Taehyung dan Jungkook berhasil keluar dari bandara dalam keadaan hidup—tanpa gigitan ataupun cakaran—walaupun beberapa kali sempat terhadang oleh mayat hidup yang memenuhi bandara. Keduanya tampak kepayahan, lelah, hingga napas mereka terputus-putus. Jungkook menarik Taehyung bersembunyi di balik mobil, keduanya langsung duduk di atas aspal untuk beristirahat sejenak. Sesekali Taehyung mengintip, memastikan keadaan mereka aman saat itu.
Mereka berdua mengamati sekeliling, merasakan ada yang aneh dengan tempat itu. Taehyung keluar dari persembunyiannya, lantas berlari kecil menuju mobil satunya untuk bersembunyi. Setelah beberapa saat mengamati dia baru menyadari apa yang aneh dengan tempat ini. Rautnya berubah panik, lalu kemudian dia kembali ke tempat Jungkook tengah bersembunyi.
“Ada apa?” tanya Jungkook, setelah melihat ekspresi temannya.
“Tak ada seorang pun di sini. Maksudku, coba kau lihat. Di sini baru saja terjadi kecelakaan besar, lalu muncul pemakan manusia, tapi tak ada satu pun polisi maupun anggota militer untuk mengamankan tempat ini,” tukas Taehyung.
“Benarkah? Sebaiknya kuhubungi layanan darurat dulu.” Mengambil ponsel, beberapa saat kemudian pemuda itu mendecak kesal karena tidak mendapat sinyal untuk menelepon. “Kenapa disaat genting begini ponselku tidak bisa digunakan.”
“Ponselku juga,” ucap Taehyung.
“Pusat kota jauh dari sini. Kita harus pergi dan mencari pertolongan. Mungkin mereka masih bisa diselamatkan,” kata Jungkook kemudian. Ekspresinya berubah sedih mengingat nasib teman-temannya yang belum ditemukan.
“Tidak, Jungkook, mereka sudah tiada.” Taehyung tertunduk saat mengucapkan tiga kata terakhirnya. “Semuanya sudah tiada.” Lalu air mata Taehyung jatuh.
Memalingkan wajah, sambil mengulum bibirnya, Jungkook berusaha untuk tidak ikut menitikkan air mata. “Sebaiknya kita kembali ke Seoul sekarang.”
Taehyung mengangguk pelan, mengusap air matanya dan berdiri. Mereka meninggalkan bandara Incheon dengan berjalan kaki lantaran pintu keluar disesaki mobil—hingga menutup jalan—yang sudah ditinggalkan oleh pemiliknya. Sepanjang jalan pemandangan seperti itulah yang terlihat, mobil-mobil mewah yang ditinggalkan begitu saja. Mendekati salah satu mobil, Taehyung membuka pintunya, tampak mencari-cari sesuatu dalam mobil tersebut.
“Aku menemukan sedikit air,” katanya sambil mengacungkan botol air mineral. Diteguknya sedikit, lantas membaginya dengan Jungkook. “Ini, makan.”
Untuk sesaat Jungkook terdiam melihat kimbab yang disodorkan padanya.
“Tadi aku membelinya dan sisanya kumasukkan ke saku jaket. Makanlah.”
“Kita bagi dua,” ujar Jungkook.
Taehyung menggelengkan kepalanya. “Aku sudah memakannya tadi. Makan saja, kurasa di antara kita, kau yang paling kelaparan.”
Selesai makan, kedua pria itu tidak langsung melanjutkan perjalanan. Mereka memeriksa mobil lainnya, mencari air dan makanan untuk persediaan. Tidak banyak makanan yang bisa ditemukan, beberapa mobil yang mereka geledah hanya menemukan bungkusan permen. Jungkook menemukan sebungkus biskuit, tiga bungkus roti, dan empat botol air mineral. Sedangkan Taehyung hanya menemukan dua botol air mineral. Masing-masing dari mereka mengambil tas ransel yang sudah ditinggalkan, membuang isinya dan memasukkan perbekalan yang mereka temukan.
“Ke mana perginya semua orang?” tanya Jungkook saat mereka melanjutkan perjalanan.
Tiba-tiba Taehyung memberi isyarat untuk berhenti. Tampak sosok mayat hidup dengan keadaan mengerikan datang menghampiri mereka. Menarik pedangnya, Taehyung berlari ke arah sosok itu dan langsung menebas kepala si mayat hidup.
“Dari mana kau mendapatkan pedang itu?” tanya Jungkook sesaat kemudian.
“Dari seseorang yang sudah tiada di bandara,” jawab Taehyung singkat.
