Read More >>"> Luka Dan Perkara Cinta Diam-Diam (19 - Keberadaan Mentari) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Luka Dan Perkara Cinta Diam-Diam
MENU
About Us  

Tidak ada tempat yang paling aku curigai selain kampus. Maka setelah mendengar kabar bahwa Mentari tidak menampakan batang hidungnya di kafe, aku pun bergegas ke sana. Kakiku langsung berlari masuk ke wilayah fakultas. Seperti orang kesurupan menelusuri setiap sudut kampus, tidak peduli dengan tiap pasang mata yang memandang. Di lantai paling bawah masih ramai mahasiswa yang berkeliaran karena mayoritas digunakan untuk sekre atau ruangan serbaguna untuk rapat ataupun mengerjakan tugas. Sementara itu, di lantai atas yang merupakan ruang mengajar sudah banyak lampu ruangan yang mati dan nyaris tidak ada orang di sana. Aku benar-benar teliti mencari sampai ke sudut ruangan bahkan di setiap toilet yang FRSD punya. Keringat sudah membasahi sekujur tubuhku, namun bayangan wajah Mentari membuat aku tidak pantang menyerah.

Di kantin sudah gelap gulita. Aku nyaris gila karena tidak berhasil menemukan keberadaan Mentari. Namun, setelah sempat mendaratkan bokong di kursi kantin, pikiranku tertuju pada ruangan yang jarang dilewati orang, misalnya gudang. Biasanya, anak-anak pembully di series yang aku tonton akan melalukan aksinya di sana. Aku pun berlari menuju gudang yang letaknya paling ujung fakultas.

Sunyi dan dingin, tidak ada bedanya dengan komplek pemakaman di malam hari. Hanya itu pemandangan yang aku lihat. Untung saja nyaliku lebih besar daripada rasa takut yang sudah semestinya di rasakan oleh manusia normal ketika melihat pemandangan seperti ini. Dibantu dengan senter dari posel untuk menunjukan jalan, aku melangkahkan kaki dengan hati-hati menelusuri area ini.

Gudang tua itu masih terkunci dengan rantai yang mulai karatan dan lumayan berdebu. Kemungkinan Gudang ini sudah tidak digunakan, tidak ada juga jejak kaki manusia selain jejak kaki diriku sendiri. Jadi sudah dipastikan bahwa Mentari tidak ada di sekitar sini. 

Suara burung gagak membuat suasana makin mencekam, tetapi aku tidak menyerah begitu saja. Entah mengapa aku yakin sekali bahwa Mentari masih ada di sini atau kemungkinsnnya aku bisa menemukan petunjuk di sini.

Ketika ingin putar arah, suara erangan terdengar dari samping Gudang yang sudah penuh dengan tumpukan kursi dan meja yang sudah rusak tak terpakai lagi. Jantungku hampir mau copot karena gemetar setengah mati. Tetapi untung saja otakku masih berpikir jernih untuk tidak lari. Dengan mengumpulkan keberanian, aku berjalan mendekat ke sumber suara. Makin dekat, aku makin familiar dengan suaranya.

Tanganku menggeser tumpukan kursi rusak, lalu menyenter lampu ke sela-selanya dalamnya. Betapa terkejutnya aku ketika melihat Mentari sudah tidak berdaya, tubuhnya di tali ke pohon randu besar, dan hanya suara erangannya saja yang masih bisa kudengar. Buru-buru aku menggeser tumpukan kursi dan meja itu. Namun, karena tak sabaran, aku menendanginya seperti orang gila, tidak peduli kalau kakiku sakit bahkan berdarah.

“Tari …” Aku menepuk lembut pipinya, berusaha mati-matian mengatur suaraku agar tak bergetar karena menahan tangis. “Maaf kalau aku datang terlambat.” Kemudian buru-buru membuka ikatan tali yang sejak tadi sudah menahan tubuh gadis itu.

Mentari perlahan berusaha membuka matanya. Ketika melihatku, bibirnya langsung begetar hebat, suara tangisnya sudah tak mampu lagi ia tahan dan meluap-luap. Tanganku memeluknya ke dalam pelukanku. Ia menangis tersedu, begitu pula denganku.

