Read More >>"> Toko Kelontong di Sudut Desa (Page 372-2) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Toko Kelontong di Sudut Desa
MENU
About Us  

Bagian Kedua

Mereka berdua hampir sampai di dekat stasiun kereta. Menyeberangi jalan raya kemudian memasuki gerbang area stasiun. Winter terlihat mengeluarkan tenaga ekstra untuk menyeberang. Pasalnya ia sekarang memiliki beban tumpuan yang lumayan berat. Ketika sampai di parkiran, Winter mengembuskan napas beratnya sedikit kasar. Sehingga didengar oleh Afuya bahwa pemuda itu seperti kesal menboncengnya. 

"Aku berat?" tanya Afuya sembari turung dari sepeda. 

Winter menurunkan standar dan memasang kunci pada sepeda. "Iya," jawabnya singkat.

Mendengar balasan yang jelas dari lawan bicaranya, membuat Afuya semakin kesal. Karena menganggap Winter tidak tahu diri. Sudah ngikut, ngatain berat juga. "Kalau begitu jalan kaki aja, nggak berat." Afuya berjalan menuju tempat penungguan dan akan mengecek tiket meninggalkan remaja lelaki itu.

"Serba salah emang." Merasa gadis yang bersamanya marah, Winter langsung berlari mengejarnya. Kemudian berjalan cepat mensejajari Afuya. 

"Kamu berat karena Kamu tinggi, Afufu." Winter masih mencoba membujuk gadis yang bersamanya itu dari masa merajuk. 

Afuya belum ingin membuka obrolan dengan remaja lelaki yang duduk di sebelahnya. Hingga di kereta pun Winter seakan mengoceh sendiri. Hari ini sungguh kebalikan dari kemarin. Perjalanan singkat di kereta telah selesai. Afuya turun lebih dulu dan berjalan cepat meninggalkan Winter di belakangnya. Pemuda itu justru malah semakin mendekat. Beberapa kali tapi tas ranselnya ditarik oleh Winter. Afuya hanya memumukul lengannya. Namun, remaja lelaki itu selalu menghindar sehingga menambah sebuah kekesalan lagi untuk Afuya. 

Matahari berangsur pulang. Tepat pukul tiga sore bel pulang dideringkan. Sudah menjadi sebuah rutinitas dan penghargaan tersendiri untuk keluar kelas urutan awal sebelum teman-temannya. Afuya bergegas menuju ke ruang bimbingan konseling guna mengambil ponselnya. Setelah beberapa jam tidak berjumpa dengan anak-abak kelas 9-A, entah ini bisa dikatakan senang atau bukan. Lelaki tinggi telah bersandar di sebelah tangga dekat dengan ruang bimbingan konseling. 

Benar, tidak salah lagi itu adalah pemuda yang pergi pulang bersamanya. Afuya sengaja lewat di depan remaja tinggi tersebut. Ia juga tak lupa memasang wajahnya datar penuh kekesalan. Winter yang telah me-notice-nya tersenyum singkat nan lebar. 

"Cewek... masih marah?" sapa Winter diiringi ketawa.

Afuya merasa dipermainkan. Gadis itu langsung membuang muka dan berjalan cepat menuju stasiun. Kali ini Winter tidak mengejarnya untuk jalan saling bersamaan. Lebih tepatnya, memposisikan jarak yang tidak begitu jauh juga untuk mengawasi gerak-gerik Afuya yang semakin menggemaskan saat marah menurut Winter. 

Sampailah mereka di stasiun. Tak terlalu lama menunggu, saat kereta telah siap, Afuya segera naik dan memilih duduk. Winter mengikuti gadis tersebut dan langsung sergap tempat duduk persis di sebelah Afuya. Beberapa saat, semua tatanan di luar kereka mulai berjalan ke arah berlawanan. Memberikan waktu senggang sejanak, Winter membuka sesi pertanyaan. 

"Kenapa ngambek begitu?" 

Afuya sudah merasa letih dan tidak ingin menanggapi pemuda di sebelahnya dengan kalimat. Ia menyodorkan kertas putih hasil ulangan harian matematika yang dibagikan di sekolah tadi. Winter tanpa sungkan menerima dan membuka kertas ulangan yang dilipat menjadi dua tersebut. Sedikit terkejut, tetapi juga banyak tertawanya. 

"Nilai ulangan matematika, 17?" Winter menjeda kalimatnya dengan tertawa renyah. Untung saja masih bernada ringan. "Jelek sekali hasilnya. Hahaha...." 

