sudah ku katakan,berharap pada manusia adalah kebodohan tapi kenapa kau malah menjadikan nya sebagai tujuan.
-adelia
sore harinya arutala pergi ketaman seperti biasanya,gadis manis itu memakai hoodie untuk menutupi luka ditangannya yang sudah di perban oleh abhi,lagi lagi arutala menghela nafas kasar
"gue ingin bicara pada adelia atau anjani tapi kak abhi ngelarang gue ngomong sama salah satu dari mereka untuk seminggu ke depan"
sebenarnya arutala kesal dengan larang abhi karna ia hanya memiliki adelia dan anjana saja sebagai sahabatnya
tapi ia tidak bisa melanggar perintah abhi bagaimana pun abhi pasti khawatir karna tadi ia sampai terluka lagi
"nad..
perangsangka apa yang ku punya
hingga aku merasa cintamu itu tak berupa
sedang dadaku menggebu ingin terus bersamamu"
arutala mengernyitkan dahi saat melewati seorang pria yang tengah mencium selembar foto
arutala berjongkok untuk melihat siapa yang tengah duduk di bawah sana sambil berkata dengan bahasa yang menurut arutala bahasa kiasan
"angin
bukankah ini tidak adil?
aku merasa dunia tengah menghakimi
padahal ragaku hanya ingin cinta tanpa luka
kenapa mereka malah berseru gila pada pria malang tanpa keluarga dan cinta dunia ini
salahkah aku mendamba cinta pada manusia?"
mata arutala membulat sempurna saat melihat wajah pria itu
dengan hati hati arutala bangkit dan berniat pergi dari sana
ia tidak mau berurusan dengan pria stres itu lagi,sungguh tidak akan mau
"lo mau pergi kemana?" arutala berbalik dan memaksakan senyumnya pada pria itu
"hehe,gue m-mau pulang om soalnya matahari udah mau terbenam"
pria itu menatap langit yang mulai kemerahan itu
ia tersenyum kali ini bukan senyum mengerikan melainkan senyum lembut seolah menikmati langit merah itu
"sandyakala" gumaman pria itu membuat arutala bingung
bahkan gadis itu juga ikut menatap langit senja yang bergurat kemerahan itu.
"lo duduk" seru pria itu tapi dengan kesadaran yang waras arutala menggeleng
"gue mau pulang" pria itu terkekeh sinis kemudian mengarahkan pisau lipatnya pada arutala membuat gadis mungil itu merinding
"lo udah dua kali liat gue dalam keadaan hancur,kalau sampai ketiga kalinya lo gak bakal bisa lepas dari gue"
arutala meneguk salivanya dengan kasar ia ingin meratapi nasib malangnya ini
"gue gak sengaja lewat om,salah gue apa coba"
pria itu terkekeh lagi saat melihat wajah cengo gadis didepannya itu
"salah lo karna punya nasib buruk.duduk!"
pria itu menarik tangan arutala agar duduk disebelahnya sedangkan arutala hanya diam mendengar kata pria tadi yang membuat dada nya sesak
"nasib gue buruk?" batin gadis itu
"menurut lo,muka gue jelek?"
arutala menatap wajah pria itu dengan tatapan menilai,kemudian gadis itu mengangguk tapi juga menggeleng kemudian mengetuk dagunya dengan jari kemudian menggeleng lagi
"jawab sialan" arutala memegang dadanya saking terkejutnya
"menurut mata gue om ganteng banget" jawab arutala setelah dibentak pria gila didepannya itu
"tapi rada stres" sambung arutala dalam hatinya
ya kali ia dengan gila mengatakannya dengan langsung,ia masih punya pikiran untuk tidak terkena masalah lagi.
