“Sudah kukatakan ratusan kali bahwa Hayley tidak pergi ke pesta itu! Aku pergi sendirian!” seru Yasmine yang emosi. Ia terlihat benar-benar kacau, berdiri di hadapan para polisi dan investigator yang melakukan pengecekan di rumahnya setelah ia melaporkan Hayley yang menghilang.
“Ma’am, dia bisa saja pergi diam-diam setelah dirimu,” ujar salah satu investigator berambut panjang.
Yasmine menggeleng. “Kita sudah lihat di CCTV. Tidak ada rekaman Hayley keluar dari apartemen ini menggunakan gaun mewah. Pesta itu harus mengenakan pakaian mewah.”
Dini hari itu, Yasmine pulang membawa oleh-oleh. Pria berkulit sawo matang yang tidak mau melepaskan diri dari tubuhnya. Ia memasuki rumahnya dengan senyum mengembang, berniat untuk memamerkan pada Hayley apa yang dibawanya. Namun, senyum itu hilang begitu menyadari bahwa tidak ada Hayley di rumahnya. Ponsel Hayley pun mati.
“Kau benar,” imbuh investigator lain sembari menyodorkan ponselnya yang menayangkan tayangan CCTV. “Dia tidak pergi ke pesta menggunakan gaun mewah. Dia menggunakan baju serba hitam dan masuk ke taksi yang mengarah ke utara.”
“Sedangkan pesta itu mengarah ke selatan,” tambah Yasmine. Dan semuanya menjadi masuk akal sekarang.
“Ma’am, jika kau memiliki clue lain. Kau bisa menghubungi—“
“Logan Anderson,” potong Yasmine. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuh. “Dia pergi ke apartemen Logan Anderson. Kirim semua tim terbaikmu ke sana karena sekarang Hayley dalam bahaya.” Yasmine berlari ke kamarnya sendiri untuk mengganti baju dan bersiap untuk membunuh Logan jika sesuatu terjadi pada sahabatnya.
***
Ini pertama kalinya Will menginjakkan kaki di Amerika.
Seumur hidupnya, ia habiskan untuk mengelilingi benua Eropa. Dan itu semua untuk keperluan menulis. Agennya sendiri yang merekomendasikan dan mau tak mau ia harus menyetujuinya. Hal pertama yang Will lakukan ketika pesawat mendarat adalah mengirimkan pesan pada Matt.
Berat rasanya meninggalkan Mina. Walaupun Matt, Jane, dan Madison berjanji akan menjaganya selama Will pergi, ia tetap merasa cemas. Namun, ia tidak mau menyesal selama sisa hidupnya karena tidak melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Jadi, di sinilah ia sekarang. Di New York untuk menemui Hayley-nya.
“Kakakku masih butuh permintaan maaf darimu. Jika kau tidak mau memperjuangkannya, paling tidak meminta maaf lah padanya.”
Perkataan Jeremy terus menghantuinya selama di pesawat. Anak berumur sepuluh tahun itu benar dan juga salah tentang hal itu. Jeremy benar jika Will masih berhutang maaf pada Hayley, tapi Jeremy salah jika mengira Will tidak akan memperjuangkan Hayley.
Madison memberitahu alamat tempat tinggal Hayley di New York. New York adalah kota yang dipadati penduduk dari segala penjuru dunia. Maka dari itu, bukan hal yang mudah untuk menemukan sebuah alamat. Will membuka jaket tebalnya dan mengikatnya di bagian pinggang. Tangan kanannya menyeret koper sedangkan tangan kirinya sibuk memegang ponsel untuk mencari alamat Hayley.
Ia bertanya kepada beberapa pejalan kaki dan jawaban mereka berbeda-beda, membuat kepala Will hampir pecah. Apalagi ia masih terlalu jet lag untuk berjalan jauh. Akhirnya, ia memutuskan untuk beristirahat di salah satu kursi kosong dekat penjual kebab truk keliling. Ia juga memesan kebab itu karena perutnya protes ingin diisi.
Setelah memesan, Will melahap kebab yang dibelinya sambil mengedarkan pandangan ke sekitar. Mengamati kota yang sangat amat dicintai oleh Hayley. Will baru beberapa jam di sini, wajar jika belum ada hal yang membuatnya jatuh cinta pada New York.