Alis Jungkook berkerut. “Aku baru tahu jika seseorang diperbolehkan membawa senjata tajam ke dalam bandara.”
“Sekarang itu tidak penting lagi,” ucap Taehyung cepat, lantas menyarungkan kembali pedangnya. “Akan memakan waktu yang lama untuk tiba di Seoul jika kita berjalan kaki.”
“Lalu? Di antara kita berdua tidak ada yang bisa mengendarai mobil.”
“Dan aku tidak mengharap tumpangan, mengingat situasi sekarang.” Dengan ekspresi masam, Taehyung melangkahkan kakinya.
Matahari beranjak terbenam saat Taehyung dan Jungkook memutuskan mencari tempat untuk bermalam. Salah satu rumah yang sudah ditinggalkan penghuninya menjadi tempat berlindung Taehyung dan Jungkook, mereka menyusuri rumah tersebut untuk memastikan keamannya, kemudian Taehyung mengunci tiap pintu ketika langit sudah gelap.
Keduanya langsung membersihkan diri, mengambil pakaian bersih milik pemilik rumah, lalu setelah itu berbaring untuk melepas penat.
“Sejak tadi aku bertanya-tanya,” ujar Jungkook, membuka pembicaraan. “Sepanjang jalan tadi, aku tidak melihat seorang pun. Mereka pasti pergi ke suatu tempat. Ya, kan?”
Taehyung menoleh pada Jungkook. Tampaknya pria itu tengah memikirkan perkataan temannya. “Jika tempat yang kau maksud seperti pusat pengungsian, maka kita juga harus pergi ke sana. Tapi kita tidak tahu di mana tempat itu, Jungkook.”
“Ya, kau benar. Kita tidak bisa pergi begitu saja tanpa tahu di mana pusat pengungsian itu berada. Kita memerlukan persediaan dan mereka pasti banyak sekali di luar sana.”
“Kita juga tidak bisa terus tinggal di sini.” Mendadak Taehyung duduk tegak di atas tempat tidur. Rautnya berubah sedih. “Aku memikirkan keluargaku, entah mereka selamat atau tidak. Komunikasi juga terputus. Bahkan telepon rumah pun tidak bisa digunakan.”
“Apakah kau berencana mencari mereka, Hyung?”
“Bagaimana denganmu?” Taehyung balik bertanya.
Jungkook tertunduk dan terdiam. “Aku akan pergi ke Busan saat keadaan sudah memungkinkan,” jawabnya kemudian.
“Aku juga akan pergi begitu keadaan membaik.”
Jungkook mengangguk-angguk. “Kau sudah punya rencana untuk besok?”
Taehyung menggeleng. “Mungkin kau punya ide.”
“Mm, bagaima kalau besok kita pergi mencari persedian. Tadi kulihat di dapur ada sedikit beras—hanya cukup untuk kita makan malam ini—lima butir telur, dan beberapa macam bumbu masakan. Setelah mengumpulkan persediaan, besok lusa kita melanjutkan perjalanan.”
“Baiklah, aku setuju.”
“Kuharap kau kelaparan sekarang karena aku akan memasak nasi goreng untuk kita berdua.”
Mengangguk sambil tersenyum, Taehyung mengikuti Jungkook ke dapur. Sementara Jungkook memasak nasi goreng, Taehyung merebus air untuk mereka minum.
***
Matahari baru saja terbit ketika Taehyung dan Jungkook meninggalkan rumah untuk mencari persediaan. Kedua pria itu harus menjarah tiap rumah untuk mencari makanan. Taehyung merasa aneh ketika dia memasuki rumah orang lain tanpa izin, hal itu seperti bertentangan dengan hatinya. Tetapi dia tidak bisa berhenti, dia berusaha bertahan hidup saat ini, walaupun ada kontradiksi di sana.
Rumah kedua yang mereka masuki, keadaannya terlihat aman, atau paling tidak begitulah yang dipikir oleh Taehyung. Dia mengawasi, sementara Jungkook mencari makanan. Rumah itu berlantai dua, perabotannya berantakan, sepertinya sudah ada orang lain yang masuk ke rumah ini sebelum Taehyung dan Jungkook. Mereka tidak menemukan apa pun di sana, semua persediaan di rumah itu tampaknya sudah diambil orang lain.
“Kita tinggalkan tempat ini,” tukas Taehyung.
“Lantai atas belum kita periksa.”
“Lakukan dengan cepat setelah itu kita pergi..”
Taehyung naik lebih dulu, wajahnya tampak tegang dan sikapnya tampak sangat waspada. Sebelah tangannya menggenggam gagang pedang yang di sampirkan di punggung. Memberi isyarat pada Jungkook, lalu pemuda itu pun naik. Baru hendak menaiki anak tangga terbawah, tiba-tiba kaki Jungkook ditarik hingga membuatnya terjatuh, dahinya terbentur anak tangga hingga Jungkook tidak bisa melawan.