Afuya langsung merampas kembali kertas yang masih berada di tangan Winter tersebut. Bukannya diturut berduka cita atas nilai minimumnya, pemuda itu justru menertawakan Afuya seakan mengejeknya habis-bahisan. Jelas saja, gadis itu menjadi merah padam seperti ada api yang telah menyulutnya. Emosi Afuya begitu bergejolak tak terima jika hasil ulangannya dicap jelek, tetapi memang beneran kurang mencapai target saja.

"Mau aku ajarin?" Tiba-tiba, Winter menawarkan sebuah opsi untuk mengorbankan dirinya sebagai senior dalam mengajari mata pelajaran matematika.

Karena begitu putus asa tidak bisa soal pelajaran hitung-berhitung tersebut, Afuya merasa tertarik akan tawaran Winter. Setelah memastikan dan meyakinkan apakah ucapan pemuda itu sungguh-sungguh, Afuya melihat sebentar wajah Winter. Sedangkan remaja lelaki itu malah kebingungan dengan gadis di sebelahnya yang melihatnya dengan tatapan sinis. 

"Di mana?" Winter terkejut ketika gadis tersebut tertarik atas tawarannya. 

"Di rumahmu aja." 

"Jangan!"

"Kenapa?" 

"Bunda, pasti tidak mengizinkan." Afuya seperti menekuk wajah masamnya. 

"Tujuannya baik, kok. Kenapa nggak boleh?" Winter mulai serius dalam menanggapi Afuya. 

"Kalau Kamu cewek mungkin boleh," balas Afuya tanpa menatap Winter di sebelahnya. 

"Aku harus jadi cewek dulu gitu?" Pertanyaan Winter semakin keluar dari topik awal pembahasan. 

Afuya semakin dibuatnya kesal. Pengumuman kereta telah berbunyi, menandakan akan sampai di stasiun tujuan sebentar lagi. Tanpa menjawab pertanyaan terakhir yang dilontarkan oleh Winter, Afuya lebih memilih berdiri dan bersiap-siap di dekat pintu gerbong untuk turun. Ketika pintu gerbong terbuka, gadis itu menjadi orang pertama yang turun, kemudian diikuti oleh Winter di belakangnya. 

Tanpa disuruh, Winter langsung berlari mendahulu Afuya yang santai berjalan menuju parkiran. Pemuda itu sudah memegang setir di sepeda butut milik kakek dari gadis yang bersamanya tadi. Padahal, pemiliknya saja masih berjalan santai, kenapa ia begitu antusian untuk pulang berboncengan? Seusai Afuya membuka gembok pengunci sepeda, Winter bergegas memposisikan arah sepeda ke gerbang keluar dari stasiun. 

Afuya duduk dengan posisi menghadap samping, kemudian Winter mulai mengayuh pedal. Tidak banyak obrolan karena jika naik sepeda, jarak rumah Eryn dengan stasiun kereta hanya menghabiskan waktu lima menit saja. Ketika sampai di jalanan depan rumah Eryn, Afuya turun agar ia beralih posisi. Namun, Winter malah tak kunjung turun dari sepeda. Jelas Afuya langsung meminta sepedanya. 

"Kenapa turun?" tanya Winter seperti orang yang tak punya dosa. 

"Kenapa nggak turun?" Afuya melontarkan balik pertanyaan remaja lelaki tersebut.

"Aku ikut ke rumahmu," jawab Winter seperti orang tak punya dosa tahap dua. 

"Heh! Jangan sekarang!" tolak Afuya mentah-mentah. 

Ide keusilan Winter muncul. Karena tidak mendapatkan jawaban pengiyaan yang memuaskan, Winter langsung mengayuh sepeda butut itu dengan cepat. Meninggalkan gadis yang diboncengnya tadi masih berdiri mematung di jalan depan rumah Eryn. Karena merasa ditinggal sedangkan jika berjalan kaki, jarah rumahnya juga masih jauh. Afuya memutuskan untuk mengejar Winter yang membawa sepedanya. 

Definisi semakin kukejar semakin kau jauh, Winter malah mempercepat tempo gayuhannya pada pedal sepeda. Otomatis membuat Afuya semakin naik pitam dan spontan berteriak agar pemuda itu memberikan sepedanya. Namun, hasil berkata lain. Tanpa berpikir panjang, Afuya menghentikan larinya sejenak untuk memungut segenggam batu kerikil yang siap dilemparkan ke penculik sepedanya. 

