Loading...
Logo TinLit
Read Story - Let's See!!
MENU
About Us  

Dulu, berjalan bersama Bintang hanyalah adegan yang Ara temui di alam mimpinya saja. Karena jangankan untuk berjalan bersama, saling menegur sapa saja itu tak pernah terjadi. Ara yang lebih suka mengagumi cowok itu dari jauh juga Bintang yang terkesan membatasi diri dari sekian banyak cewek yang mendekatinya.

 

Sebenarnya dalam gengnya Bintang juga terdiri dari beberapa cewek yang kebanyakan bergabung karena menjalin hubungan dengan sahabat-sahabat Bintang. Setelah mereka putus, biasanya cewek-cewek itu memilih untuk menjauh.

 

Dan dari keberadaan cewek-cewek itulah yang membuat Ara merasa insecure untuk mendekati Bintang. Lihat saja penampilan mereka yang modis dan terkesan gaul, setara dengan visual Bintang yang di matanya begitu sempurna.

 

Kontras sekali dengan penampilan Ara yang menggambarkan anak sekolah biasa. Segaul-gaulnya penampilan Ara, kalau dibandingkan dengan mereka Ara tetap kalah jauh. Penampilan simpel Ara berbanding terbalik dengan mereka yang selalu menampilkan kesan borju.

 

Sempat terlintas dipikiran Ara kalau tipe cewek Bintang mungkin seperti apa yang ada di sekelilingnya. Cewek sederhana seperti Ara tidak mungkin menarik perhatian seorang Bintang.

 

Tapi ketika melihat langkah kakinya yang kini bersisian dengan Bintang, cewek itu ternyata telah mematahkan pemikirannya dulu terhadap Bintang.

 

Ara jadi penasaran bagaimana reaksi cewek-cewek itu kalau melihat kebersamaan Ara dengan cowok yang juga mereka idamkan itu.

 

"Gak apa-apa nih aku ajak kamu ke pasar malem gini?"

 

Pertanyaan Bintang mengalihkan Ara dari segala pemikirannya. Cewek itu lantas menggeleng sambil tersenyum lebar.

 

"Enggak dong, Bintang. Aku suka kok." 

 

Mana mungkin Ara keberatan diajak ke tempat ini oleh cowok yang telah lama mencuri hatinya. Sekali lagi Ara ingatkan, kemana pun itu kalau bersama Bintang, Ara dengan senang hati melakukannya.

 

"Jadi mau main apa dulu nih?"

 

Ara memindai semua jenis permainan dan wahana yang ada. Wahana khas pasar malam dengan hiasan lampu warna-warni, permainan dengan hadiah yang menarik, juga stand jajanan yang berderet di sekeliling mereka.

 

Sebuah mesin capit boneka yang ada di samping stand minuman boba menarik perhatian Ara. Dari dulu Ara selalu penasaran dengan permainan yang sering kali menghabiskan uangnya tanpa pernah mendapatkan hadiah yang dia inginkan itu.

 

Dengan semangat Ara menunjuk mesin itu.

 

"Oke, ayo!" Bintang menarik pelan lengan Ara menuju mesin yang ditunjuk cewek itu.

 

Hadiah yang tersedia didalamnya ternyata boneka-boneka yang ukurannya cukup besar.

 

Bintang menyerahkan satu koin yang sudah dibelinya kepada Ara agar cewek itu mencobanya lebih dulu.

 

Dengan tingkat keseriusan setara dengan mengerjakan soal ujian, Ara mulai mencoba. Dan tentu saja.. gagal.

 

"Coba lagi." Kata Bintang.

 

Percobaan kedua yang ternyata juga gagal.

 

Hingga keempat kali Ara mencoba dan tetap gagal, cewek itu menyerahkan satu koin yang tersisa ke Bintang. Berharap cowok itu menggunakan kesempatan yang tersisa dengan baik.

 

"Kamu aja deh yang main, aku nyerah." Kata Ara sambil menyerahkan satu koin yang tersisa.

 

Bintang mengambil ancang-ancang sebelum memasukkan koin. Matanya memindai boneka dalam box kaca itu, mencari target yang akan coba dia ambil. Setelah mendapatkannya, Bintang mulai memasukkan koin itu perlahan, sedikit tidak yakin ketika melihat ukuran boneka yang tidak seimbang dengan ukuran pencapit yang letoy pula.