Taehyung berpikir dia sudah terlambat untuk menyelamatkan Jungkook. Lalu tiba-tiba terdengar suara tembakan dan sosok yang hendak menggigit Jungkook terkapar di lantai dengan kepala tertembus timah panas.
Orang itu masuk sambil menodongkan senjata pada Jungkook dan Taehyung. Tatapannya tajam, raut wajahnya tampak keras. Dia memperhatikan kedua pemuda yang ditemuinya, kemudian menyarungkan kembali senjatanya ke sarung senjata.
“Apakah kau tergigit?” tanyanya pada Jungkook.
“Ti-tidak,” jawab Jungkook terbata, masih tampak terjekut dengan apa yang baru saja terjadi.
“Kau memiliki senjata?” tanya Taehyung.
Orang itu menatap Taehyung. “Ya, aku seorang polisi. Namaku Kang Siwon.”
“Aku Kim Taehyung.” Taehyung menjabat tangan Siwon. “Dan ini temanku, Jeon Jungkook.”
“Kau yakin luka itu bukan akibat gigitan?”
“Ini bukan gigitan, dahiku terbentur,” beritahu Jungkook. “Apa yang terjadi jika aku tergigit?”
Siwon terdiam sejenak. “Terinfeksi. Kau akan mati lalu berubah menjadi zombi. Aku pernah melihatnya.”
“Zombi?” Ulang Taehyung.
“Ya. Mereka itu zombi dan jumlahnya sangat banyak, seperti wabah. Dan yang paling mengerikan, mereka memakan manusia.”
“Kami sudah melihat bagaimana mereka makan,” kata Taehyung, ngeri ketika mengingat kejadian kemarin di bandara.
“Apa yang membuat mereka jadi seperti itu?” tanya Jungkook.
“Entahlah. Tiba-tiba keadaannya menjadi kacau, kepanikan di mana-mana saat zombi semakin banyak. Pemerintah tidak bisa menangani bencana ini, bahkan militer pun tak bisa. Mereka angkat tangan."
“Bagaimana dengan orang-orang yang selamat? Pasti ada pusat pengungsian, kan?” tanya Taehyung.
“Aku tidak tahu ke mana perginya orang-orang yang tidak terinfeksi. Tidak ada pemberitahuan mengenai pusat pengungsian seperti yang kau ucapkan.”
“Ya Tuhan,” gumam Taehyung sambil mengusap wajahnya.
“Sepertinya kalian tidak tahu apa yang terjadi saat ini?” Kini giliran Siwon yang bertanya.
“Kami baru kembali ke Korea. Selama dua hari kami di Taiwan mengadakan konser di Taiwan. Kemarin kami tiba di Korea dan tak berapa lama kemudian terjadi kecelakaan di bandara Incheon. Ledakan besar menewaskan kelima temanku, lalu muncul zombi di sana,” beritahu Taehyung.
“Kau sendirian, Hyung?” tanya Jungkook pada Siwon.
“Tidak. Aku bersama istri dan anak-anakku. Kami sedang mencari persediaan di sekitar sini lalu aku mendengar suara gaduh dari rumah ini. Kalian pemilik rumah?”
“Tidak. Aku dan Taehyung Hyung juga sedang mencari persediaan, sama sepertimu. Kami berencana pergi ke Seoul dan besok kami akan berangkat.”
“Keluargaku juga akan pergi ke sana. Ikutlah bersama kami.”
Taehyung dan Jungkook saling pandang, lalu Taehyung menerima ajakan tersebut.
“Kita akan pergi besok pagi. Kita harus menemui istriku sekarang, dia akan membantu mengobati lukamu, Jungkook.”
“Istrimu seorang dokter?” tanya Jungkook.
“Dia lebih hebat dari itu,” kata Siwon sambil tersenyum.
“Sepertinya kita punya masalah,” kata Jungkook saat mereka hendak meninggalkan rumah tersebut. “Kau yakin kita bisa keluar hidup-hidup dari rumah ini?”
Menyibak tirai gorden, Taehyung terbelalak melihat banyaknya zombi yang berdatangan. “Suara tembakan tadi menarik perhatian mereka.”
“Ya, harusnya aku tidak menembak tadi,” gumam Siwon. Tanpa rasa takut dia menerjang keluar dan menghancurkan kepala zombi di depannya menggunakan kapak.
