Read More >>"> After Feeling (Chapter 18) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - After Feeling
MENU 0
About Us  

“Mau sampai kapan kita di sini?” tanya Adelia yang menyedot tetesan terakhir es jeruknya.

“Sebentar lagi. Aku belum bisa mendekatinya. Dia terlihat sangat sibuk.”

Vincent tampak sibuk. Dia mengantar pesanan ke meja dengan wajah yang datar. Kanaya sempat berpikir bahwa ekspresi datar itu hanya ditujukan padanya saja. Namun, setelah hari ini, setidaknya dia tahu bahwa karakternya memang seperti itu. Beberapa pengunjung mungkin ada yang terganggu dengan raut wajah tanpa senyum saat melayani mereka, tapi mereka mungkin mengabaikannya karena rasa makanan di restoran ini sangat enak.

“Hei Kanaya, apakah aku salah lihat atau memang warna mata laki-laki itu berbeda? Aku ingin menanyakannya dari tadi, tapi aku lupa karena keasyikan makan.”

Kanaya bertopang dagu, netranya terus mengikuti ke mana pun Vincent pergi. “Kau tidak salah lihat. Warna matanya memang berbeda.”

“Ah, begitu.”

“Adelia, apa kau berpikir bahwa itu hal yang aneh?”

“Apanya?”

“Warna mata itu.”

Adelia ikut bertopang dagu. “Daripada aneh, itu lebih pantas di sebut unik. Ya, walaupun aku sebenarnya tak terlalu peduli.”

Kanaya tersenyum. Setidaknya pendapat Adelia sama dengannya. Ada satu hal yang membuatnya menyukai Adelia. Jika karena baik, maka semua orang bisa menjadi baik walau harus berpura-pura. Namun, sifatnya yang blak-blakan dan tak pernah merendahkan orang lain itulah yang membuat Kanaya menyukainya.

Hari ini bukan hari pekan, tapi restorannya cukup ramai. Itu wajar, karena orang-orang pada umumnya berpatokan teguh pada slogan ‘murah, enak dan mengenyangkan’ termasuk Kanaya.

“Kau Hanna, ‘kan?” suara laki-laki yang tiba-tiba itu mengagetkan Kanaya dan Adelia. Dia memakai seragam pramusaji yang sama seperti Vincent. Bibirnya terangkat, membentuk sebuah senyum yang membuat lesung pipinya terlihat. Anehnya, senyum itu mengarah pada Adelia.

“Tidak salah lagi, kau betulan Hanna.” Dia berkata dengan ekspresi senang.

“Hanna?” Kanaya bertanya-tanya. Lalu, dia pun menatap Adelia. “Kau mengenalnya?”

Adelia mendesah pelan, kemudian dia mengangguk. Dia menggerak-gerakan bibir, seolah memberitahukan isi pikirannya. Kenapa harus bertemu dengannya dari sekian banyak orang.

“Apa kabarmu? Sudah lama sekali kita tidak bertemu, sejak kau tidak lagi di panti. Sebenarnya aku terus mencari-cari keberadaanmu, kau tidak membalas pesanku yang kukirim lewat media sosial. Beruntung sekali aku bisa bertemu denganmu di sini hari ini.”

Adelia tersenyum kecut. Laki-laki berperawakan kurus tinggi itu tampak sangat senang. Dia bahkan tak berusaha untuk menyembunyikannya. Rambut hitamnya sedikit keluar karena dia mengenakan topi dengan gaya terbalik.

“Kabarku baik, aku sehat, seperti yang kau lihat. Ah, kau semakin tinggi, omong-omong.”

Laki-laki itu tersenyum lagi, sepertinya dia sangat suka menebar senyum seperti itu. “Tentu saja. Aku kan rajin minum susu.” Laki-laki itu pun menoleh ke arah Kanaya yang melongo. “Kami berteman,” ucap laki-laki itu kemudian sembari tersenyum.

Kanaya tidak tahu harus mengatakan apa, hingga akhirnya hanya bisa membalas dengan senyuman juga. Matanya beralih pada Adelia yang tak bersuara. Ia mendelikkan mata, seolah bertanya ‘siapa laki-laki ini?’

“Iya, dia temanku. Dulu, kami berada di panti yang sama.”

Laki-laki itu mengulurkan tangan sambil menyebutkan namanya singkat. “Ilay,” katanya. Begitu pun Kanaya yang segera balas menyebut namanya juga. Mereka berkenalan saat itu. Ilay sangat ramah, bahkan untuk seseorang yang baru saja bertemu.

“Apa kau temannya Vin? Kau terus menatapnya sedari tadi. Apa jangan-jangan kau pacarnya?”

Kata-kata Ilay tiba-tiba membuat Kanaya jadi salah tingkah. Kanaya mengangkat kedua tangannya, melambai-lambaikannya dengan tawa masam di wajahnya. “Bukan, bukan, haha ... dia itu hanya kenalanku.”