"terus kenapa 'dia' mau ninggalin gue"
lagi lagi arutala merasa ngeri saat pria itu menciumi selembar foto yang ia pegang,kemudian pria itu kembali tertawa tanpa sebab membuat arutala merasa semakin takut saja
"om,tadi lo sebut kata sandyakala sambil liat langit.emang lo bisa meramal hari atau lagi baca mantra supaya gak jadi malam?"
arutala mengalihkan pembicaraan agar pria itu tidak tertawa dan membuatnya merinding
sedangkan pria itu hanya diam sambil menatap langit yang sudah mulai gelap itu
"sandyakala dalam bahasa sansekerta memiliki arti cahaya senja yang kemerahan,sangat indah tapi itu juga tamparan keras bagi manusia,bahwa yang indah sekalipun harus pergi dengan cepat"
arutala menatap langit sama seperti pria disamping nya itu
"sandyakala" batin gadis itu
"siapa nama lo?"
arutala tersenyum lembut,sangat lembut
"arutala amerta diranda" pria itu mengkerutkan dahinya kemudian kembali menatap kelangit lebih tepatnya ke arah rembulan yang tengah bersinar dengan sangat indah
"rembulan bersinar terang,memberi cahaya temaram pada langit malam,manusia hanya menikmati cahaya indahnya tanpa tau kegelisahan rembulan saat tak ada makhluk yang menemaninya dikala kegelapan mulai menguasai keadaan.rembulan hanya menelan semua rasa kesepian tanpa awan ataupun teman"
arutala kembali menatap pria tadi dengan raut wajah bingung
"kumat nih orang?" batin arutala dengan bergidik ngeri
" nama lo siapa om?" tanya arutala bersikap biasa saja agar pria disebelahnya tidak merasa kalau ia ketakutan,menurut buku yang pernah ia baca biasanya psikopat akan sangat menyukai raut ketakutan dan teriakkan memohon para korbannya
makanya arutala berusaha bersikap netral
" heh,emang lo berharap ketemu sama gue lagi?yakin lo?gue gak main main dengan perkataan gue tadi!"
arutala membulatkan matanya saat pria itu tersenyum sinis sambil mengarahkan pisau lipat nya ke dagu arutala
"hehe enggak om enggak,gue permisi dulu.udah malam gue mau pulang,selamat tinggal om"
pria itu terkekeh sinis saat melihat arutala pergi dengan tergesa gesa,kemudian ia kembali menatap foto ditangannya,lalu menggores pergelangan tangannya sambil tersenyum lebar
"nad,gue gak bisa kehilangan lo.gue bakal dapetin lo kembali dengan cara apapun itu"
setelah itu pria bermata coklat terang itu tergeletak tak sadar kan diri,membuat orang yang mengawasi nya sejak tadi berdecak kesal dan menghampiri pria gila menurut arutala itu
"lo nyusahin gue mulu ra" kata pria berhoodie itu sambil memapah pria gila itu
"Dari mana lo?"
arutala terkejut saat masuk kedalam rumah dan mendapati abhi yang sedang memasak di dapur,yaa rumah mereka memang tidak besar jadi ketika membuka pintu maka seisi rumah akan terlihat dengan jelas.rumah mereka hanya berisi dua kamar,ruang tamu yang menyatu dengan ruang tv,dapur yang kecil dan juga satu kamar mandi saja.dengan perasaan senang arutala memeluk abhi membuat pria jangkung itu tersenyum tipis
"kakak gak kerja?" tanya arutala bingung
" anak pak fandi hari ini lamaran jadi cafe tutup lebih cepat"
arutala mengangguk dan tersenyum lebar karna hari ini ia tidak akan sendirian di rumah
"Lo dari mana la?" tanya abhi lagi,dan lagi lagi arutala tersenyum hal yang wajar menurut abhi karna adeknya itu memang selalu tersenyum dan tertawa
"biasa,tadi tala dari taman kak" abhi hanya menggangguk sambil mengaduk masakannya
"tadi kak,tala ketemu orang gila" kata arutala dengan heboh membuat abhi terkekeh dan mencubit pipi sang kembaran dengan gemasnya
"Ngamuk?" arutala menggeleng kuat sebagai respon spontan
"enggak kak,tapi tadi dia sayat tanggannya sendiri pake pisau terus malah ketawa ketawa,malah serem lagi ketawanya"
abhi menghentikkan tanggannya yang mengaduk masakan dan menatap arutala tajam
"jangan dekati orang yang kayak gitu,bahaya la" kata abhi dengan sangat sangat serius
"Siap kak komandan" abhi kembali terkekeh dan mengacak acak rambut arutala dengan gemas
Pagi hari yang sangat cerah,arutala masuk kekelasnya dengan mood yang baik hari ini.bahkan ia sampai tersenyum lebar sambil memegang satu batang coklat ditangannya
"safiraaaaaa,yuhuuuuu" teriak gadis itu dengan suara nyaring nya membuat seisi kelas geleng geleng kepala
"kiw kiw,kayaknya tala lagi seneng nih" kata cika selaku bendahara kelas
arutala semakin melebarkan senyumnya seakan akan mulutnya akan robek karna senyum kelewat lebar
"ciee,kenapa nih la?" sahut vivian sekretaris kelas nya
Bukannya menjawab arutala malah mengangkat coklat yang ia pegang tinggi tinggi
"gue di kasih coklat valentine sama nirwana anjirrrr"
seketika kelas 12 IPS 3 heboh dan men cie cie kan arutala.