Jungkook dan Taehyung ikut menyusul. Pukulan dari batang besi yang dibawa Jungkook menjatuhkan satu zombi. Butuh dua kali pukulan untuk menghancurkan kepala zombi tersebut sebelum dia menghadapi zombi lainnya. Melihat bagaimana Taehyung dan Siwon tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk membunuh zombi membuat Jungkook kesal sendiri. Tampaknya setelah ini dia harus mencari senjata tajam.
Benar senjata tajam. Tadi dia melihat pisau di dapur. Berlari ke dalam rumah lantas mengambil pisau tersebut dari dapur. Terlalu berisiko memang menggunakan pisau untuk menusuk bagian kepala zombi, yang berarti kau harus berada sedekat mungkin dengan zombi tersebut. Tetapi Jungkook tampak tidak takut, dia menyergap dari belakang, kemudian menusuk bagian belakang kepala zombi. Tampak di depan sana mobil yang akan mereka gunakan dikerumuni zombi. Jungkook tahu mengapa zombi mengerumuni mobil itu, alasannya adalah istri dan anak Siwon.
“Hei! Hei! Di sini!” Teriak Jungkook.
“Apa yang kau lakukan, Jungkook?!” tanya Taehyung dengan nada tinggi.
“Mengalihkan perhatian mereka. Zombi-zombi itu menghalangi jalan. Mobil itu tidak akan bisa melaju jika jalannya dihalangi zombi dan kita tidak bisa membunuh semuanya.”
Taehyung dan Siwon mengerti dan berjaga-jaga di sekitar Jungkook sementara pria itu menggiring sekelompok zombi menjauhi mobil. Taehyung mengayunkan pedangnya ketika ada zombi yang mendekati mereka, Siwon pun melakukan hal serupa.
“Kerja bagus, Jungkook! Ayo kita pergi,” kata Siwon.
Mereka berlari menuju mobil, kemudian mobil itu langsung tancap gas.
“Aku mendengar suara tembakan? Siapa mereka?” tanya wanita dalam mobil itu. Rautnya tampak ketakutan.
“Yang membawa pedang namanya Taehyung dan itu temannya, namanya Jungkook. Aku menembak zombi yang hendak menyerang Jungkook,” beritahu Siwon. “Ini istriku Lee Hee Kyung, putriku Hyo Jin, dan putraku Hae Jin.”
Adanya anak kecil dalam mobil tersebut membuat perasaan Jungkook campur aduk. Dunia yang mereka kenal kini diambang kehancuran, lalu anak-anak ini akan tumbuh besar di dunia tersebut. Teriakan dan kematian akan menjadi bagian dari hidup mereka mulai saat ini, tak ada yang bisa menjamin jika anak-anak ini tidak mengalami mimpi buruk setiap malam. Anak laki-laki Siwon yang usianya belum genap satu tahun turut membuat Jungkook semakin sedih, anak-anak paling lemah, dan menjaga mereka tetap aman adalah prioritas utama untuk saat ini.
“Aku pernah melihat kalian di TV,” kata Hyo Jin, rautnya tampak penuh minat ketika menatap dua pemuda yang ikut bersama mereka.
Siwon menoleh ke jok tengah tempat anaknya duduk.
“Iklan ponsel, lalu di acara musik. Ibu ingat, kan?”
Hee Kyung menatap anak perempuannya melalui kaca spion tengah, kemudian mengangguk.
“Ayah, mereka ini anggota grup idola terkenal!”
“Benarkah?” tanya Siwon.
Jungkook membalasnya dengan anggukan kepala, tampak malu-malu.
“Di mana yang lainnya?” tanya Hyo Jin antusias.
“Mereka tidak selamat,” jawab Jungkook, terdengar nada pedih dalam suaranya yang parau.
“Apakah mereka....”
“Tidak. Mereka tidak selamat dari kecelakaan yang terjadi di bandara,” tukas Taehyung.
“Hyo Jin Sayang, sebaiknya jangan bertanya hal yang aneh-aneh. Mengerti?”
“Baik, Bu. Maafkan aku, Oppa.”
“Tidak apa-apa,” ucap Jungkook.
“Biar aku yang mengemudi,” kata Siwon.
Mobil itu menepi, lantas Hee Kyung cepat-cepat pindah ke jok penumpang. “Karena kita kedatangan dua anggota baru, sepertinya kita juga harus menambah persediaan.”
“Ya, kau benar. Jika ada toserba kita akan berhenti dan mengumpulkan persediaan di sana,” kata Siwon.