“Aku benci hidup seperti ini, Kak.”

Hanya itu kata yang aku dengar, setelahnya ia menangis lagi. Semakin menggebu dan semakin kencang.

 

**

Aksa mengepal tangannya erat. Rupanya ia sudah tak mampu lagi membendung air mata yang berontak ingin keluar saat melihat adiknya terbaring di kamar kosanku. Bahunya naik turun seirama dengan deru napasnya yang menggebu. Aku yakin betul bahwa ia sedang mati-matian menahan amarah.

Tak lama, Ethan datang dengan penampilan yang tak lebih buruk. Ia masih mengenakan piyama tidur, serta rambut acak-acakan sebab menerjang angin malam mengendarai motornya.

“Siapa manusia kejam yang berani melakukan itu pada Mentari?” begitu ucapan Ethan pertama kali. Ia sampai geleng-geleng kepala sebab tak percaya jika ada manusia yang kelakukannya seperti binatang.

“Dia bukan manusia!” sahut Aksa dengan nada penuh penekanan. “Mereka iblis. Bahkan Binatang pun masih saling mengasihi.”

Kalimat yang Aksa lontarkan terdengar seperti kutukan tidak biasa. Aku tak bisa membuat alibi yang masuk akal jika Mentari tak pulang ke rumah dan suaraku tak cukup stabil jika harus berbohong pada Aksa mengenai keadaan adiknya itu. Maka, aku menyerah untuk mengatakan yang sejujurnya.

“Lo nggak lagi menutupi sesuatu kan dari gue?”

Aku menggeleng lemah. Demi janjiku pada Mentari, aku harus merahasikan apa yang aku lihat tempo lalu.

“Belakangan ini sikap Mentari kayak berubah gitu nggak, Sa?” tanya Ethan yang tak kalah penasaran.

“Sikapnya memang beda belakangan ini.”

“Beda bagaimana?”

“Mentari lebih ceria. Dia juga lebih banyak tersenyum.”

“Mu—mungkin itu karena keadaan Babeh yang membaik.” Aku menimpali, berusaha bersikap netral agar mereka tidak curiga bahwa aku sedang menutupi sesuatu.

“Mungkin. Entahlah … Mentari terlalu rumit untuk gue pahami. Tapi satu hal yang pasti, gue nggak akan biarin orang yang melakukan ini padanya bisa makan enak dan tidur nyenyak.”

“Tapi menurut gue … setelah Mentari siuman, lo tahan dulu rasa pensaran lo, Sa. Biarin dia tenang dulu. Kalau bisa lo jangan tanya apa pun. Orang yang habis kena perundungan, mentalnya belum stabil. Yang perlu kita lakukan adalah mensupport Mentari agar pulih dulu dari rasa sedih dan trauma-nya. Gue yakin, pelan-pelan diam mau terbuka sama lo.” Itu adalah kalimat terpanjang yang aku katakan. Aku mengatakannya dengan sungguh-sungguh. Melihat sorot mata kesedihannya, dan mengingat betapa ia menahan semua kesedihannya seorang diri selama ini agar keluarganya tak tahu, pasti berat rasanya.

Mentari sudah mengatakan alasan mengapa perempuan berambut pink itu merundungnya dan kenapa ia tidak melawan atau melaporkannya ke pihak kampus. Aku bisa memahami sebagai orang yang tidak memiliki power apa pun dan tidak ingin membuat keluarganya kepikiran. Apalagi sekarang keadaan Babeh sedang kurang baik. Tapi aku berjanji, selama aku mengetahui segalanya, aku tak akan tinggal diam. Namun, pada kenyataannya aku tidak bisa menepati janjiku. Aku terlambat untuk menolongnya.

“Lo bener, Niel. Makasih ya. Lo emang yang terbaik. Lagi-lagi lo udah nolongin keluarga gue. Gue nggak tahu harus bales bagaimana.”

