Read More >>"> Lily (Pertemuan kembali di rental CD) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Lily
MENU
About Us  

Dimana I-Pod ku? dalam hati Lily berkata sambil mengacak-acak kamarnya. Diapun tak lupa mengacak-acak kamar adiknya, kamar ibunya, kamar Bi Minah (orang yang membantu bersih-bersih dirumahnya), dapur, toilet, dan lain sebagainya. Ibunya dan Bi Minah hanya bingung melihatnya begitu. Lily pun bertanya pada semua yang ada dirumahnya dimana I-Podnya, bahkan kucing yang tidak tahu apa-apa pun jadi korban pertanyaan Lily. Lily pun berusaha berpikir. Diapun akhirnya mengingat bioskop kemarin. Lily langsung bergegas menuju bioskop.

Sampai disana, Syifa menelponnya.

"Hallo, Lily, kamu dimana?" tanya Syifa khawatir.

 "Fa, aku lagi di bioskop kemarin. I-Pod ku hilang," kata Lily sambil berjalan meninggalkan sepeda motornya yang terparkir.

"Jadi kamu tidak masuk sekolah hari ini?" tanya Syifa.

"Iya, aku harus menemukan itu dahulu. Oke Fa, aku tutup ya," kata Lilly sambil menutup sambungan telpon. 

Syifa hanya menghela nafas, "anak ini, benar-benar deh,".

"Kemana temanmu yang ganjil itu?" tiba-tiba Rino datang duduk disamping Syifa.

"Eeeehhhhh, dia,,, dia katanya pergi ke bioskop kemaren, katanya mau cari I-podnya," kata Syifa gugup.

"Dasar wanita aneh," gumam Rino pelan.

"Apa?" tanya Syifa.

"Bukan kamu,"

Rino pun kembali ke tempat duduknya kembali sementara Syifa hanya kebingungan dengan apa yang dikatakan Rino. 

Sementara itu di Bioskop, Lily membujuk petugas yang ada disana untuk membolehkannya masuk untuk mencari barangnya tersebut. Karena belum dibuka, susah bagi Lily untuk membujuk petugas tersebut. dengan perjuangan yang tiada putus asa, terus membuntuti petugas tersebut kemanapun, akhirnya petugas itu dengan kesal membiarkannya masuk untuk mencari barangnya tersebut.

Setelah beberapa jam mencari, I-pod Lily juga tidak ditemukan. Petugaspun menyuruhnya untuk segera mengakhiri pencarian tersebut. Dengan hati yang gundah gulana, Lily pun pulang dengan perasaan hampa. Dia sangat suka dengan I-pod tersebut karena itu dia dapatkan dari undian tiba-tiba waktu dia pulang sekolah. Dia sangat bahagia mendapatkannya. Bukan karena harganya melainkan cara dia mendapatkan hadiah tersebut tanpa berusaha. Bukankah sangat menyenangkan bila kita dapat hadiah tanpa berusaha?.

Dengan wajah tertunduk dia berjalan disepanjang jalan. Dia melirik jam di pergelangan tangannya. Jam tersebut menunjukkan pukul 12.00. dia belum berniat pulang kerumah. Akhirnya untuk mengobati kesedihannya, Lily pergi ke beberapa tempat. Pertama dia mampir ke tukang bakso, ke tukang sate dan mie ayam. Karena rasa sedihnya tidak hilang juga, dia mampir ke warnet. Setelah beberapa jam di warnet, dia berniat pulang karena rasa kesalnya agak menghilang. Dia pun berjalan pulang. Di perjalanan, Lily melewati toko kaset dan CD. Diapun singgah lagi. Memasuki toko tersebut wajah Lily masih keliatan kesal. Dia memilih tumpukan CD di rak dengan cara seenaknya, membuat penjaga toko melotot kearahnya. Diapun agak menjauh dari tatapan penjaga toko tersebut.