Lima belas menit kemudian mobil kembali menepi. Bukan toserba yang meraka jumpai, melainkan supermarket. Jungkook dan Taehyung keluar lebih dulu untuk berjaga-jaga. Mereka membuat formasi berbentuk lingkaran, Hee Kyung dan anak-anaknya berada dalam lingkaran tersebut, sehingga mereka aman dari serangan. Kedatangan mereka rupanya menarik zombi yang ada di sana. Jungkook memberi peringatan agar mereka tidak keluar dari formasi, lantas cepat-cepat masuk ke dalam supermarket.
“Jangan jauh-jauh dari Ibu,” kata Hee Kyung pada Hyo Jin, sementara itu Hae Jin yang berada dalam gendongannya terbangun dan merengek.
“Aku akan berjaga di belakangmu,” ujar Taehyung saat mengikuti Hee Kyung.
Sementara itu Jungkook pergi bersama Siwon untuk mengumpulkan makanan.
Mengambil troli, Jungkook memasukkan sebanyak mungkin cup ramyeon yang ada di rak ke dalam troli, total ada empat troli yang berisi ramyeon. Dia mengambil troli lagi, mengisinya dengan makanan lainnya hingga trolinya penuh.
“Kau berencana menggasak semua makanan yang ada di ini?” tanya Siwon dengan nada bercanda. “Mobil kita tidak akan muat membawa semua itu.”
“Tadi sebelum masuk kemari aku melihat mobil box di seberang jalan. Kita bisa menggunakan mobil itu untuk membawa semua persediaan kita.”
“Genius. Kalau begitu aku akan membawa troli lagi kemari lalu setelah itu mobilnya akan menyusul.”
“Biar aku saja, Hyung. Sebaiknya kau mundurkankan saja mobil box itu kemari agar kita bisa langsung menaikkan semuanya. Tidak aman jika kita terlalu lama berada di sini.”
“Baiklah.”
Siwon berlari ke seberang jalan, membuka pintu mobil box dan bersyukur karena kunci mobil tersebut masih menancap di sana. Memutar mobil, lantas memundurkan kendaraan tersebut dengan bagian belakang menghadap langsung ke pintu supermarket.
Sementara itu Jungkook masih sibuk mengisi troli dengan biskuit dan cokelat bar. Seseorang menyentuh pundaknya hingga dia otomatis berbalik badan karena terkejut.
“Ini aku,” kata Hee Kyung sambil mengangkat kedua tangan.
“Nuna, kau membuatku terkejut."
“Maaf. Taehyung bilang kau terluka. Jika kau tidak keberatan—”
“Silakan,” sela Jungkook. Dia duduk di lantai sementara Hee Kyung mengobati luka di dahinya. “Terima kasih, karena kau mau menerima kami,” ucap Jungkook sesaat kemudian, pemuda itu tampak tersipu.
Hee Kyung tersenyum lembut. “Di saat seperti ini memang sudah harusnya saling menolong. Tak kusangka melihat ada orang lain yang masih selamat membuatku sangat bahagia.”
Jungkook tertawa pelan dengan wajah tertunduk. "Oh iya, di mana Hyo Jin dan Hae Jin?"
“Mereka bersama Taehyung. Sepertinya Taehyung sangat menyukai anak-anak, mereka cepat sekali akrab dengan temanmu itu. Nah, sudah selesai.”
“Terima kasih.” Berdiri, Jungkook kembali mengisi troli dengan makanan lainnya. “Apakah kau sudah mengambil susu untuk Hae Jin?”
“Belum. Aku akan mengurus rak di sebelah sana. Ambil apa saja yang akan kita butuhkan.”
Jungkook mengangguk. Dua troli di dorongnya ke depan pintu masuk, lantas membuka pintu belakang mobil box. Dibantu oleh Siwon, Jungkook memindahkan persediaan yang sudah dikumpulkannya, lalu menyusul Hee Kyung dan Taehyung dengan troli lainnya yang berisi penuh.
“Masih banyak barang yang ingin kuambil,” kata Jungkook sambil lalu.
Dia menyambar keranjang dan menghilang di balik rak. Diambilnya beberapa buah senter, baterai, pemantik, dua set pisau, lilin, peralatan makan, kapak, pemotong besi, dan lampu emergency. Dia melihat belati, lantas cepat-cepat mengambilnya. Teringat dengan anggota kelompoknya lainnya, Jungkook mengambil tiga belati lagi untuk diberikan pada Siwon, Hee Kyung, dan Taehyung.
Dia berlari kecil untuk mencari sabuk, setelah menemukannya, Jungkook langsung memakai sabuk tersebut. Sarung belatinya dikaitkan ke sabuk tersebut, kemudian dia mengambil linggis yang terjatuh di dekat pintu dan menyelipkannya ke balik punggung. Dilihatnya Hee Kyung dan Taehyung masih mengumpulkan makanan, dia menghampiri kedua orang itu sambil menyodorkan roti, sosis siap makan, kimchi kemasan, dan dua botol air mineral.
