Read More >>"> Kau Tutup Mataku, Kuketuk Pintu Hatimu (:: Semakin Jelas ::) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kau Tutup Mataku, Kuketuk Pintu Hatimu
MENU
About Us  

Tidak perlu banyak bicara untuk menjelaskan.
Benar atau salah, orang akan menilai seperti yang diinginkan.

Biarkanlah waktu berjalan.
Biarkanlah jelas tanpa kata pembenaran
Biarkanlah terang tanpa pemaksaan.

🍂🍂🍂

 

Tidak perlu adanya pemaksaan untuk menjelaskan apa dan bagaimana semua itu terjadi. Danendra nyatanya memang menunggu siapa yang berada di balik akun misterius yang selama ini mendukungnya.

Ia yang selalu membagikan momen positif, memberi kata-kata penyemangat di setiap pertandingan panahan. Meski awalnya Danendra hadir sebagai pemain pemula di dunia panahan, wajah dan prestasinya langsung menarik simpati publik.

Dari situlah awal Yashinta memulai dukungan untuknya. Ia mengikuti perjalanan kegiatan dan kejuaraan yang diikuti si idola baru. Bukan wajah tampan yang menjadi daya tariknya, melainkan mata indah milik Danendra yang menjadi titik utama yang membuat Yashinta suka padanya.

Sang manajer pun sudah tahu perihal ini sebab Danendra seringkali membahas akun misterius yang tidak pernah meninggalkannya bahkan di saat ia terpuruk sekalipun.

"Dia itu spesial, Bang. Bertahun-tahun dari jaman aku masih usia belasan, sampai sekarang sudah dua puluh empat tahun, nama akunnya sama, foto profilnya juga ganti dua kali saja."

"Terus, semisal dia beneran nyamperin, mau apa, Ndra?"

"Mau ngapain, ya? Entahlah. Mungkin pengin cerita panjang lebar kenapa bisa suka banget dan nggak bosan sama aku."

"Kalau dia cewek, misalnya cowok?"

"Kuajakin main sepuas dia. Kujadikan saudara kalau perlu. Lumayan nambah saudara cowok selain Abang. Semisal dia cewek, salah nggak kalau aku jatuh cinta sama dia?"

"Jangan ngarep sama yang nggak jelas, Ndra."

"Setidaknya aku pengin ngebalas kebaikannya selama ini, Bang. Banyak yang datang dan pergi selama karierku, Bang, tapi cuma dia yang konsisten dari awal sampai detik ini."

Bang Didi memegang dahi Danendra kemudian beralih memegang dahinya sendiri. "Nggak panas, nggak lagi ngigau juga. Kamu sehat?"

"Abang selalu gitu kalau ngobrol soal dia. Dikiranya aku nggak bisa serius apa? Ntar aku buktikan kalau ini nggak main-main."

Penggalan percakapan dua lelaki itu seketika menari-nari di benak Bang Didi. Sehari sebelum Yashinta bergabung, keduanya membahas akun misterius. Benar-benar di luar kuasa manusia.

Tujuan awal hanyalah mencari asisten manajer sebagai pengganti dan menemani Danendra selama Bang Didi disibukkan dengan persiapan pernikahan. Namun, siapa sangka? Sekali rengkuh, dua tiga pulau terlampaui. Sekali mencari, kedok akun misterius itu akhirnya terpecahkan.

Bang Didi yang duduk di bangku depan—sebelah sopir—tersenyum puas ketika melihat dua tangan saling bertaut. Ia tidak menyangka sosok yang baru dikenalnya kurang dari enam bulan itu memilih dirinya untuk menjadi kepercayaan.

Ia juga tidak menyangka akan sejauh ini terlibat dalam kisah yang bahkan tidak pernah disangka sebelumnya. Kisah yang sedikit rumit, tetapi begitu terbuka, seperti jalan tol. Mulus dan tanpa hambatan.

🍂🍂🍂

Seminggu sudah Ken—adik Yashinta—dirawat di rumah sakit. pemasangan pen berjalan dengan lancar. Tinggal masa pemulihan dan fisioterapi yang harus dilakukan selama dua minggu sekali.