Dengan langkah lesu, Lily menelusuri rak-rak CD dan kaset tersebut sambil melihat-lihat sekilas kalau ada yang menarik. Langkahnya terhenti pada saat dia melihat seseorang sedang mencari-cari sesuatu di rak yang lain. Orang itu tidak lain adalah Rino. Menyadari bahaya didekatnya, diapun bersembunyi di balik rak-rak kaset tersebut. 

Sesekali Lily celingak-celinguk dan mengintip Rino agar tidak sampai bertemu dengannya. Pada saat Rino keliatannya sudah mendapatkan yang dia inginkan  dan menuju meja kasir, barulah Lily lega dan kembali mencari CD yang menurutnya menarik. Tapi sesuatu mengejutkannnya dari belakang,

"Nona, tidak baik mengintip seseorang, itu sama dengan kriminal," goda Rino dari belakang. Lilypun menoleh dengan keshockan yang dahsyat.

"Hah? Apa maksudmu? Aku mengintip?" balas Lily tidak terima dengan gugup.

"Aku lihat semuanya,"

"Hah? aku tidak mau berdebat denganmu disini, jadi please tolong pergilah," usir Lily.

"Kamu mau diluar berdebatnya?" tantang Rino.

Temperatur di kepala Lily sudah benar-benar naik mencapai 100°c. dia hampir saja berteriak kepada Rino kalau tidak melihat penjaga toko yang melotot kepadanya. Lily pun hanya mendengus kesal dan akhirnya keluar dari toko dengan desahan berat. 

Disepanjang jalan dia masih memikirkan yang terjadi di toko kaset tersebut. Dia benar-benar tak habis pikir kenapa dia harus bertemu dengan orang aneh itu terus apalagi pada saat moment yang so bad bagi Lily. Karena kepalanya benar-benar panas, dia masuk ke mini market untuk membeli es krim.

mending aku beli es krim untuk mendinginkan kepalaku, katanya dalam hati. Karena malu hanya beli 1 buah, Lily pun membeli 3 buah eskrim rasa cokelat dan membawanya ke taman sekitar kota. Dia duduk di hamparan rumput sekaligus melihat anak-anak yang sedang bermain layang-layang disana.

"Ahhhh, segarnya," kata Lily sambil menjilat eskrim. 

"Kamu rakus sekali. Beli 3 eskrim untuk sendiri," kata Rino yang tiba-tiba datang dari belakang dan berjalan mendekat. Lily tidak menoleh karena dia sudah tahu suara siapa itu. diapun beranjak ingin pergi, tapi 2 eskrim yang masih tersisa direbut oleh Rino.

"Kembalikan punyaku," teriak Lily sambil mengejar Rino. Lily melempari Rino dengan apapun yang ada disekitarnya. Batu, kayu, kerikil, bahkan kaleng pun kadi alat untuk melempar Rino.

"Dasar gila. Hei orang gila! Berhenti! Kembalikan eskrimku," teriak Lily makin keras. Rino pun berhenti. Lily mendekatinya dan berusaha mengambil eskrim miliknya ditangan Rino. Tapi Rino malah mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Lily meloncat-loncat sambil mengumpati Rino, tapi Rino malah tertawa. Lily akhirnya kelelahan.

"Kamu,, hah,, cepat kembalikan eskrim ku!" Paksa Lily.

"Kalau tidak, kenapa?" Ujar Rino mengolok-olok.

"Aku akan menendangmu," kata Lily serius.

Sesaat Lily berpikir untuk menggunakan jurus karate yang dia lihat di film-film. Dia pikir saat itu adalah kesempatan bagus untuk mempraktekkannya. Lily memasang kuda-kuda dan mengepalkan tangannya dan mengarahkanya ke perut Rino. Tapi Rino dapat mengelak dengan santai. Diapun mencoba kewajah Rino, tapi semua dapat dielak dengan mudah. Karena kesal, Lily pun melepas sepatunya dan melemparnya ke muka Rino. Satu lemparan telak mengenai wajah Rino. 