teman sekelas arutala memang tidak memusuhi arutala secara terus menerus hanya saat bayu bertengkar dengan arutala saja mereka akan menyerang arutala dengan kata kata pedas mereka,karna bayu adalah most wanted SMA harapan bangsa yang sangat disayangi mereka
"Halahh,cuma coklat doang udah heboh" kata bayu dengan sinisnya membuat senyum arutala memudar seketika
"biarin,ini kan dari crush gue" bayu memutar bola matanya dengan malas kemudian tersenyum mengejek
" oh iya gue lupa,lo kan orang miskin jadi mana sanggup beli coklat makanya lo norak gini"
arutala mengepalkan tangannya saat mendengar kata kata pedas dari bayu,sungguh itu menyakitinya
"bener,makanya coklat ini spesial buat gue.jarang jarang gue bisa makan coklat" jawab arutala dan duduk dikursinya dengan tenang
sedangkan bayu mengepalkan tangannya saat melihat arutala duduk dengan tenang sambil menatap coklat yang ia pegang bahkan arutala sampai mencium coklat pemberian nirwana itu
"cihhh,sialan" batin pria itu
Setelah bel istirahat semua siswa harapan bangsa tergesa gesa menuju kantin sekolah
mereka ingin mengisi perut dengan segera sebelum kantin penuh dan mereka tidak kebagian makanan ataupun tempat duduk.dan arutala duduk di taman belakang sambil membawa bekalnya seperti biasa
"huhu,mari makan masakan kak abhiii" gadis itu menyuap makanannya dengan semangat sebab jarang jarang sang kakak memasak karna kelelahan bekerja
Tuk..
Arutala menatap coklat yang ada didepannya kemudian menatap si pemberi dengan mulut yang masih penuh dengan nasi,sontak saja arutala tersedak dan terbatuk batuk saat melihat pria tampan didepannya itu
Uhukk..uhukk…
Arutala menepuk nepuk dadanya sendiri untuk menghentikan batuknya bahkan nasi yang ada dimulutnya kebeterbangan ke arah pria didepannya membuat pria itu mendengus dan memberikan air pada arutala kemudian menepuk nepuk punggung gadis itu dengan pelan
"anjir lahh" batin arutala
"Apa nih?" tanya arutala dengan nada tak bersahabat dan penuh rasa curiga
"lo buta haa?terserah lo mau dimakan atau di buang.gak ada terima kasihnya lo sialan"
arutala menatap punggung bayu dengan tatapan heran
"ini beracun gak ya?" gumam arutala melihat sepuluh batang coklat di depannya
"Gue minta tolong sama lo,jauhi arutala" kata abhipraya pada pria didepannya dengan serius membuat tangan pria itu terkepal kuat
"gue gak bisa" kata pria itu dengan emosi tertahan,abhi menghela napas panjang
"alasan lo ngelakuin ini semua apa?"
pria itu berdecak kesal,ia kesal dengan abhi yang pura pura tidak tau dan itu membuatnya sangat kesal
"lo tau alasannya bhi,gue cinta sama adek lo" abhi memutar bola matanya dengan malas,bukan itu yang ia maksud.
"kalau lo beneran serius sama tala,buktikan dan jangan nyakitin dia lagi kalau lo gak bisa maka jauhi arutala" kata abhi kemudian pergi meninggalkan pria itu yang mengeraskan rahangnya menahan emosi
"belum saat nya" batin pria itu
Yang terlihat belum tentu kebenaran dan yang tidak terungkap bukan berarti kepalsuan
Abhipraya ku harap kau selalu bahagia