“Mumpung masih di sini, kita bisa beristirahat sebentar dan makan,” kata Jungkook. “Senjata tambahan.” Disodorkannya masing-masing belati pada Taehyung dan Hee Kyung. “Ini untuk Siwon Hyung dan anak-anak,” tambah Jungkook ketika menyerahkan keranjang berisi makanan.
“Terima kasih, aku akan memberikannya pada mereka,” ujar Hee Kyung lalu bergegas pergi.
“Kau mengambil banyak barang,” kata Taehyung saat melirik keranjang di dekat Jungkook.
“Kita akan membutuhkannya nanti.” Sambil memeriksa isi keranjangnya, Jungkook bertanya. “Bagaimana dengan obat-obatan?”
“Sepertinya belum ada.”
“Ayo kita kumpulkan.” Jungkook berdiri lebih dulu, kemudian mencari rak obat. Lagi-lagi dia mengambil keranjang, bilang pada Taehyung jika sebaiknya mereka mengambil sebanyak mungkin obat-obatan itu.
“Tiba-tiba terpikirkan olehku bagian lain supermarket ini. Gudang penyimpanan,” ujar Taehyung. "Di sana pasti lebih banyak makanan dan susu untuk Hae Jin."
“Kau benar, Hyung. Kalau begitu kita akan mencari gudang penyimpanan itu.” Memandang ke sekeliling, Jungkook memberi isyarat ketika melihat Siwon datang menghampirinya.
“Ada apa?” tanya Siwon cepat.
“Aku dan Taehyung Hyung akan mencari gudang penyimpanan supermarket ini dan kami membutuhkan bantuanmu.”
“Jika beruntung, kita akan punya lebih banyak lagi persediaan makanan untuk beberapa bulan ke depan,” tambah Taehyung. “Masalahnya, mungkin saja tempat itu berbahaya.”
“Aku mengerti. Aku akan ikut bersama kalian. Beri aku waktu untuk mengatakannya pada Hee Kyung.”
Jungkook dan Taehyung mengangguk bersamaan. Sementara Siwon pergi untuk memberitahu istrinya, Jungkook mengambil senter hanya untuk berjaga-jaga jika tidak ada penerangan di sana. Tiga menit kemudian mereka bertiga pun pergi.
“Jika kita menemukan lebih banyak lagi, mobil box kita tidak akan cukup mengangkut semuanya,” ujar Siwon.
“Di tempat parkir supermarket ini pasti ada mobil box lainnya,” kata Jungkook optimis.
Walaupun hari masih siang namun bagian belakang supermarket tampak gelap, beruntung mereka memiliki senter. Masing-masing menyalakan senter dan melangkah tanpa suara. Siwon memberi isyarat untuk berhenti saat mendengar suara zombi. Didengar dari suaranya, sepertinya jumlahnya lebih dari satu.
Jungkook mengambil linggis yang diselipkannya di belakang punggung, sementara dua temannya sudah siap dengan senjata masing-masing—Taehyung dengan pedangnya dan Siwon dengan kapaknya. Setelah dikira siap, Siwon memberi aba-aba untuk maju, benar saja, jalan mereka dihadang oleh lebih dari lima zombi berpakaian karyawan supermarket. Mereka bertiga maju bersamaan, bahu-membahu membunuh zombi yang hendak mencabik-cabik tubuh mereka.
Biarpun sudah melakukannya beberapa kali, bagi Jungkook menusuk kepala zombi tetap saja terasa mengerikan, mungkin teman-temannya juga merasakan hal sama dengannya. Gabungan rasa takut dan insting untuk membela diri menggerakkan tubuh mereka untuk melawan, satu per satu zombi-zombi tersebut tergeletak di sepanjang lorong yang mereka lalui. Darah terciprat ke dinding, pakaian, dan tubuh mereka; tangan dan wajah.
Masih ada empat zombi lagi di hadapan mereka, Jungkook tidak memedulikan luka dahinya yang berdenyut, dia mengayunkan linggis, memukulkannya ke kepala zombi hingga menghancurkan tengkorak zombi tersebut. Masing-masing sibuk dengan zombi yang sedang dilawan, hingga salah satunya luput dari perhatian. Zombi tersebut menyergap Jungkook dari belakang hingga menyebabkannya kelabakan untuk melepaskan diri.