"Kau....." Rino memasang ekspresi menakutkan. Karena tahu bahaya sedang menghadangnya, Lily secepat kilat mengambil sepatunya yang dia lemparkan ke wajah Rino dan segera kabur dengan menjinjingnya. Dalam hatinya, Lily sangat puas dan gembira. Dia sudah bisa melupakan I-podnya hilang. Sampai di rumah, dia tertawa sejadi-jadinya.

# # $ $ $ $

"Lily....?" kata Syifa saat mereka duduk di kursi mereka masing-masing di dalam kelas pada saat belum di mulainya pelajaran.

"Apa?" tanya Lily sekenanya.

"Dari tadi Rino melihatmu terus dengan tatapan aneh. Apa yang kamu lakukan sampai dia seperti ingin membunuhmu?" kata Syifa dengan gusar.

"Aku cuma melempar sepatu kewajahnya," jawab Lily dengan santai.

"Hah?? Kamu melemparnya dengan sepatu? Ini udah yang kedua kali kamu melemparnya, Ly. Aku yakin deh, pasti Rino bakal balas dendam padamu. Kamu tidak tahu kan siapa dia?" Kata Syifa mewanti-wanti.

"Dia juga yang mulai," kata Lily merasa tidak bersalah.

"Dia itu waktu kecil kalau ada yang berani sama dia bakal dibalas dengan sadis. Aku saja yang tidak salah apa-apa pernah jadi korbannya," jelas Syifa dengan wajah ketakutan.

"Benarkah?" Lily mulai takut.

"Itu dulu, sih. Aku tidak tahu dia yang sekarang. Tapi berharap saja dia tidak mengulitimu atau menggunduli rambutmu," 

"Hah? It..itu.. tidak mungkin," Lily menelan ludahnya. Dia pernah melihat tentang psikopat yang membalas dendam dengan sadis dengan cara yang tidak biasa. Lily pun menoleh ke arah Rino. Dan ternyata benar, Rino sedang menatap Lily dengan cara yang sangat-sangat menakutkan. Dia pun berdoa dalam hati agar Rino bukan psikopat seperti yang di film-film. 

Pada saat bel pulang berbunyi, Lily langsung melesat pergi dan berlari keluar dari kelasnya supaya tidak diikuti oleh Rino. Dia takut kalau Rino melakukan pembalasan dendam pada saat dia berada di gang sunyi. Maka dari itu, dia harus pergi secepat mungkin agar kemungkinan besar tidak terjadi apa-apa pada dirinya.  

Sampai dirumah, Lily belum melepas bajunya dan langsung tidur di tempat tidur.dalam tidurnya, dia bermimpi. Dia berlari di tengah malam di tempat sepi dengan ketakutan. Sementara di belakangnya, Rino berjalan mendekatinya sambil memegang pisau pemotong daging dengan wajah menyeramkan.

"Kamu mau coba eskrim rasa baru? Aku akan buatkan es krim rasa Lily... hahaha," kata Rino menyeramkan.

"Hah? Es krim rasa Lily? Maksudmu aku? Lalu bagaimana aku memakan eskrim itu kalau eskrim itu adalah aku?" tanya Lily.

"??????? Oke, aku salah, maksudku bersiaplah untuk jadi eskrim rasa Lily,, hahaha,"

"Tidakkkkkk.......mau!!!!" teriak Lily sampai terbangun.

"Berisik!!" teriak adik laki-laki Lily di sebelah kamarnya. Karena masih ketakutan, dia berlari ke kamar adiknya dan langsung menyelimuti dirinya dengan selimut di tempat tidur adiknya. 

"Aku tidur disini, ya?" katanya memelas.

"Pergi sana! Aku tidak sudi," kata adiknya sarkatis.

"Ayolah, aku akan tenang dan damai," tanpa persetujuan adiknya, dia langsung merapatkan selimut dan memejamkan mata. Berkali-kali adiknya berusaha menggulingkannya dari tempat tidur, tapi Lily tidak bergeming sama sekali. Dia terus merapatkan diri dengan selimut. Setelah itu ibunya memanggilnya,

"Lily cepat bangun dan makan. Kenapa aku punya anak aneh seperti ini sih," celoteh ibunya sambil mengguncang-guncang badan Lily. 