 

Pencapit mulai bergerak sesuai tuas yang Bintang gerakan. Ketika dirasa sudah pas Bintang menekan tombol untuk mencapit target. Dan.. hampir saja.

 

Pencapit itu hanya mencapit sebelah telinga boneka kelinci, mengangkatnya sebentar lalu menjatuhkannya lagi.

 

"Yahh.."

 

Dengan bahu yang melemas keduanya mengeluh kecewa.

 

"Coba yang lain."

 

Ara terkesiap saat Bintang kembali menariknya menuju permainan yang lain.

 

Kalau tadi Ara yang paling semangat, kali ini Bintang pun sama. Sepertinya cowok itu mulai tertantang untuk menaklukkan permainan yang ada.

 

Ara tertawa melihat tingkah Bintang di setiap permainan yang dia coba. Melihat cowok itu besorak girang saat hampir memenangkan permainan, atau justru menggeram kesal saat dia kalah.

 

***

 

Setelah berkeliling mencoba berbagai permainan yang lebih banyak kalah dibanding menangnya, Bintang mengajak Ara menaiki wahana bianglala berhias lampu warna-warni. Dan tentu saja Ara tak bisa menolak.

 

Wahana yang juga mempunyai kenangan masa kecil bagi Ara itu merupakan wahana yang wajib dicoba kalau datang ke pasar malam.

 

Dengan es krim di tangan kanannya dan boneka beruang kecil yang di dapat Bintang setelah memenangkan permainan basket, Ara menaiki bianglala dengan Bintang yang selalu setia menjaganya.

 

"Aku sempat mikir kamu gak mungkin suka sama aku."

 

Bintang berhenti mengaduk es boba ditangannya saat Ara berucap disela kegiatannya menjilati es krim.

 

"Kenapa gitu?"

 

"Yah kayaknya gak mungkin aja gitu. Aku gak ada apa-apanya kalo dibanding sama kamu dan temen-temen kamu yang cewek-cewek itu."

 

Dengan lembut, Bintang menarik tangan kiri Ara dan menggenggamnya pelan. Sensasi hangat dari genggaman itu ternyata juga mampu menghangatkan hati Ara.

 

"Jangan pernah merendah, Ra. Setiap orang itu istimewa dengan caranya masing-masing."

 

Ara menatap Bintang, tepat di manik matanya yang berkilau memantulkan berbagai cahaya, setara dengan nama yang disandangnya.

 

"Maaf kalo dulu aku sempat mengabaikan kamu. Dan makasih karena kamu gak berniat untuk menyerah."

 

Ara sempat memikirkan perkataan Naya tentang kedekatannya dengan cowok ini. Ara paham kalau Naya mengkhawatirkannya, pun dengan Danu yang sanksi dengan kenyataan yang tengah terjadi padanya.

 

Tapi dari sekian peringatan yang kedua temannya lontarkan itu, Oji tak pernah ikut andil.

 

Ara menghela nafas.

 

"Kamu.. beneran suka sama aku?"

 

Bintang balas menatap Ara lebih lekat, mengusap puncak kepalanya dengan lembut lalu memberinya sebuah senyuman menenangkan.

 

"Aku gak akan melakukan sesuatu tanpa menggunakan hati, Ra."

 

"Maaf ya Bintang, mungkin karena ini kali pertama aku pacaran jadi banyak banget ketakutan yang aku rasain."

 

Bintang kembali tersenyum. Dia paham. "Aku tahu."

 

Ara mendesah lega. Kembali dia nikmati es krim yang hampir meleleh itu sambil melihat sekeliling pasar malam yang semakin ramai.

 

"Kalo kamu bohong, aku kecewa banget loh."

 

Untuk sekian detik Bintang terdiam sebelum akhirnya dia mengangguk.

 

***

 

"Hai bestie-bestie lagi pada ngapain?"

 

Naya menoleh saat seseorang merangkul bahunya tiba-tiba.

 

"Udah pacarannya?" Tanya Naya dengan juteknya.

 

"Yee biasa aja kali. Sirik ya lo."

 

Naya mendelik lalu menyodorkan beberapa lembar kertas ke Ara.