Siwon lah yang berhasil melepaskan Jungkook dari cengkeraman zombi tersebut, tetapi zombi itu rupanya belum mau menyerah. Dia balik menyerang Siwon, membuat Siwon terjatuh. Kapak yang dipegangnya terlepas dari genggaman hingga membuatnya sulit untuk melenyapkan zombi tersebut. Menyambar kapak, sambil berteriak marah, Jungkook mengayunkan kapak hingga bilah tajam kapak tersebut membelah kepala zombi yang menyerang Siwon. Taehyung membantu Siwon berdiri dan mereka bertiga sama-sama menghabisi zombi yang masih tersisa.
Selesai dengan zombi, mereka kembali menyusuri lorong. Di ujung lorong terdapat ruangan yang tertutup, Jungkook mengarahkan senter ke bagian atas pintu, membaca tulisan di sana. Mereka menemukan apa yang dicari.
“Ini dia gudangnya,” ujar Taehyung dengan napas terengah.
“Kita harus tetap berhati-hati, karena mungkin saja di dalam sana masih ada zombi,” kata Jungkook. Mendorong pegangan pintu, tetapi pintu tersebut tidak mau terbuka. “Terkunci.”
“Aku memerlukan linggismu, Jungkook,” kata Siwon. Diambilnya linggis dari tangan Jungkook, kemudian mencongkel pintu tersebut.
“Kau berhasil membukanya, Hyung,” ujar Taehyung dengan raut senang.
“Ayo kita lihat apa yang ada di dalam,” gumam Siwon, dia lebih dulu memasuki gudang itu, memukul-mukul dinding untuk memancing zombi—jika memang ada—untuk keluar.
Satu menit berlalu dan mereka tidak mendengar adanya zombi di sana. Melihat tumpukan makanan sebanyak itu rasanya seperti baru saja menemukan harta karun. Taehyung merangkul Jungkook sambil tertawa pelan, dan Siwon menepuk bahu Jungkook.
“Ayo kita bawa semua makanan ini,” kata Siwon.
***
Mereka menemukan mobil box lainnya di tempat parkir supermarket dan memindahkan persediaan yang mereka temukan ke dalam mobil. Tetapi tidak semua bisa mereka bawa. Siwon meminta Jungkook mencari istri dan anak-anaknya agar mereka bisa segera pergi, namun Jungkook tidak menemukan Hee Kyung di tempat itu. Hanya ada Hyo Jin dan Hae Jin di sana yang sedang asyik memakan makanan ringan.
“Di mana ibumu, Hyo Jin?” tanya Jungkook, nadanya khawatir.
Mengerti dengan kekhawatiran Jungkook, Hyo Jin melupakan makanan ringan di tangannya. “Kami mencari lilin saat tiba-tiba mendengar seseorang berteriak meminta tolong. Ibu memintaku bersembunyi di sini bersama Hae Jin lalu dia pergi.”
Dalam hati Jungkook mengumpat. “Kalau begitu tetaplah di sini. Aku akan segera kembali bersama ibumu. Mengerti?”
Jungkook pergi setelah Hyo Jin mengangguk. Rasanya seperti melakukan bunuh diri dengan pergi seorang diri keluar sini. Menghindari zombi adalah cara yang dipilihnya, dia harus menyimpan tenaga untuk menolong Hee Kyung jika wanita itu terjebak dalam keadaan sulit. Dia berbelok ke jalan sempit menuju belakang gedung saat mendengar suara Hee Kyung. Di sana dilihatnya Hee Kyung sedang bertarung melawan zombi bersama seorang wanita. Berlari, sambil menggeram Jungkook mencabut belati miliknya dan menusuk kepala zombi pertama yang dilihatnya.
“Nuna!” Teriak Jungkook.
Hee Kyung menoleh ke arah datanganya suara. “Tolong pria itu, Jungkook! Cepat!” Hee Kyung balas meneriakinya.
Dalam kegaduhan itu Jungkook mencari orang yang harus ditolongnya. Matanya terbelalak ketika mendapati seorang pria tengah menahan serangan zombi dengan sebuah sekop. Pria itu nyaris dikerumuni zombi jadi, Jungkook berlari ke sana, menyerang dengan cepat walaupun dirinya sudah kelelahan. Kehilangan pijakannya, Jungkook tersungkur namun dengan cepat berbalik badan dan menusuk mata zombi yang berada di atas tubuhnya. Berdiri dengan susah payah, Jungkook menyeret langkahnya menuju kerumunan zombi itu.
Biarpun lelah, pemuda tetap melanjutkan perlawanannya. Jungkook sendiri tampak tidak memedulikan keselamatannya sendiri kala itu. Kemudian terpikirkan olehnya sebuah ide. Dia akan menjadi umpan hidup untuk memancing zombi agar datang kepadanya. Dengan begitu dia tidak perlu menggunakan tenaga untuk menghadapi semua zombi itu. Mendekati sekumpulan zombi, lalu Jungkook berteriak-teriak. Beberapa zombi yang mendengar suara teriakan Jungkook teralihkan dan mulai mendatangi Jungkook dengan tangan menggapai-gapai.
