh oleh anak-anak SD yang pulang sekolah, lain waktu sepi, hanya ada aku dan dua penumpang kakak beradik yang letak duduknya jauh dariku.

Sejak tadi sengaja betul kubuka jendela samping agar wajahku terkena ributnya angin yang terserok masuk ke dalam bus.

Sebisa mungkin mencoba untuk mengawasi pikiranku agar tidak memikirkan hal yang macam-macam, seringnya aku hanya diam dan bertanya pada diri sendiri “Ada apa?”

Kondektur bus menurunkanku tepat di persimpangan jalan alamat rumah yang aku tuju.

Masih sangat hafal, belum lama aku mengunjungi tempat ini.

Kalian semua tahu, aku datang ke rumah Pak Bachrudin.

Dari jarak 50 meter, kulihat seorang gadis yang usianya sepantaran denganku atau mungkin lebih tua, sedang sungkem kepada Pak Bachrudin.

Untuk kemudian pergi bersama laju mobil dengan desain yang berbeda dengan mobil-mobil pada umumnya.

Besar kemungkinan gadis itu adalah putrinya.

Aku tidak dipersilakan duduk, tapi disuruh mengambil kursi sendiri dan bebas mengambil tempat di mana pun aku bisa meletakkan kakiku.

Tak terlalu banyak perubahan setelah kunjunganku yang pertama.

Aku hanya sudah tidak melihat kulkas yang kemarin tidak ada pintunya, selebihnya masih sama, obeng dan perkakas tercecer di mana-mana.

“Kebetulan sedang tidak bekerja, jadi menyempatkan jalan-jalan kemari,” ucapku.

“Tidak bekerja?” Satu alis Pak Bachrudin naik. “Pemuda sehat dan waras sepertimu tidak bekerja? Mau jadi apa kamu ini.”

“Maksudnya sedang libur, izin, bukannya tidak punya pekerjaan.”

Pak Bachrudin manggut-manggut sambil memelototi CPU yang sudah berjamur. “Tunggu, siapa namamu, ingatan tuaku tidak lagi setajam dulu.”

“Nadif, Pak Bachrudin.”

“Ah, iya. Panggil aku Bah saja, supaya tidak kepanjangan.” Matanya terlihat tengah meneliti sesuatu yang tidak aku tahu pada CPU. “Kau habis ditolak cinta?” tanyanya tiba-tiba.

Gendang telingaku jadi terbentur mendengarnya, “Maaf, Pak?”

“Mukamu kusut, macam tidak bau nasi berminggu-minggu. Aku nyaris tidak mengenalimu, lantaran pangling dengan wajahmu dulu saat pertama mengunjungiku.”

Sebeda itukah? batinku.

Seperti yang sebelumnya terjadi, aku disuruh-suruh untuk mengambilkan ini dan ia sibuk dengan organ dalam CPU.

“Gadis secantik apa yang menolakmu?”

Gendang telingaku terbentur lagi, tapi tidak seterkejut yang pertama.

“Tidak, aku tidak ditolak, hanya saja ia baru saja pergi jauh ke tempat yang tidak mungkin aku jangkau. Dan ini terjadi setelah aku merasa tengah ada masalah di antara kami.”

“Di antara kalian? Atau di antaramu saja?”

“Entah, Pak Bah.”

“Kau tidak menanyakan padanya?”

Aku menggeleng.

“Tak ada waktu?”

Aku menggeleng lagi.

Mulutnya berdecih, “Ah bagaimana, tidak jantan sekali.”

“Sebenarnya kemarin hampir saja aku tanyakan, tapi entah bagaimana mulut dan hatiku rasanya beku, tertutup, terkunci tidak bisa digerakkan.”

“Jika masih hampir, tak usahlah kau ceritakan. Mau bagaimanapun yang namanya hampir, itu berarti tidak terjadi.”

Aku menunduk, Pak Bah benar sekali.

“Nang, kau bilang mulutmu tertutup, terkunci. Ya, bukalah. Kau pasti punya kuncinya. Itu kan mulut adalah mulutmu. Dan kalau kau perhatikan, banyak hal yang baru bisa berguna ketika ia terbuka, contohnya payung, gelas, pintu gerbang, dan lain-lain, termasuk juga mulut, pikiran, dan mungkin hatimu. Kau harus membuka ketika ingin menggunakannya.”