 

"Gue udah pisahin tuh gambar-gambar buat klipingnya, tinggal lo gunting terus lo susun deh."

 

Ara mengamati potongan gambar dan beberapa lembar koran yang akan menjadi isi dari tugas kliping sebagai penambah nilai pelajaran sejarah.

 

Bu Ana, guru sejarah yang baru saja selesai cuti melahirkan, memberi mereka tugas membuat sebuah kliping tentang sejarah satu tempat yang ada di Jakarta sebagai penambah nilai mereka yang kurang selama beliau cuti.

 

Tugas yang dikerjakan berkelompok itu tentu saja membuat Danu protes. 

 

"Lah, ibu kan cuti bukan kita yang minta, nilai kita kurang juga bukan salah kita lah."

 

Sebuah argumen yang dihadiahi pelototan tajam dari guru mudah beranak satu.

 

"Ih ini dapet darimana koran lama begini?" Tanya Ara sambil mengamati koran-koran keluaran lama yang memuat artikel tentang kota tua tempo dulu.

 

"Malam minggu kemaren Oji sama Danu nyari ke pasar loak. Lo tau, mereka pulang gak cuma bawa koran, tapi bawa cewek."

 

"Eh sembarang tuh ngomong." Timpal Danu memotong percakapan dua cewek yang duduk dibelakang dia dan Oji.

 

Dua jam setelah istirahat kosong, untuk itu mereka menggunakannya untuk mengerjakan tugas di taman, dibawah pohon mangga yang baru berbunga.

 

"Rumpi amat lo, Nay." Tambah Oji.

 

"Lah emang iya kan, katanya ada cewek yang ikut pulang bareng kalian."

 

"Bukan gue, tapi Oji."

 

"Pulang bareng tuh numpang doang kali, bukan di bawa pulang." Kata Oji di sela kegiatannya mencari materi di mesin pencari.

 

"Bareng lo, Ji? Siapa?"

 

"Gak kenal, cuma nebeng dikit aja. Si gembul aja tuh yang bawel sampe diceritain ke Naya." Kata Oji memberi penjelasan pada Naya.

 

"Cakep gak? Dan, cakep gak?"

 

Oji mendelik mendengar pertanyaan Ara yang begitu tertarik dengan cerita rumpian dua temannya tadi.

 

"Cantik, Ra. Tinggi putih."

 

"Waahh kenalan dong kalian."

 

"Apa sih, si gembul mana tau coba. Orang dia asyik makan, makanya gue tinggal."

 

Danu tertawa puas karena berhasil menggoda sahabatnya.

 

"Ya gak apa-apa kali Ji kalo mau kenalan. Itu mempermudah lo buat move on tau."

 

"Nah itu." Ara berseru setuju dengan opini Naya.

 

Oji yang mulai kesal karena terus digoda oleh tiga manusia berisik di depannya lantas menyimpan ponselnya. Fokusnya untuk mencari artikel hilang sudah entah kemana.

 

"Ini kenapa jadi bahas gue sih. Mau dikelarin gak nih tugas?"

 

"Ampun suhu. Jangan marah aaa.." Timpal Danu.

 

Oji mengabaikan ketiga temannya yang terbahak melihat ekspresi wajahnya. Dia memilih membantu Ara yang mulai memotong setiap gambar yang akan di tempel di kertas hvs.

 

Ara yang kesusahan memotong kertas karena terus tertawa bersama Naya membuat tangan Oji gemas untuk menjawil hidung sahabatnya itu.

 

"Berisik, Ra."

 

"Abis muka lo lucu banget sumpah."

 

Ara berdeham berusaha menghilangkan sisa tawanya. Dia tidak mungkin mengabaikan tugas bagiannya setelah dua hari sebelumnya dia tak bisa ikut mengumpulkan bahan yang diperlukan.

 

"Seru amat nih, lagi pada ngapain?"

 

Ketiganya menoleh mendapati Bintang yang tersenyum berdiri di dekat Oji dan Ara.

 

"Eh Bintang." Sapa Ara.

 

Danu dan Naya kompak berdeham melihat dua sejoli yang tengah kasmaran itu berada di dekat mereka.