Hee Kyung melihat kesempatan di sana dan dia membereskan sisanya yang tidak juga beranjak dari pria tersebut.
Rupanya Hee Kyung termasuk wanita berani dan tangguh. Jungkook baru mengetahuinya dan itu membuatnya tersenyum.
“Sayang!” Teriak wanita itu. Dia berlari membantu wanita yang ingin menyelamatkan suaminya. Tikaman pisaunya mengakhiri perlawanan salah satu zombi yang hendak mencabik suaminya.
Tak lama kemudian Jungkook kembali sambil berlari tergopoh-gopoh dan membantu Hee Kyung. Selagi kedua wanita itu membereskan zombi, Jungkook membantu pria yang dilihatnya untuk berdiri, lantas menariknya menjauh.
“Aku mendapatkannya! Ayo, Nuna, kita pergi!” Teriak Jungkook.
Mereka berlari secepat mungkin dari tempat itu, Hee Kyung membimbing Jungkook dan kedua orang yang baru ditemuinya menuju supermarket tempat mereka semua berkumpul.
“Ibu!” Hyo Jin berlari dan langsung memeluk ibunya yang baru saja tiba.
“Ya Tuhan, Sayang, untung kau selamat,” ujar Siwon saat memeluk istrinya.
“Kau baik-baik saja, Jungkook?” tanya Taehyung dengan nada khawatir.
Napas Jungkook tampak putus-putus jadi, dia hanya mengacungkan jempolnya untuk menjawab pertanyaan Taehyung.
“Jungkook...” Hee Kyung menghampiri Jungkook yang terduduk di lantai, kemudian memeluknya. “Terima kasih.”
“Apa yang terjadi? Ke mana saja kau? Dan siapa mereka?” tanya Siwon.
“Tadi aku mendengar teriakan lalu pergi mencari asal suara teriakan itu. Kulihat dia,” Hee Kyung menunjuk seorang wanita. “Berteriak meminta tolong. Dia bilang suaminya diserang zombi dan tak lama kemudian Jungkook datang menolong kami.”
“Aku sangat berterima kasih pada kalian. Entah apa jadinya jika kalian tidak menolong suamiku.”
“Apakah kau tergigit?” tanya Taehyung.
“Tidak,” jawab pria itu. “Namaku Cho Kyuhyun. Dan ini istriku Yoon Ji Young.”
Siwon pun memperkenalkan anggota kelompoknya pada dua pendatang baru tersebut.
“Bagaimana bisa kalian terjebak bersama sekumpulan zombi?” tanya Jungkook sesaat kemudian.
“Tadinya kami sedang mencari persediaan untuk orang-orang dikelompok kami. Istriku bilang dia melihat supermarket ini tapi ada banyak zombi yang menghalangi pintu masuk,” beritahu Kyuhyun. “Kami berdua membagi tugas, seperti yang kau lakukan tadi,” katanya pada Jungkook. “Aku memancing mereka dengan membuat keributan dan istriku yang membunuh zombi-zombi itu. Saat kupikir semuanya berjalan sesuai rencana, tanpa kusadari sekumpulan zombi mendesak kami ke tempat itu.”
“Tunggu, tadi kau bilang kalian punya kelompok,” tukas Jungkook.
“Ya dan kami kekurangan persediaan,” kata Kyuhyun.
“Kami sudah memuat sebagian besar makanan di supermarket ini ke dalam mobil box, termasuk yang ada di gudang penyimpanannya.” Taehyung menatap Siwon sejenak, kemudian melanjutkan. “Jika kau mau membawa kami pada kelompokmu, apa yang kami dapat di sini akan menjadi milik kalian juga.”
Siwon mengangguk. “Di gudang penyimpanan masih ada banyak makanan yang tidak bisa kami bawa, jika kau mau membantu—”
“Tentu,” sela Kyuhyun cepat.
“Bibi, minumlah ini,” kata Hyo Jin sambil menyodorkan sebotol air mineral.
“Terima kasih.” Ji Young meminumnya beberapa teguk dan membagi setengahnya dengan Kyuhyun.
“Berapa jumlah kalian?” tanya Jungkook lagi, rupanya masih penasaran.
“Sebelas orang. Dua diantaranya anak-anak, empat orang anggota militer, seorang dokter, begitulah.”
Jungkook mengangguk, lantas berdiri.
“Mari kita bereskan dulu persediaan yang akan kita bawa lalu pergi dari sini,” kata Siwon.