Tawa keras Winter membuat Afuya semakin geram. "Hei! berhenti! Kembalikan sepedaku!" Gadis itu melempat semua batu kerikil yang digenggamnya hingga terkena punggung Winter. 

"Aduh!" 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Last Blooming Flower
7030      2229     1     
Romance
Di ambang putus asa mencari kakaknya yang 20 tahun hilang, Sora bertemu Darren, seorang doktor psikologi yang memiliki liontin hati milik Ian—kakak Sora yang hilang. Sora pun mulai menerka bahwa Darren ada kunci untuk menemukan Ian. Namun sayangnya Darren memiliki kondisi yang membuatnya tidak bisa merasakan emosi. Sehingga Sora meragukan segala hal tentangnya. Terlebih, lelaki itu seperti beru...
Reminisensi
0      0     0     
Fan Fiction
Tentang berteman dengan rasa kecewa, mengenang kisah-kisah dimasa lampau dan merayakan patah hati bersama. Mereka, dua insan manusia yang dipertemukan semesta, namun bukan untuk bersama melainkan untuk sekedar mengenalkan berbagai rasa dalam hidup.
CREED AND PREJUDICE
2838      853     0     
Mystery
Banyak para siswa yang resah karena pencurian beruntun yang terjadi di kelas VII-A. Amar, sebagai salah satu siswa di kelas itu, merasa tertantang untuk menemukan pelaku dibalik pencurian itu. Berbagai praduga kian muncul. Pada akhirnya salah satu praduga muncul dan tanpa sadar Amar menjadikannya sebagai seorang tersangka.
Our Different Way
3991      1638     0     
Romance
Novel ini mengisahkan tokoh utama bernama Haira, seorang siswa SMA berusia tujuh belas tahun yang baru saja rujuk kembali dengan pacarnya, Gian. Mereka berdua tentu senang karena bisa kembali merajut kasih setelah tidak pernah bertemu lebih dari setahun akibat putus. Namun, di tengah hubungan yang sedang hangat-hangatnya, mereka diterpa oleh permasalahan pelik yang tidak pernah mereka bayangk...
Kani's World
1368      641     0     
Inspirational
Perjalanan cinta dan impian seorang perempuan dari desa yang bernama Kani. Seperti halnya kebanyakan orang alami, jatuh bangun dihadapinya. Saat kisah asmaranya harus teredam, Kani dituntut melanjutkan mimpi yang sempat diabaikannya. Akankah takdir baik menghampirinya? Entah cita-cita atau cinta.
Jelita's Brownies
3261      1378     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...
Untuk Navi
1029      561     2     
Romance
Ada sesuatu yang tidak pernah Navi dapatkan selain dari Raga. Dan ada banyak hal yang Raga dapatkan dari Navi. Navi tidak kenal siapa Raga. Tapi, Raga tahu siapa Navi. Raga selalu bilang bahwa, "Navi menyenangkan dan menenangkan." *** Sebuah rasa yang tercipta dari raga. Kisah di mana seorang remaja menempatkan cintanya dengan tepat. Raga tidak pernah menyesal jatuh cinta den...
Aku Istri Rahasia Suamiku
9322      2016     1     
Romance
Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya. Setiap wanita yang telah menikah pasti akan ...
Seiko
482      369     1     
Romance
Jika tiba-tiba di dunia ini hanya tersisa Kak Tyas sebagai teman manusiaku yang menghuni bumi, aku akan lebih memilih untuk mati saat itu juga. Punya senior di kantor, harusnya bisa jadi teman sepekerjaan yang menyenangkan. Bisa berbagi keluh kesah, berbagi pengalaman, memberi wejangan, juga sekadar jadi teman yang asyik untuk bergosip ria—jika dia perempuan. Ya, harusnya memang begitu. ...
Cinta untuk Yasmine
1840      834     17     
Romance
Yasmine sama sekali tidak menyangka kehidupannya akan jungkir balik dalam waktu setengah jam. Ia yang seharusnya menjadi saksi pernikahan sang kakak justru berakhir menjadi mempelai perempuan. Itu semua terjadi karena Elea memilih untuk kabur di hari bahagianya bersama Adam. Impian membangun rumah tangga penuh cinta pun harus kandas. Laki-laki yang seharusnya menjadi kakak ipar, kini telah sah...