Will membuang bungkus kebab itu di tempat sampah dekat penjual majalah dan koran. Penjual itu tersenyum padanya dan ia balas tersenyum. Saat hendak berbalik ke tempat semula, tubuhnya membeku karena menyadari sesuatu. Ia kembali mendekati penjual itu, bukan untuk tersenyum padanya lagi, tetapi untuk mengambil salah satu tumpukan koran yang dijualnya.
“Kau harus membayar untuk itu,” ujar penjual itu pada Will yang matanya melebar ketika menyadari siapa sosok di dalam koran itu.
Hayley.
Hayley Lexington telah kembali! Kembali menghilang. Ia dilaporkan menghilang dan kali ini polisi turut serta dalam pencariannya.
Logan Anderson diduga sebagai dalang dibalik hilangnya Hayley Lexington tadi malam.
Logan Anderson VS Hayley Lexington. Keduanya masih dalam pencarian polisi.
Kepala Will berputar. Ia bahkan harus menyentuh tembok untuk menahan diri agar tidak ambruk. Hayley menghilang. Hayley-nya menghilang tadi malam dan kemungkinan besar diculik oleh mantan pacarnya itu. Tanpa berpikir panjang, Will memberikan uang satu dolar pada penjual itu lalu menyambar kopernya dan berlari sekencang mungkin.
Ia berhenti sebentar untuk menelpon Madison. Madison mengangkatnya dalam deringan ke tiga.
“Ya, Will? Matt bilang kau sudah sampai, aku—“
“Kirimkan padaku nomor telepon manajer Hayley sekarang.” Ia langsung menutup sambungan telepon dan menunggu kiriman nomor telepon dari Madison dengan wajah panik.
Ia tahu tidak baik memperlakukan Madison seperti itu, tapi ia tidak bisa menjelaskan situasi ini pada mereka sekarang. Karena sekarang yang bisa ia lakukan hanyalah menemukan Hayley dalam keadaan selamat. Di manapun wanita itu berada.
Selang beberapa menit kemudian, Madison mengirimkan nomor telepon Yasmine. Ia langsung men-dial nomor itu tanpa ragu. Panggilan pertama tidak terjawab. Panggilan kedua pun sama. Will hampir melempar ponselnya ke jalanan ketika Yasmine akhirnya mengangkat telepon di panggilan ketiga.
“Ya? Kau investigator? Temui aku di—“
“Aku Will,” potong Will sedikit terengah-engah karena habis berlari.
Hening. Tidak ada jawaban dari Yasmine selama beberapa detik.
“Apa maumu?” tanya Yasmine akhirnya. Nadanya berubah ketus.
“Aku di New York. Aku tahu apa yang terjadi pada Hayley dan aku akan mencarinya sampai dia kembali ke pelukanku. Beritahu aku apa yang harus kulakukan untuk membantu,” jawab Will.
Terdengar decakan malas Yasmine dari sebrang telepon. “Tidak perlu. Kami punya tim pencari dan investigator. Kau sudah kehilangan kesempatanmu ketika kau memutuskan untuk membohongi Hayley.”
Will menggeleng walaupun Yasmine tidak bisa melihatnya. “Aku akan menghadapi itu. Tapi untuk sekarang, kita tak punya waktu. Biarkan aku membantumu menemukan Hayley atau kita berdua akan menyesal karena membuang-buang waktu untuk berdebat disaat Hayley menderita di luar sana.”
Yasmine menggigit jarinya. Will benar, saat ini yang paling penting adalah keselamatan Hayley dan menemukan wanita itu secepatnya. Ia harus menyingkirkan kebenciannya pada Will untuk sementara.
“Temui aku di Herald Towers. 50 West 34th Street.” Yasmine langsung mematikan sambungan telepon sebelum Will mengatakan sesuatu.
Will segera memasukkan ponselnya ke saku celana dan memanggil taksi yang lewat. Beberapa menit kemudian ia sudah berada di perjalanan menuju kediaman Hayley, karena Yasmine memintanya untuk menemuinya di tempat itu.
Yasmine tidak menyambutnya dengan senyuman ketika Will sampai. Ia hanya menyuruh Will untuk menaruh kopernya di kamar Hayley tanpa menatap mata pria itu. Setelah Will kembali dari kamar Hayley, mereka mulai berdiskusi layaknya detektif.