“Bohong, dia tertarik pada laki-laki itu,” tukas Adelia santai dengan telunjuk yang mengarah pada Vincent.

Kanaya terdiam. Mukanya memerah dan dia melotot pada Adelia. Ya, walaupun gadis berambut sebahu itu terkesan mengabaikannya. Hal itu membuat Ilay terkekeh, dan Kanaya malah semakin malu karenanya.

“Tak sedikit orang yang tertarik padanya, dia memang tampan dan menarik. Hanya saja, dia terlalu cuek, bahkan dia tidak pernah tersenyum. Karena sikapnya yang seperti itu, kurasa dia tak mempunyai banyak teman. Bahkan, aku saja sering sekali diabaikannya.”

“Ah, jadi banyak gadis yang tertarik padanya. Aku mengerti,” ucap Kanaya mengulum bibir.

“Hei, Ilay, kenapa kau berkata tentang hal yang tak berguna?” tukas Adelia sambil menatap Ilay, tapi Ilay hanya tertawa ringan.

“Aku bicara yang sebenarnya, tapi kau tenang saja, karena dia masih sendirian sampai sekarang. Dia tidak pernah bercerita padaku, sih, tapi dari ekspresinya aku mengerti bahwa dia tak terlalu menyukai gadis-gadis itu. Jadi, kau masih punya kesempatan.”

Kanaya tertawa kecut, “haha, ya terima kasih.”

“Dia itu anak yang baik, sih sebenarnya.” Ilay mulai mengoceh lagi, kali ini ia melipat tangannya di dada dan jari telunjuknya mulai menggosok-gosok dagunya sendiri. “Walaupun dia tidak pernah tersenyum dan tak punya keahlian untuk berkomunikasi yang baik pada pelanggan, tapi bos kami memakluminya. Pertama, karena dia tampan, kedua, karena dia sopan. Lalu, hubungannya dengan para pegawai di sini juga tak terlalu baik. Itu wajar, sih, orang-orang di sini selalu berkata bahwa dia keturunan aneh karena mempunyai warna mata yang berbeda.” Ilay melepas tangannya dan merentangkannya ke samping. “Ya, dibanding Vin, kupikir orang-orang di sinilah yang aneh. Kenapa juga mereka selalu saja mengatakan hal-hal yang tak berguna seperti itu.”

“Hei, Ilay ... mau sampai kapan kau mengoceh seperti itu di sini? Apa kau tak akan bekerja?” Adelia mulai menatapnya dengan kesal.

Lagi-lagi Ilay terkekeh, “haha, habisnya wajah Kanaya seakan memintaku untuk terus menceritakan tentang Vin.”

Kanaya yang awalnya mendengarkan dengan antusias, kini terkesiap. “Apa? Aku tidak begitu, Kok.”

“Haha, baiklah aku akan pergi.” Ilay mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Adelia.

“Kenapa kau memberikan ponselmu? Aku tidak butuh, punyaku masih bagus.”

“Haha, kau ini ... tolong kau ketik nomormu di sini.”

Adelia menopang dagu dan mendengus, “tidak mau,” jawabnya malas.

Ilay tersenyum simpul dan mengubah arah ponselnya ke Kanaya. “Kalau begitu nomormu saja.”

“Ah, kenapa jadi nomorku?”

“Karena aku akan menceritakan tentang Vin sebanyak yang kau mau,” ujarnya melebarkan senyum.

Kanaya segera menyerobot ponsel hitam milik Ilay, mengetik nomor ponselnya sendiri dan menyimpannya. Itu dilakukannya dengan cepat, dan penuh semangat.

“Terima kasih, sampai jumpa lagi.” Setelah memasukkan ponselnya kembali ke saku celana, Ilay pergi menghampiri pegawai yang lain.

Adelia mendesah kasar, sambil menopang dagu ia memalingkan wajah. “Aku tak bisa lagi berkomentar.”

“Haha. Ya, sebaiknya memang tidak usah. Oh, ya, kenapa dia memanggilmu Hanna? Kalian juga tampak dekat, dia bahkan terlihat sangat senang bertemu denganmu.”

“Semua anak panti memanggilku dengan panggilan itu. Mereka memanggil nama depanku.”

“Oh benar, nama lengkapmu kan Rihanna Adelia.”

Adelia mengangguk. “Aku memang dekat dengan Ilay. Sejak pertama kali aku di titipkan ke panti, dia yang lebih dulu menyapaku. Umurnya lebih tua dua tahun dariku kalau tidak salah. Dia anak yang baik, sih, tapi terkadang dia bertingkah menyebalkan. Jika di pikir-pikir, memang sudah sangat lama kami tidak bertemu. Aku di adopsi saat umurku dua belas tahun waktu itu. Hm ... terakhir kali saat aku berumur enam belas tahun, aku, ibu dan ayahku mengunjungi panti, tapi aku tak melihatnya hari itu. Kata pengurus panti, dia sudah bekerja dan tinggal di rumah kosnya.”