Aku menunduk semakin dalam, Pak Bah benar lagi.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • mesainin

    I wish I can meet Nadif & Pak Bah in real life :'

    Comment on chapter Epilog
  • cimol

    ayoo !!!

    Comment on chapter Prolog
  • wfaaa_

    next chapter!

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Anikala
1355      592     2     
Romance
Kala lelah terus berjuang, tapi tidak pernah dihargai. Kala lelah harus jadi anak yang dituntut harapan orang tua Kala lelah tidak pernah mendapat dukungan Dan ia lelah harus bersaing dengan saudaranya sendiri Jika Bunda membanggakan Aksa dan Ayah menyayangi Ara. Lantas siapa yang membanggakan dan menyanggi Kala? Tidak ada yang tersisa. Ya tentu dirinya sendiri. Seharusnya begitu. Na...
Coneflower
4278      1731     3     
True Story
Coneflower (echinacea) atau bunga kerucut dikaitkan dengan kesehatan, kekuatan, dan penyembuhan. Oleh karenanya, coneflower bermakna agar lekas sembuh. Kemudian dapat mencerahkan hari seseorang saat sembuh. Saat diberikan sebagai hadiah, coneflower akan berkata, "Aku harap kamu merasa lebih baik." — — — Violin, gadis anti-sosial yang baru saja masuk di lingkungan SMA. Dia ber...
GAUNG SANGKARA
1696      784     0     
Action
Gaung Sangkara, mendapatkan perhatian khusus mengenai pengalamannya menjadi mahasiswa Teknik paling brutal di kampusnya. Dimana kampusnya adalah sebuah universitas paling top di Indonesia, ia mendapatkan banyak tekanan akan nama-nama besar yang berusaha menindas bahkan membunuh dia dan keluarganya. Hal tersebut berpengaruh terhadap kondisi sosial dan psikologis-nya. Lahir dari kalangan keluarga d...
MANITO
1363      934     14     
Romance
Dalam hidup, terkadang kita mempunyai rahasia yang perlu disembunyikan. Akan tetapi, kita juga butuh tempat untuk menampung serta mencurahkan hal itu. Agar, tidak terlalu menjadi beban pikiran. Hidup Libby tidaklah seindah kisah dalam dongeng. Bahkan, banyak beban yang harus dirasakan. Itu menyebabkan dirinya tidak mudah berbagi kisah dengan orang lain. Namun, ia akan berusaha untuk bertahan....
Potongan kertas
936      486     3     
Fan Fiction
"Apa sih perasaan ha?!" "Banyak lah. Perasaan terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, terhadap orang, termasuk terhadap lo Nayya." Sejak saat itu, Dhala tidak pernah dan tidak ingin membuka hati untuk siapapun. Katanya sih, susah muve on, hha, memang, gegayaan sekali dia seperti anak muda. Memang anak muda, lebih tepatnya remaja yang terus dikejar untuk dewasa, tanpa adanya perhatian or...
Prakerin
7981      2115     14     
Romance
Siapa sih yang nggak kesel kalo gebetan yang udah nempel kaya ketombe —kayanya Anja lupa kalo ketombe bisa aja rontok— dan udah yakin seratus persen sebentar lagi jadi pacar, malah jadian sama orang lain? Kesel kan? Kesel lah! Nah, hal miris inilah yang terjadi sama Anja, si rajin —telat dan bolos— yang nggak mau berangkat prakerin. Alasannya klise, karena takut dapet pembimbing ya...
Pensil HB dan Sepatu Sekolah
70      67     0     
Short Story
Prosa pendek tentang cinta pertama
Stuck In Memories
15979      3275     16     
Romance
Cinta tidak akan menjanjikanmu untuk mampu hidup bersama. Tapi dengan mencintai kau akan mengerti alasan untuk menghidupi satu sama lain.
Transmigrasi ke raga bumil
307      198     2     
Fantasy
Azela Jovanka adalah seorang gadis SMA yang tiba-tiba mengalami kejadian di luar nalar yaitu mengalami perpindahan jiwa dan menempati tubuh seorang Wanita hamil.
HURT ANGEL
174      135     0     
True Story
Hanya kisah kecil tentang sebuah pengorbanan dan pengkhianatan, bagaimana sakitnya mempertahankan di tengah gonjang-ganjing perpisahan. Bukan sebuah kisah tentang devinisi cinta itu selalu indah. Melainkan tentang mempertahankan sebuah perjalanan rumah tangga yang dihiasi rahasia.