“Aku melakukan ini untuk Hayley. Aku masih tidak menyukaimu,” desis Yasmine bersedekap dada.
“Fair enough.” Will mengedikan bahu tak peduli. Ia hanya peduli untuk menemukan Hayley secepatnya.
Mereka lalu duduk di sofa dengan Yasmine yang memperlihatkan rekaman video CCTV Hayley yang keluar dari apartemen menggunakan pakaian serba hitam. Dahi Will mengerut mencoba mencerna apa yang dilihatnya.
“Hayley pergi tiga puluh menit setelah aku pergi. Aku yakin dia pergi ke apartemen Logan untuk mengambil kaset itu. Sendirian,” jelas Yasmine.
“Kaset apa?” tanya Will penasaran.
“Kaset berisi video kau-tahu-apa mereka.” Yasmine susah payah mengatakannya. Ia lalu menjelaskan semuanya pada Will, mulai dari pertemuan Hayley dan Jessie di kamar ganti, rencana Yasmine dan Hayley untuk mengambil kaset itu berdua, dan gerak-gerik mencurigakan Hayley sebelum Yasmine pergi ke pesta.
Will terdiam. Ia ingin membunuh Logan dengan pisau karat karena melakukan hal itu pada wanita yang dicintainya. Dan sekarang, Hayley entah berada di mana bersama pria gila itu. Urat-urat bermunculan di leher Will bersamaan dengan kedua tangannya yang mengepal. Ia mati-matian menahan diri untuk tidak menghancurkan benda di sekitar.
“Ini semua salahku. Kalau saja aku tidak pergi ke pesta itu, kalau saja aku tidak egois, kalau saja aku memikirkan lebih jauh gerak-gerik aneh Hayley. Harusnya aku. Harusnya Logan menculikku, bukan Hayley.” Yasmine menangis pilu. Ia menyembunyikan wajahnya di kedua telapak tangan. Tubuhnya bergetar, membuat Will menatapnya lama.
Yasmine terlihat seperti serigala ketika ia datang tadi. Namun sekarang, ia terlihat lemah seperti anak anjing. Yasmine tidak lagi bisa menahan semuanya. Ia tidak peduli pendapat Will tentang dirinya yang terlihat seperti ini sekarang. Ia hanya ingin menangis.
Will hendak menyentuh pundak Yasmine untuk menenangkannya, namun berhenti di pertengahan karena sadar jika itu bukan pilihan yang tepat. Jadi, ia kembali menyimpan tangannya di sisi tubuh.
“Di mana biasanya mereka menghabiskan waktu bersama? Seperti kau tahu, makan malam romantis, Valentine’s Day, perayaan hari jadi, atau semacamnya.” Will beranjak dari sofa dan berdiri dengan tubuh yang menyandar pada tembok. Ia menolak untuk hanyut dalam rasa cemburu ketika mengatakan itu.
Yasmine mendongak. Matanya sembab dan memerah. “Mereka selalu pergi ke restoran yang berbeda untuk perayaan tertentu. Mengapa kau bertanya seperti itu?”
Will menatap Yasmine dengan penuh teka-teki. “Aku memposisikan diri menjadi si penculik. Logan sepertinya tidak tahu bukan jika Hayley akan berada di apartemennya? Dia kaget dan dia harus berpikir cepat untuk membawa Hayley ke suatu tempat yang pertama kali terlintas di pikirannya. Tempat yang bersangkutan dengan Hayley.”
Yasmine ikut berdiri dari sofa dan berjalan mondar-mandir di hadapan Will. “Strand Bookstore. Mereka memang selalu berpindah restoran, tapi setelahnya mereka selalu pergi ke toko buku yang sama.”
“Aku akan ke sana sekarang.” Will menyambar jaketnya di sisi sofa dan berjalan mendekati pintu.
Yasmine buru-buru menghadang langkah Will. “Kau bahkan tidak tahu di mana toko buku itu. Aku akan ikut bersamamu. Karena jika sesuatu terjadi pada Hayley, akulah orang pertama yang akan menembak Logan di kepala.”
Will dibuat shock tatkala melihat Yasmine menyusupkan pistol ke bagian belakang celana dan menutupnya dengan jaket. Ekspresi wajah Yasmine mengeras seolah ia tidak bisa merasakan apapun lagi selain kebencian.
***