“Ah, seperti itu. Pantas saja dia terlihat senang melihatmu ....” Kanaya tak melanjutkan kata-katanya. Netra cokelat tuanya menangkap Vincent yang tengah pergi keluar kedai. Kanaya terperanjat, “oh, dia keluar. Tunggu di sini, aku ingin menyusulnya sebentar.” Kanaya berkata sambil melenggang pergi dengan cepat.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Not Alone
495      251     3     
Short Story
Mereka bilang rumah baruku sangat menyeramkan, seperti ada yang memantau setiap pergerakan. Padahal yang ku tahu aku hanya tinggal seorang diri. Semua terlihat biasa di mataku, namun pandanganku berubah setelah melihat dia. "seseorang yang tinggal bersamaku."
HARMONI : Antara Padam, Sulut dan Terang
1143      523     5     
Romance
HARMONI adalah Padam, yang seketika jadikan gelap sebuah ruangan. Meski semula terang benderang. HARMONI adalah Sulut, yang memberikan harapan akan datangnya sinar tuk cerahkan ruang yang gelap. HARMONI adalah Terang, yang menjadikan ruang yang tersembunyi menampakkan segala isinya. Dan HARMONI yang sesungguhnya adalah masa di mana ketiga bagian dari Padam, Sulut dan Terang saling bertuk...
Annyeong Jimin
27781      3649     27     
Fan Fiction
Aku menyukaimu Jimin, bukan Jungkook... Bisakah kita bersama... Bisakah kau tinggal lebih lama... Bagaimana nanti jika kau pergi? Jimin...Pikirkan aku. cerita tentang rahasia cinta dan rahasia kehidupan seorang Jimin Annyeong Jimin and Good Bye Jimin
the invisible prince
1532      824     7     
Short Story
menjadi manusia memang hal yang paling didambakan bagi setiap makhluk . Itupun yang aku rasakan, sama seperti manusia serigala yang dapat berevolusi menjadi warewolf, vampir yang tiba-tiba bisa hidup dengan manusia, dan baru-baru ini masih hangat dibicarakan adalah manusia harimau .Lalu apa lagi ? adakah makhluk lain selain mereka ? Lantas aku ini disebut apa ?
Baret,Karena Ialah Kita Bersatu
702      416     0     
Short Story
Ini adalah sebuah kisah yang menceritakan perjuangan Kartika dan Damar untuk menjadi abdi negara yang memberi mereka kesempatan untuk mengenakan baret kebanggaan dan idaman banyak orang.Setelah memutuskan untuk menjalani kehidupan masing - masing,mereka kembali di pertemukan oleh takdir melalui kesatuan yang kemudian juga menyatukan mereka kembali.Karena baret itulah,mereka bersatu.
LAST MEMORIES FOR YOU ARAY
547      397     5     
Short Story
Seorang cewe yang mencintai seorang cowo modus,php, dan banyak gebetannya. Sejak 2 tahun Dita menyukai Aray, tapi Aray hanya menganggapnya teman. Hingga suatu hari di hari ulang tahun Aray ia mengungkapkan perasaan yang selama ini bernama cinta, yang tak pernah ia sadari. Tapi semua sudah terlambat dihari ulang tahunnya juga hari dimana kepergian Dita untuk selama-lamanya.
Menghukum Hati
408      236     0     
Romance
Apa jadinya jika cinta dan benci tidak bisa lagi dibedakan? Kau akan tertipu jika salah menanggapi perlakuannya sebagai perhatian padahal itu jebakan. ???? Ezla atau Aster? Pilih di mana tempatmu berpihak.
Moira
23289      2175     5     
Romance
Diana adalah seorang ratu yang tidak dicintai rajanya sendiri, Lucas Jours Houston, raja ketiga belas Kerajaan Xavier. Ia dijodohkan karena pengaruh keluarganya dalam bidang pertanian dan batu bara terhadap perekonomian Kerajaan Xavier. Sayangnya, Lucas sudah memiliki dambaan hati, Cecilia Barton, teman masa kecilnya sekaligus salah satu keluarga Barton yang terkenal loyal terhadap Kerajaan Xavie...
Meja Makan dan Piring Kaca
52074      7879     53     
Inspirational
Keluarga adalah mereka yang selalu ada untukmu di saat suka dan duka. Sedarah atau tidak sedarah, serupa atau tidak serupa. Keluarga pasti akan melebur di satu meja makan dalam kehangatan yang disebut kebersamaan.
Coldest Husband
1422      731     1     
Romance
Saga mencintai Binar, Binar mencintai Aidan, dan Aidan mencintai eskrim. Selamat datang di kisah cinta antara Aidan dan Eskrim. Eh ralat, maksudnya, selamat datang di kisah cinta segitiga antata Saga, Binar, dan Aidan. Kisah cinta "trouble maker dan ice boy" dimulai saat Binar menjadi seorang rapunsel. Iya, rapunsel. Beberapa kejadian kecil hingga besar membuat magnet dalam hati...