Bibirku tersenyum kaku, bingung membalas dengan ekspresi yang pas. Karena ternyata sebenarnya, aku  tidak sebaik itu. Aku adalah seorang sahabat yang sedang menyembunyikan sebilah pisau, yang kapan saja bisa menghujaninya dan mengkhianati kepercayaannya. Di hatiku paling dalam, aku sedang meringis, mengutuk diriku sendiri.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Untuk Takdir dan Kehidupan Yang Seolah Mengancam
443      309     0     
Romance
Untuk takdir dan kehidupan yang seolah mengancam. Aku berdiri, tegak menatap ke arah langit yang awalnya biru lalu jadi kelabu. Ini kehidupanku, yang Tuhan berikan padaku, bukan, bukan diberikan tetapi dititipkan. Aku tahu. Juga, warna kelabu yang kau selipkan pada setiap langkah yang kuambil. Di balik gorden yang tadinya aku kira emas, ternyata lebih gelap dari perunggu. Afeksi yang kautuju...
SEMPENA
2388      883     0     
Fantasy
Menceritakan tentang seorang anak bernama Sempena yang harus meraih harapan dengan sihir-sihir serta keajaiban. Pada akhir cerita kalian akan dikejutkan atas semua perjalanan Sempena ini
Love Al Nerd || hiatus
92      69     0     
Short Story
Yang aku rasakan ke kamu itu sayang + cinta
Selepas patah
116      97     0     
True Story
Tentang Gya si gadis introver yang dunianya tiba-tiba berubah menjadi seperti warna pelangi saat sosok cowok tiba-tiba mejadi lebih perhatian padanya. Cowok itu adalah teman sebangkunya yang selalu tidur pada jam pelajaran berlangsung. "Ketika orang lain menggapmu tidak mampu tetapi, kamu harus tetap yakin bahwa dirimu mampu. Jika tidak apa bedanya kamu dengan orang-orang yang mengatakan kamu...
Premium
RESTART [21+]
4444      2132     22     
Romance
Pahit dan getir yang kurasa selama proses merelakan telah membentuk diriku yang sekarang. Jangan pernah lagi mengusik apa yang ada di dalam sini. Jika memang harus memperhatikan, berdirilah dari kejauhan. Terima kasih atas semua kenangan. Kini biarkan aku maju ke depan.
Mendadak Halal
5639      1772     1     
Romance
Gue sebenarnya tahu. kalau menaruh perasaan pada orang yang bukan makhramnya itu sangat menyakitkan. tapi nasi sudah menjadi bubur. Gue anggap hal ini sebagai pelajaran hidup. agar gue tidak dengan mudahnya menaruh perasaan pada laki-laki kecuali suami gue nanti. --- killa. "Ini salah!,. Kenapa aku selalu memandangi perempuan itu. Yang jelas-jelas bukan makhrom ku. Astagfirullah... A...
KEPINGAN KATA
329      213     0     
Inspirational
Ternyata jenjang SMA tuh nggak seseram apa yang dibayangkan Hanum. Dia pasti bisa melalui masa-masa SMA. Apalagi, katanya, masa-masa SMA adalah masa yang indah. Jadi, Hanum pasti bisa melaluinya. Iya, kan? Siapapun, tolong yakinkan Hanum!
Rewrite
5927      2075     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
ARMY or ENEMY?
9298      2878     142     
Fan Fiction
Menyukai idol sudah biasa bagi kita sebagai fans. Lantas bagaimana jika idol yang menyukai kita sebagai fansnya? Itulah yang saat ini terjadi di posisi Azel, anak tunggal kaya raya berdarah Melayu dan Aceh, memiliki kecantikan dan keberuntungan yang membawa dunia iri kepadanya. Khususnya para ARMY di seluruh dunia yang merupakan fandom terbesar dari grup boyband Korea yaitu BTS. Azel merupakan s...
Konspirasi Asa
2137      681     3     
Romance
"Ketika aku ingin mengubah dunia." Abaya Elaksi Lakhsya. Seorang gadis yang memiliki sorot mata tajam ini memiliki tujuan untuk mengubah dunia, yang diawali dengan mengubah orang terdekat. Ia selalu melakukan analisa terhadap orang-orang yang di ada sekitarnya. Mencoba untuk membuat peradaban baru dan menegakkan keadilan dengan sahabatnya, Minara Rajita. Tetapi, dalam mencapai ambisinya itu...