Loading...
Logo TinLit
Read Story - Toko Kelontong di Sudut Desa
MENU
About Us  

Bagian Kedua

Mereka berdua hampir sampai di dekat stasiun kereta. Menyeberangi jalan raya kemudian memasuki gerbang area stasiun. Winter terlihat mengeluarkan tenaga ekstra untuk menyeberang. Pasalnya ia sekarang memiliki beban tumpuan yang lumayan berat. Ketika sampai di parkiran, Winter mengembuskan napas beratnya sedikit kasar. Sehingga didengar oleh Afuya bahwa pemuda itu seperti kesal menboncengnya. 

"Aku berat?" tanya Afuya sembari turung dari sepeda. 

Winter menurunkan standar dan memasang kunci pada sepeda. "Iya," jawabnya singkat.

Mendengar balasan yang jelas dari lawan bicaranya, membuat Afuya semakin kesal. Karena menganggap Winter tidak tahu diri. Sudah ngikut, ngatain berat juga. "Kalau begitu jalan kaki aja, nggak berat." Afuya berjalan menuju tempat penungguan dan akan mengecek tiket meninggalkan remaja lelaki itu.

"Serba salah emang." Merasa gadis yang bersamanya marah, Winter langsung berlari mengejarnya. Kemudian berjalan cepat mensejajari Afuya. 

"Kamu berat karena Kamu tinggi, Afufu." Winter masih mencoba membujuk gadis yang bersamanya itu dari masa merajuk. 

Afuya belum ingin membuka obrolan dengan remaja lelaki yang duduk di sebelahnya. Hingga di kereta pun Winter seakan mengoceh sendiri. Hari ini sungguh kebalikan dari kemarin. Perjalanan singkat di kereta telah selesai. Afuya turun lebih dulu dan berjalan cepat meninggalkan Winter di belakangnya. Pemuda itu justru malah semakin mendekat. Beberapa kali tapi tas ranselnya ditarik oleh Winter. Afuya hanya memumukul lengannya. Namun, remaja lelaki itu selalu menghindar sehingga menambah sebuah kekesalan lagi untuk Afuya. 

Matahari berangsur pulang. Tepat pukul tiga sore bel pulang dideringkan. Sudah menjadi sebuah rutinitas dan penghargaan tersendiri untuk keluar kelas urutan awal sebelum teman-temannya. Afuya bergegas menuju ke ruang bimbingan konseling guna mengambil ponselnya. Setelah beberapa jam tidak berjumpa dengan anak-abak kelas 9-A, entah ini bisa dikatakan senang atau bukan. Lelaki tinggi telah bersandar di sebelah tangga dekat dengan ruang bimbingan konseling. 

Benar, tidak salah lagi itu adalah pemuda yang pergi pulang bersamanya. Afuya sengaja lewat di depan remaja tinggi tersebut. Ia juga tak lupa memasang wajahnya datar penuh kekesalan. Winter yang telah me-notice-nya tersenyum singkat nan lebar. 

"Cewek... masih marah?" sapa Winter diiringi ketawa.

Afuya merasa dipermainkan. Gadis itu langsung membuang muka dan berjalan cepat menuju stasiun. Kali ini Winter tidak mengejarnya untuk jalan saling bersamaan. Lebih tepatnya, memposisikan jarak yang tidak begitu jauh juga untuk mengawasi gerak-gerik Afuya yang semakin menggemaskan saat marah menurut Winter. 

Sampailah mereka di stasiun. Tak terlalu lama menunggu, saat kereta telah siap, Afuya segera naik dan memilih duduk. Winter mengikuti gadis tersebut dan langsung sergap tempat duduk persis di sebelah Afuya. Beberapa saat, semua tatanan di luar kereka mulai berjalan ke arah berlawanan. Memberikan waktu senggang sejanak, Winter membuka sesi pertanyaan. 

"Kenapa ngambek begitu?" 

Afuya sudah merasa letih dan tidak ingin menanggapi pemuda di sebelahnya dengan kalimat. Ia menyodorkan kertas putih hasil ulangan harian matematika yang dibagikan di sekolah tadi. Winter tanpa sungkan menerima dan membuka kertas ulangan yang dilipat menjadi dua tersebut. Sedikit terkejut, tetapi juga banyak tertawanya. 

"Nilai ulangan matematika, 17?" Winter menjeda kalimatnya dengan tertawa renyah. Untung saja masih bernada ringan. "Jelek sekali hasilnya. Hahaha...." 