"Mama, saya belum lapar," Lily mengerjap-kerjapkan matanya berusaha bangun.

"Ayo, cepat turun dan ganti baju. Kau taukan ayahmu nanti akan datang menegurmu dan kamu pastinya tidak suka itu? ayo cepat, sebelum makanannya dingin," nasehat ibunya.

Lily bergegas bangun dan mandi. Dia agak lama berpakaian agar tidak semeja makan dengan ayahnya. Dia tahu itu tidak baik, namun dia merasa kalau dia dekat ayahnya, dia bakal adu mulut dan itu membuatnya merasa berdosa. Setelah ayahnya pergi dari ruang makan dan melanjutkan pekerjaannya, Lily baru turun dan segera makan.

"Lily, kamu jarang sekali makan semeja dengan kami," kata Ibunya duduk di sebelah Lily yang sedang makan. 

"..." Lily hanya diam.

"Kamu tahu Ly. Ayahmu sedikit prihatin denganmu. Kamu jangan buat yang aneh-aneh terus," ceramah ibunya pada Lily.

"Aku sudah selesai," kata Lily mengindahkan pembicaraan sambil membersihkan piring-piring kotor di meja makan dan membawanya ke wastafel. Dia berniat mencucinya, namun Bi Minah melarangnya. Setelah itu dia minta izin pada ibunya untuk pergi keluar sebentar. 

"Haahh, aku bingung dengan sikapnya Bi, apakah dia tertekan, ya?" ujar Ibu Lily pada Bi Minah.

"Tak tahulah, Bu. Mungkin itu gejala pubertas, kata orang di TV itu loh bu," jawab Bi Minah menduga-duga dengan serius. Ibunya Lily hanya tersenyum mendengarnya. Dalam hati dia berharap Lily baik-baik saja nantinya.

Di pinggir sungai di dekat kota, Lily membawa 3 buah es krim dan duduk di padang berumput sambil memandangi sungai di bawah jembatan. Di sekitar situ, banyak juga anak-anak bermain. Ada yang bermain kejar-kejaran, layang-layang, dan juga sepakbola. Lily hanya memandangi itu semua dengan tatapan kosong. Dia melempar-lempar batu asal-asalan.

Tanpa sepengetahuannya, seseorang sudah duduk dari semenit tadi disampingnya sambil memakan eskrim miliknya. Lily pun menoleh dan terkejut.

"Es krimmu akan mencair. Jadi aku makan agar tidak terbuang sia-sia," kata Rino santai sambil menjilat eskrim. Lily melihat kearah Rino sebentar lalu berkata lirih,

"Apa laki-laki itu semua sama? Suka seenaknya dan memaksakan kehendaknya?"

"Apa maksudmu?" jawab Rino agak heran.

"Hhh, di dunia ini, apa ada tempat yang tidak dihuni laki-laki?" Celetuknya Lagi. Rino diam mendengarkan.

"Seandainya saja ada, aku ingin kesana,"

"Kamu sedang patah hati ya?" tanya Rino pada akhirnya.

Lily menoleh ke arah Rino, "Tidak. Hanya saja, aku ingin mencoba berkhayal. Oh ya Aku mau tanya sesuatu,"

"Apa?"

"Apa kamu psikopat?" Tanyanya serius.

Rino tersedak mendengar kata-kata Lily barusan. Diapun berteriak marah, "Apa? hei, apa yang barusan kau katakan, hah? Aku psikopat? Kamu benar..benar tidak tertolong. Iya, iya, iya, aku memang psikopat," Ujar Rino menantang.

Lily langsung merasa kekhawatiran yang sangat dan mulai takut. Dia bersiap untuk melarikan diri, namun tangan Rino langsung meraihnya tangan Lily dengan kuat dan mendudukkannya kembali. 

