Seorang guru mengumumkan bahwa murid-murid harus membayar uang sekolah ekstra sebesar sekian persen karena sekolah akan membangun ruang multimedia dan lapangan basket baru yang megah. Maka, semuanya membayar, walaupun terdapat murid yang kehidupannya pas-pasan.
Setelah beberapa bulan mereka menanti, janji Bapak Kepala Sekolah yang dikoordinir oleh guru-guru SMA Dua tidak juga terealisasi. Murid-murid merasa kecewa dan dipermainkan. Maka, demonstrasi pun dimulai. Mereka menuntut uang ekstra mereka dikembalikan karena Bapak Kepala Sekolah dinilai korupsi. Namun, tidak ada seorang pun yang mau mengembalikan uang mereka.
Teriakan-teriakan kemarahan itu terdengar hampir tiap hari. Mereka menuntut agar Bapak Kepala Sekolah dicopot dari jabatannya. Kancil memanjat pohon yang tinggi dan bernyanyi, “Kulihat Pak Deli menari di pelac*ran kelas teri.” Nama Bapak Kepala Sekolah memang Pak Deli.
Di tembok kamar mandi, tercoret tulisan: Deli AS*
Lama-lama, Pak Deli tidak tahan lagi. Ia memutuskan untuk mundur dari jabatannya dan tidak pernah kelihatan lagi sejak saat itu. Sementara itu, ruang multimedia dan lapangan basket mulai dibangun, entah uang dari mana.
Setelah ruang multimedia berdiri dengan megah untuk yang pertama kalinya, murid-murid diundang untuk memakainya. Pelajaran pertama yang dilakukan di ruang itu adalah pendidikan s*ks yang ditayangkan di televisi besar di ruangan itu melalui video yang dipasang di bawahnya. Murid-murid mengikuti kegiatan itu dengan semangat, termasuk murid-murid perempuan.
Setelah kegiatan itu selesai dan murid-murid berhamburan keluar dari ruangan, Nobby malah memutuskan untuk ke tanah kosong di belakang kelas multimedia. Ia menurunkan r*tsleting celananya dan p*pis di sana. Mungkin karena malas dengan jarak kamar mandi yang lebih jauh beberapa meter atau mungkin ia sudah tidak tahan lagi, tidak ada yang tahu.
Bu Puja yang tidak mengetahui bahwa Nobby sedang asyik, melewati tempat itu. Nobby terkejut, menoleh, dan refleks mengangkat tangannya, bukannya malah menutupi an*nya. Bu Puja tak sengaja melihat semuanya dan teriak-teriak. Tidak ada yang mengetahui kejadian itu sampai dengan sekarang, kecuali beberapa cowok.
Bu Puja bergegas pergi dari tempat itu dan menceritakan kejadian itu kepada teman-teman gurunya di ruang guru. Mereka memutuskan untuk memberi cowok-cowok itu tugas menjelang libur natal dan tahun baru untuk menyalurkan energi mereka yang berlebihan.
Pak Bert memanggil Kancil, cowok pertama yang dilihatnya ketika berjalan ke kelas 2.6, dan memberinya beberapa lembar uang untuk membeli satu kaleng besar cat putih. Ia ditugasi mengoordinir teman-temannya untuk mengecat ruang kelas 2.6 dan memberikan sisa cat kepada kelas lain sehingga mereka bisa mengecat kelas-kelas mereka juga.
Namun, seperti lampu yang menyala, ide muncul di kepala Kancil. Ia pergi ke toko cat dan alih-alih membeli satu kaleng cat besar, ia malah membeli satu kaleng cat kecil. Sisa uang dari Pak Bert, ia belikan v*dka. Lucky yang pergi bersamanya, memerhatikannya dan khawatir. Bujuknya, “Jangan semua.”
Menjelang liburan, guru-guru sengaja menyediakan jam kosong sehari. Cowok-cowok itu pun mengecat kelas, tetapi hanya kelas 2.6 yang dicat dengan menghabiskan satu kaleng cat kecil itu. Setelah itu, mereka bersantai sambil minum vo*ka. Setiap cowok minum sedikit, tetapi Nobby menenggak habis sisa vodk*.
Nobby m*buk dan suara teriakannya mengundang perhatian cewek-cewek yang segera membicarakannya di luar kelas. Ketika sudah tiba saatnya pulang, Bagong kebagian tugas mengantar Nobby pulang dengan sepeda motornya. Dengan susah payah, Bagong memapah Nobby dan mendudukkannya di sepeda motornya. Ia berusaha menaiki sepeda motor sambil memegangi Nobby. Lalu, ia menggas sepeda motornya pelan-pelan dengan beban berat yang menggelendot di pundaknya, karena ia takut Nobby jatuh. Mereka merahasiakan semuanya dari guru, tetapi Pak Bert masuk ke kelas-kelas dan memeriksa hasil pekerjaan mereka. Maka, cowok-cowok itu ketahuan.
Ketua kelas yang tidak tahu apa-apa diundang ke ruang BK. Ketua kelas itu tidak pernah diganti dari dulu karena selalu mengalah dari teman-temannya, sementara wakil ketua kelas selalu saja diganti. Ketua kelasnya adalah Nyo Beng Seng. Ia selalu terlihat melatih teman-temannya dari kelas lain karate di sore hari, tetapi ia sendiri tidak pernah menggunakan keahliannya itu.
Nyo Beng Seng menghadapi Guru BK sendirian dan berkata, “Mohon dimaklumi, Pak, mereka masih remaja. Nanti teman-teman saya nasihati.” Jawaban itu-itu saja yang keluar dari mulutnya kalau teman-temannya ketahuan berbuat nakal setelah ia gagal menyembunyikannya.
Sementara itu, teman-temannya yang lain sudah pulang semua, termasuk Lucky yang minta dibonceng Kancil. Namun, kancil merasa kebakaran jenggot meskipun ia tidak punya jenggot, mendengar Lucky memelas. “Cil, anterin aku ke sekolah lagi, donk! Aku baru inget kalo tadi aku bawa motor.”
Wajah Kancil memanas dan ucapnya, “Ogah!” Dia tancap gas dan kabur.
Nice story
Comment on chapter Chapter 1