Afuya langsung merampas kembali kertas yang masih berada di tangan Winter tersebut. Bukannya diturut berduka cita atas nilai minimumnya, pemuda itu justru menertawakan Afuya seakan mengejeknya habis-bahisan. Jelas saja, gadis itu menjadi merah padam seperti ada api yang telah menyulutnya. Emosi Afuya begitu bergejolak tak terima jika hasil ulangannya dicap jelek, tetapi memang beneran kurang mencapai target saja.

"Mau aku ajarin?" Tiba-tiba, Winter menawarkan sebuah opsi untuk mengorbankan dirinya sebagai senior dalam mengajari mata pelajaran matematika.

Karena begitu putus asa tidak bisa soal pelajaran hitung-berhitung tersebut, Afuya merasa tertarik akan tawaran Winter. Setelah memastikan dan meyakinkan apakah ucapan pemuda itu sungguh-sungguh, Afuya melihat sebentar wajah Winter. Sedangkan remaja lelaki itu malah kebingungan dengan gadis di sebelahnya yang melihatnya dengan tatapan sinis. 

"Di mana?" Winter terkejut ketika gadis tersebut tertarik atas tawarannya. 

"Di rumahmu aja." 

"Jangan!"

"Kenapa?" 

"Bunda, pasti tidak mengizinkan." Afuya seperti menekuk wajah masamnya. 

"Tujuannya baik, kok. Kenapa nggak boleh?" Winter mulai serius dalam menanggapi Afuya. 

"Kalau Kamu cewek mungkin boleh," balas Afuya tanpa menatap Winter di sebelahnya. 

"Aku harus jadi cewek dulu gitu?" Pertanyaan Winter semakin keluar dari topik awal pembahasan. 

Afuya semakin dibuatnya kesal. Pengumuman kereta telah berbunyi, menandakan akan sampai di stasiun tujuan sebentar lagi. Tanpa menjawab pertanyaan terakhir yang dilontarkan oleh Winter, Afuya lebih memilih berdiri dan bersiap-siap di dekat pintu gerbong untuk turun. Ketika pintu gerbong terbuka, gadis itu menjadi orang pertama yang turun, kemudian diikuti oleh Winter di belakangnya. 

Tanpa disuruh, Winter langsung berlari mendahulu Afuya yang santai berjalan menuju parkiran. Pemuda itu sudah memegang setir di sepeda butut milik kakek dari gadis yang bersamanya tadi. Padahal, pemiliknya saja masih berjalan santai, kenapa ia begitu antusian untuk pulang berboncengan? Seusai Afuya membuka gembok pengunci sepeda, Winter bergegas memposisikan arah sepeda ke gerbang keluar dari stasiun. 

Afuya duduk dengan posisi menghadap samping, kemudian Winter mulai mengayuh pedal. Tidak banyak obrolan karena jika naik sepeda, jarak rumah Eryn dengan stasiun kereta hanya menghabiskan waktu lima menit saja. Ketika sampai di jalanan depan rumah Eryn, Afuya turun agar ia beralih posisi. Namun, Winter malah tak kunjung turun dari sepeda. Jelas Afuya langsung meminta sepedanya. 

"Kenapa turun?" tanya Winter seperti orang yang tak punya dosa. 

"Kenapa nggak turun?" Afuya melontarkan balik pertanyaan remaja lelaki tersebut.

"Aku ikut ke rumahmu," jawab Winter seperti orang tak punya dosa tahap dua. 

"Heh! Jangan sekarang!" tolak Afuya mentah-mentah. 

Ide keusilan Winter muncul. Karena tidak mendapatkan jawaban pengiyaan yang memuaskan, Winter langsung mengayuh sepeda butut itu dengan cepat. Meninggalkan gadis yang diboncengnya tadi masih berdiri mematung di jalan depan rumah Eryn. Karena merasa ditinggal sedangkan jika berjalan kaki, jarah rumahnya juga masih jauh. Afuya memutuskan untuk mengejar Winter yang membawa sepedanya. 

Definisi semakin kukejar semakin kau jauh, Winter malah mempercepat tempo gayuhannya pada pedal sepeda. Otomatis membuat Afuya semakin naik pitam dan spontan berteriak agar pemuda itu memberikan sepedanya. Namun, hasil berkata lain. Tanpa berpikir panjang, Afuya menghentikan larinya sejenak untuk memungut segenggam batu kerikil yang siap dilemparkan ke penculik sepedanya. 

Tawa keras Winter membuat Afuya semakin geram. "Hei! berhenti! Kembalikan sepedaku!" Gadis itu melempat semua batu kerikil yang digenggamnya hingga terkena punggung Winter. 