"A..akuu ma,mau pulang, Rino. Kamu boleh menghabiskan eskrimku kalau kamu mau," kata Lily dengan gugup sambil berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman Rino. Rino memandangnya tajam,

"Tapi yang aku ingin habiskan bukan eskrimmu, Tapi kamu," Rino tersenyum nakal.

"Apa? kalau begitu aku akan teriak,"

"Oh ya? Siapa yang akan berani menolongmu?"

"K-kamu bodoh ya? Orang-orang disekitar sini lah," ujar Lily ragu

"Haha,, apa kamu pikir orang akan menolongmu? Coba saja," tantang Rino.

Lalu Lilypun mulai berteriak minta tolong pada orang-orang disekitar situ. Tapi mereka hanya menatap heran. Berkali-kali Lily mengulang kata tolong, help me, tidak ada satupun yang mendekat untuk menolong. Setelah Lily berhenti teriak, orang-orang kembali ke aktivitasnya masing-masing.

"Huhhhh, sial kenapa mereka tidak memperdulikanku? Padahal aku sedang dizolimi," katanya dengan nafas terengah-engah dan kesal sambil masih berusaha melepaskan tangannya dari Rino.

"Siapa yang dizolimi? Dasar aneh. Karena waktu itu kamu telah melakukan sesuatu padaku, kamu harus membayar semuanya. Kamu tidak tahu kan kalau aku berubah jadi sangat menyeramkan kalau aku sedang marah,"

"Oke, aku akan bayar pengobatan kepalamu karena sepatuku. Asal setelah ini aku tidak melihatmu lagi. Berapa yang harus aku bayar?"

"Tidak dengan uang. Tapi kamu harus membayar sama dengan yang kamu lakukan padaku 10 kali lipat,"

Lily menelan ludah dan kembali berteriak, " Tolong aku,, aku ingin di bunuh!"

Dengan cepat Rino membekap mulut Lily dengan salah satu tangannya dan memeluknya erat. Lily merasakan detak jantung Rino yang terdengar begitu kencang.

"Lily. Kenapa aku benar-benar muak ketika melihatmu? Aku sangat benci ketika melihatmu, mendengar suaramu, dan kamu malah datang dalam mimpiku," kata Rino dengan suara lirih. Lily mencoba melepaskan diri dari Rino.

"......nghh,"

"Kamu tahu, itu menyakitkan. Melihatmu tidak mempedulikanku, melihatmu dengan yang lain. Kamu tahu, jantungku selalu berdetak. Itu kenapa? Aku benar-benar kesal," kata Rino sedikit berbisik kepada Lily.

"Ma-maksudmu, kamu sakit bila melihatku? Jantungmu berdetak? Kamu sudah periksa ke dokter?" saran Lily Cemas.

"Bodoh, Rino makin mempererat pelukannya dan itu malah membuat Lily sulit bernafas. Lily mulai curiga kalau Rino mencoba membunuhnya dengan cara seperti itu.

"Rino, a,aku mohon lepaskan aku. Aku tahu aku salah, aku......minta......maaf," ujar Lily dangan suara berat.

Perlahan Rino melepaskannya. 

"Ly, jangan pernah membuatku sakit lagi, kalau tidak aku yang akan membuatmu sakit," kata Rino tidak jelas.

"Aku tidak mengerti, tapi aku akan berusaha agar kamu tidak melihatku. Oke, bye,,aku akan menjauh,, jauh,, jauh," kata Lily sambil berlari menjauh dari Rino. Rino hanya menyunggingkan senyum. bebannya sedikit terlepas karena mengatakan perasaannya walau di pikiran Lily itu seperti ancaman. 

