Ada seorang gadis berambut lurus cepak yang suka bermain sepakbola bersama anak-anak cowok pada saat jam istirahat. Ia bisa menendang bola dengan keras sampai bolanya melayang jauh. Diam-diam, Lucky menyukai gadis itu.
Seorang gadis yang tubuhnya bak biola spanyol terlihat sering bergabung bersama dengan cowok-cowok. Ia terlihat duduk-duduk di dudukan beton depan kelas. Seorang guru yang lewat bertanya sesuatu kepadanya dan jawabnya, “Saya pemalu, Bu,” tetapi teman-temannya tidak ada yang percaya.
Sementara itu, beberapa gadis di kelas sebelah suka memulaskan bedak ke wajah mereka pada saat jam istirahat dan pulang, serta mencipratkan splash cologne ke tubuh mereka. Jika mereka lewat, terciumlah bau wangi-wangian yang beraneka-ragam, tutty fruty, strawberry, orange, jasmine, dan entah apa lagi. Seorang gadis berkulit hitam yang bicara terus-menerus di dalam bus pada waktu yang lalu, memoleskan Citr* Wh*te ke kulitnya. Berdasarkan iklan, handbody tersebut bisa memutihkan kulit.
Setiap kali gadis-gadis kelas sebelah keluar kelas pada saat jam pulang, gadis-gadis di kelas Lia akan memperhatikan mereka. Seorang gadis berkulit sawo matang berhijab tertawa mempertontonkan sederet gigi yang rapi dan berkata, “Putih banget wajah mereka, seperti dilabur.” Ia bernama Vini dan sering dipanggil Vini Vidi Vici oleh Kancil. Vini Vidi Vici adalah istilah Latin yang artinya saya datang, saya lihat, saya menang.
Vini dan teman-teman cewek sekelasnya pernah masuk kelas pada saat seorang cowok yang dijuluki Bagong oleh teman-temannya sedang melepas baju olahraganya. Rupanya, Bagong tidak menyadari kehadiran gadis-gadis itu yang bergerombol di sudut kanan depan kelas, karena Bagong sedang melihat ke jendela di sebelahnya di sudut kiri belakang kelas. Ia mengenakan pakaian seragamnya dengan santai dan tidak terburu-buru setelah melepas pakaian olahraganya. Ketika menoleh, barulah ia menyadari keberadaan gadis-gadis itu sehingga wajahnya memerah.
“Aduh!” gerutunya. “Kalau Dita yang lihat sih gak papa.” Dita adalah gadis yang tubuhnya bak gitar spanyol itu. Lalu, Bagong keluar kelas. Semenit kemudian, Dita masuk dan menyeletuk. “Ora seneng aku karo Bagong,” yang artinya, “Aku nggak suka sama Bagong.”
Di hari berikutnya, cowok-cowok itu mengisengi Dita. Cowok pertama berseru, “Dita.” Cowok kedua berseru, “pamer.” Cowok ketiga berseru, “S*nyol.” Dita marah dan mengejar cowok-cowok itu sampai keluar kelas.
Sementara itu, cewek-cewek di kelas sebelah sibuk membuat tato bergambar gelang ukir di pergelangan tangan mereka. Yang mengerjakan tato itu adalah seorang gadis tomboy yang jago menggambar. Ia menggambar tato dengan menggunakan bolpoin.
Gadis tomboy itu jago olahraga. Ia bisa salto pada saat ujian akhir. Sementara itu, Dita bisa kayang tanpa memegang kakinya. Gadis yang mandinya lama sampai antrian semakin panjang pada waktu yang lalu itu bisa melakukan tolak peluru dengan jarak lebih dari satu meter. Ia juga bisa mengangkat tubuhnya beberapa kali dengan tubuh menggantung di sepotong besi dan kedua tangannya memegang besi itu. Gumam sahabatnya, “As*m.”
Ena mencoba kayang tanpa memegang kakinya, tetapi ia terjatuh sehingga nilainya dikurangi. Lia kayang dengan memegang kakinya sehingga ia tidak terjatuh. Seorang gadis berhijab dari kelas lain sedang dibanding-bandingkan dengan seorang cowok di kelasnya oleh guru olahraga bertubuh gemuk, karena gadis itu bisa lari tujuh putaran sementara cowok itu tiga putaran.
Besoknya, waktu pengambilan nilai untuk olahraga lari, guru olahraga bertubuh gemuk menyuruh lari keliling kampung di sekitar SMA Dua. Guru itu sendiri tidak mengikuti murid-muridnya lari dan duduk-duduk santai di dekat lapangan basket.
Pada saat murid-murid sedang lari, Dita menawar becak untuk membawanya ke dekat gerbang sekolah. Kancil mencegat seorang bapak tua yang sedang mengayuh sepeda. Ia membonceng bapak itu menuju ke gerbang sekolah. Sementara itu, Lia lari dengan susah payah. Gadis-gadis berhijab terlihat bergerombol jauh di depannya. Mereka duluan memasuki gerbang sekolah, sementara Lia yang berikutnya. Lia mendapatkan nomor tujuh, yaitu orang ketujuh yang duluan masuk ke gerbang sekolah. Ia beruntung, karena guru berjanji, sepuluh besar akan mendapatkan nilai delapan.
***
Saat ujian tertulis tiba. Ena yang cerdas dan tidak pernah menyontek dimintai contekan oleh Kancil yang langsung dimarahi habis-habisan. Besoknya, seorang cowok mencoba menyonteknya. Ia segera memasang kotak pensil untuk menghalangi pandangan cowok itu dari pekerjaannya.
Ena keluar kelas bersamaan dengan Lia dan berjalan pulang bersama. Lia menanyakan cita-cita Ena. Katanya, “Aku ingin jadi pegawai bank.”
Lia bercerita. “Aku rasa-rasanya ingin memanjangkan rambutku sampai sebokong, habis itu memangkasnya sampai pendek.”
“Tragis,” sahut Ena.
Besoknya, Lia tidak harus jalan kaki pulang ke rumah. Dita mengajaknya membonceng sepeda motornya. Setelah keluar dari gerbang sekolah, ia mengebut di gang sempit yang menuju ke jalan besar. Terdapat mobil biru yang melaju ke arah mereka. Sepeda motor Dita bagaikan ular naga yang meliuk menghindari mobil itu dan menyelip di sampingnya. Ia juga meliuk menghindari tabrakan dengan sepeda motor, sepeda, dan becak. Semua itu dilakukannya tanpa mengurangi kecepatan.
Besoknya lagi, Lia diantar pulang oleh gadis yang mandinya lama. Saat ia menurunkan Lia di gang yang ke arah rumah Lia, sepeda motor gadis itu goyang-goyang dan ia menggumamkan sesuatu yang tidak terdengar jelas di telinga Lia.
Nice story
Comment on chapter Chapter 1