"Aduh!" 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dua Warna
650      448     0     
Romance
Dewangga dan Jingga adalah lelaki kembar identik Namun keduanya hanya dianggap satu Jingga sebagai raga sementara Dewangga hanyalah jiwa yang tersembunyi dibalik raga Apapun yang Jingga lakukan dan katakan maka Dewangga tidak bisa menolak ia bertugas mengikuti adik kembarnya Hingga saat Jingga harus bertunangan Dewanggalah yang menggantikannya Lantas bagaimana nasib sang gadis yang tid...
INTERTWINE (Voglio Conoscerti) PART 2
3524      1087     2     
Romance
Vella Amerta—masih terperangkap dengan teka-teki surat tanpa nama yang selalu dikirim padanya. Sementara itu sebuah event antar sekolah membuatnya harus beradu akting dengan Yoshinaga Febriyan. Tanpa diduga, kehadiran sosok Irene seolah menjadi titik terang kesalahpahaman satu tahun lalu. Siapa sangka, sebuah pesta yang diadakan di Cherry&Bakery, justru telah mempertemukan Vella dengan so...
Segitiga Bermuda
6649      1822     1     
Romance
Orang-orang bilang tahta tertinggi sakit hati dalam sebuah hubungan adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Jika mengalaminya dengan teman sendiri maka dikenal dengan istilah Friendzone. Namun, Kinan tidak relate dengan hal itu. Karena yang dia alami saat ini adalah hubungan Kakak-Adik Zone. Kinan mencintai Sultan, Kakak angkatnya sendiri. Parah sekali bukan? Awalnya semua berjalan norm...
Love Like Lemonade
4521      1520     3     
Romance
Semula Vanta tidak tahu, kalau satu perlawanannya bakal menjadi masalah serius. Siapa sangka, cowok yang ditantangnya─Alvin─ternyata adalah penguasa kampus! Jadilah mereka musuh bebuyutan. Di mana ada Alvin, itulah saat paling buruk untuk Vanta. Neraka bagi cewek itu. Bagaimana tidak? Cowok bernama Alvin Geraldy selalu melakukan segala cara untuk membalas Vanta. Tidak pernah kehabisan akal...
Flyover
453      327     0     
Short Story
Aku berlimpah kasih sayang, tapi mengapa aku tetap merasa kesepian?
Perhaps It Never Will
5979      1733     0     
Romance
Hayley Lexington, aktor cantik yang karirnya sedang melejit, terpaksa harus mengasingkan diri ke pedesaan Inggris yang jauh dari hiruk pikuk kota New York karena skandal yang dibuat oleh mantan pacarnya. Demi terhindar dari pertanyaan-pertanyaan menyakitkan publik dan masa depan karirnya, ia rela membuat dirinya sendiri tak terlihat. William Morrison sama sekali tidak pernah berniat untuk kem...
Hey, Limy!
1472      676     3     
Humor
Pertama, hidupku luar biasa, punya dua kakak ajaib. kedua, hidupku cukup istimewa, walau kadang dicuekin kembaran sendiri. ketiga, orang bilang, aku hidup bahagia. Iya itu kata orang. Mereka gak pernah tahu kalau hidupku gak semulus pantat bayi. Gak semudah nyir-nyiran gibah sana-sini. "Hey, Limy!" Mereka memanggilku Limy. Kalau lagi butuh doang.
Dinding Kardus
9870      2625     3     
Inspirational
Kalian tau rasanya hidup di dalam rumah yang terbuat dari susunan kardus? Dengan ukuran tak lebih dari 3 x 3 meter. Kalian tau rasanya makan ikan asin yang sudah basi? Jika belum, mari kuceritakan.
graha makna
5691      1810     0     
Romance
apa yang kau cari tidak ada di sini,kau tidak akan menemukan apapun jika mencari ekspektasimu.ini imajinasiku,kau bisa menebak beberapa hal yang ternyata ada dalam diriku saat mulai berimajinasi katakan pada adelia,kalau kau tidak berniat menghancurkanku dan yakinkan anjana kalau kau bisa jadi perisaiku
Take It Or Leave It
6122      1985     2     
Romance
"Saya sadar...." Reyhan menarik napasnya sejenak, sungguh ia tidak menginginkan ini terjadi. "Untuk saat ini, saya memang belum bisa membuktikan keseriusan saya, Sya. Tapi, apa boleh saya meminta satu hal?" Reyhan diam, sengaja menggantungkan ucapannya, ia ingin mendengar suara gadis yang saat ini akhirnya bersedia bicara dengannya. Namun tak ada jawaban dari seberang sana, Aisyah sepertinya masi...