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Pacarku Arwah Gentayangan
4407      1448     0     
Mystery
Aras terlonjak dari tidur ketika melihat seorang gadis duduk di kursi meja belajar sambil tersenyum menatapnya. Bagaimana bisa orang yang telah meninggal kini duduk manis dan menyapa? Aras bahkan sudah mengucek mata berkali-kali, bisa jadi dia hanya berhalusinasi sebab merindukan pacarnya yang sudah tiada. Namun, makhluk itu nyata. Senja, pacarnya kembali. Gadis itu bahkan berdiri di depannya,...
Lalu, Bagaimana Caraku Percaya?
103      76     0     
Inspirational
Luluk, si paling alpha women mengalami syndrome trust issue semenjak kecil, kini harus di hadapkan pada kenyataan sistem kehidupaan. Usia dan celaan tentangga dan saudara makin memaksanya untuk segera percaya bahwa kehidupannya segera dimulai. "Lalu, bagaiamana caraku percaya masa depanku kepada manusia baru ini, andai saja jika pilihan untuk tak berkomitmen itu hal wajar?" kata luluk Masal...
Love Al Nerd || hiatus
103      79     0     
Short Story
Yang aku rasakan ke kamu itu sayang + cinta
Demi Keadilan:Azveera's quest
761      430     5     
Mystery
Kisah Vee dan Rav membawa kita ke dalam dunia yang gelap dan penuh misteri. Di SMA Garuda, mereka berdua menemukan cinta dan kebenaran yang tak terduga. Namun, di balik senyum dan kebahagiaan, bahaya mengintai, dan rahasia-rasasia tersembunyi menanti untuk terungkap. Bersama-sama, mereka harus menghadapi badai yang mengancam dan memasuki labirin yang berbahaya. Akankah Vee menemukan jawaban yang ...
Heliofili
1816      917     2     
Romance
Hidup yang sedang kami jalani ini hanyalah kumpulan berkas yang pernah kami tandatangani di kehidupan sebelumnya— dari Sastra Purnama
Our Different Way
3815      1585     0     
Romance
Novel ini mengisahkan tokoh utama bernama Haira, seorang siswa SMA berusia tujuh belas tahun yang baru saja rujuk kembali dengan pacarnya, Gian. Mereka berdua tentu senang karena bisa kembali merajut kasih setelah tidak pernah bertemu lebih dari setahun akibat putus. Namun, di tengah hubungan yang sedang hangat-hangatnya, mereka diterpa oleh permasalahan pelik yang tidak pernah mereka bayangk...
Fix You
643      389     2     
Romance
Sejak hari itu, dunia mulai berbalik memunggungi Rena. Kerja kerasnya kandas, kepercayaan dirinya hilang. Yang Rena inginkan hanya menepi dan menjauh, memperbaiki diri jika memang masih bisa ia lakukan. Hingga akhirnya Rena bersua dengan suara itu. Suara asing yang sialnya mampu mengumpulkan keping demi keping harapannya. Namun akankah suara itu benar-benar bisa menyembuhkan Rena? Atau jus...
Jelita's Brownies
3075      1320     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...
I'm not the main character afterall!
974      510     0     
Fantasy
Setelah terlahir kembali ke kota Feurst, Anna sama sekali tidak memiliki ingatan kehidupannya yang lama. Dia selama ini hanya didampingi Yinni, asisten dewa. Setelah Yinni berkata Anna bukanlah tokoh utama dalam cerita novel "Fanatizing you", Anna mencoba bersenang-senang dengan hidupnya tanpa memikirkan masalah apa-apa. Masalah muncul ketika kedua tokoh utama sering sekali terlibat dengan diri...
Dream of Being a Villainess
1014      580     2     
Fantasy
Bintang adalah siswa SMA yang tertekan dengan masa depannya. Orang tua Bintang menutut pertanggungjawaban atas cita-citanya semasa kecil, ingin menjadi Dokter. Namun semakin dewasa, Bintang semakin sadar jika minat dan kemampuannya tidak memenuhi syarat untuk kuliah Kedokteran. DI samping itu, Bintang sangat suka menulis dan membaca novel sebagai hobinya. Sampai suatu ketika Bintang mendapatkan ...