 

"Bikin kliping apa nih?" Tanyanya lagi, kali ini sambil mengambil selembar koran dari depan Ara.

 

"Tugas sejarah."

 

"Oh." Bintang mengangguk. Dia mengambil duduk di samping Oji.

 

"Gue bantu ya."

 

"Gak usah repot-repot, Bin."

 

Ara dan Bintang menatap Oji.

 

"Gak apa-apa, Ji."

 

Bintang segera mengambil gunting untuk membantu mereka. Oji sempat akan kembali menolak sebelum Ara menatapnya menyuruh untuk diam.

 

Jelas saja, kesempatan emas tidak mungkin Ara buang begitu saja bukan?

 

 

***

 

To be continue..

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Sacrifice
6746      1715     3     
Romance
Natasya, "Kamu kehilangannya karena itu memang sudah waktunya kamu mendapatkan yang lebih darinya." Alesa, "Lalu, apakah kau akan mendapatkan yang lebih dariku saat kau kehilanganku?"
The life of a monkey
570      319     4     
Short Story
This is a story about a monkey named Koko.
Mind Maintenance: Service Berkala untuk Isi Kepala
92      53     0     
Non Fiction
Mind Maintenance: Service Berkala untuk Isi Kepala Panduan Merawat Mental Seperti Merawat Mesin Mobil Pernah merasa kepalamu panas, emosimu meledak-ledak, atau hatimu tiba-tiba kosong tanpa sebab? Mungkin bukan karena hidupmu salah arah, tapi karena kamu lupa servis berkala isi kepalamu sendiri. Buku ini mengajakmu merawat mental dengan pendekatan yang sederhana namun penuh maknaibarat mer...
Moira
25622      2598     5     
Romance
Diana adalah seorang ratu yang tidak dicintai rajanya sendiri, Lucas Jours Houston, raja ketiga belas Kerajaan Xavier. Ia dijodohkan karena pengaruh keluarganya dalam bidang pertanian dan batu bara terhadap perekonomian Kerajaan Xavier. Sayangnya, Lucas sudah memiliki dambaan hati, Cecilia Barton, teman masa kecilnya sekaligus salah satu keluarga Barton yang terkenal loyal terhadap Kerajaan Xavie...
Stuck In Memories
15861      3244     16     
Romance
Cinta tidak akan menjanjikanmu untuk mampu hidup bersama. Tapi dengan mencintai kau akan mengerti alasan untuk menghidupi satu sama lain.
Regrets
1052      570     2     
Romance
Penyesalan emang datengnya pasti belakangan. Tapi masih adakah kesempatan untuk memperbaikinya?
My Chocolate
2167      946     4     
Short Story
‘Maaf’ adalah satu kata yang akan kuucapkan padamu jika aku diberi kesempatan untuk bertemu denganmu kembali.
Help Me Help You
1892      1123     56     
Inspirational
Dua rival akademik di sebuah sekolah menengah atas bergengsi, Aditya dan Vania, berebut beasiswa kampus ternama yang sama. Pasalnya, sekolah hanya dapat memberikan surat rekomendasi kepada satu siswa unggul saja. Kepala Sekolah pun memberikan proyek mustahil bagi Aditya dan Vania: barangsiapa dapat memastikan Bari lulus ujian nasional, dialah yang akan direkomendasikan. Siapa sangka proyek mus...
Melodi Sendu di Malam Kelabu
516      343     4     
Inspirational
Malam pernah merebutmu dariku Ketika aku tak hentinya menunggumu Dengan kekhawatiranku yang mengganggu Kamu tetap saja pergi berlalu Hujan pernah menghadirkanmu kepadaku Melindungiku dengan nada yang tak sendu Menari-nari diiringi tarian syahdu Dipenuhi sejuta rindu yang beradu
That Devil, I Love
3757      1472     0     
Romance
Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi Airin daripada dibenci oleh seseorang yang sangat dicintainya. Sembilan tahun lebih ia memendam rasa cinta, namun hanya dibalas dengan hinaan setiap harinya. Airin lelah, ia ingin melupakan cinta masalalunya. Seseorang yang tak disangka kemudian hadir dan menawarkan diri untuk membantu Airin melupakan cinta masa lalunya. Lalu apa yang akan dilakukan Airin ? B...