Yashinta sudah harap-harap cemas ketika menuju loket administrasi. Dengan segala fasilitas dan perawatan terbaik untuk adiknya, ia mempersiapkan kaki dan tubuh yang kokoh untuk mendengar nominal biaya yang dihabiskan selama satu minggu penuh.

"Atas nama Kenzi Raulio? Ini sudah tidak ada tanggungan, Mbak. Pasien sudah bisa langsung pulang."

"Be-belum dibayar, Mbak. Ini saya mau tanya pengeluarannya habis berapa." Yashinta mendadak gugup ketika mendengar penjelasan dari petugas. Seingatnya, baik Ayah ataupun Ibu tidak ada yang mengurus pembayaran biaya untuk sang adik. Lalu bagaimana semuanya sudah terbayar?

"Iya, Mbak. Tapi sudah tidak ada tagihan sampai pagi ini."

"Baik, terima kasih, Mbak. Kami permisi dulu."

Danendra menaruh kedua tangannya di pundak Yashinta dan mendorong gadisnya untuk berpindah setelah berpamitan pada petugas di balik meja administrasi.

"Ish, lepasin Mas Dan. Itu belum Yas bayar. Gimana kalau nanti ditagih pas sudah di rumah?"

"Nggak akan ditagih. Mbaknya tadi bilang sudah lunas dan nggak ada tagihan lagi. Mbak Yas dengar sendiri 'kan?"

"I-iya, sih. Ta ..."

"Nggak perlu tapi-tapi lagi. Ken, Bapak, sama Ibu sudah nungguin. Hayuk ke kamar Ken."

Meski dengan berat hati Yashinta mengikuti arahan Danendra yang tetap berjalan sambil mendorongnya untuk semakin menjauhi lorong tempat administrasi dilakukan. Yashinta masih berpikir keras perihal pelunasan biaya rumah sakit sang adik.

Yashinta hanya bergumam tidak jelas. Bahkan sampai di depan kamar sang adik ia masih memikirkan soal itu. Ia kemudian berbalik dan menunjuk hidung Danendra dengan tiba-tiba.

"Mas Dan yang bayar?" ujar Yashinta.

"Bukan, Mbak."

"Bohong!"

"Beneran, Mbak. Bukan saya."

Yashinta menatap Danendra dengan sorot mata yang tajam. Ia juga menarik sudut bibir bagian kiri kemudia mengomel tanpa suara. Pemandangan yang sangat langka bagi Danendra melihat gadisnya itu tampak kesal.

"Jelek, tapi lucu. Jangan diterusin, Mbak. Saya gemes lihatnya," ujar Danendra sambil mengusapkan telapak tangannya ke wajah Yashinta dan membalik tubuhnya untuk menghadap pintu ruang rawat Ken.

Gadis dengan pakaian kasual itu langsung menjulurkan lidah supaya tangan Danendra minggat dari wajah. "Rasain tuh liurnya Yas," ujarnya ketika tangan itu terangkat.

"Mbak Yas, jorok, ih!"

Yashinta sekali lagi berbalik dan menginjak kaki Danendra sampai sang idola mengaduh kesakitan.

"Kenapa, Mas? Kena usil Mbak Yas, ya?" tanya Ken ketika Danendra masuk ke kamarnya dengan kaki pincang.

"Mas duluan yang usil, Ken," ujar Danendra menghampiri remaja belasan tahun itu sambil mengacak rambutnya. "Sudah baikan? Nanti fisioterapinya yang rajin biar cepat pulih. Dengerin kalau Bapak sama Ibu nasehatin. Jangan ngulangi kesalahan yang sama apalagi sudah tahu gimana ruginya."

"Iya, Mas. Makasih banyak sudah bantu selama Ken di sini. Sama satu lagi, sini Ken bisikin, Mas." Ken menarik Danendra dan mendekatkan mulutnya pada idola kakaknya itu. "Titip Mbak Yas, dia memang nyebelin, tapi dia itu penyayang."

Danendra mendengarkan dengan saksama sambil mengacungkan jempol tanda setuju. "Sama satu lagi, Mas Endra kalau mau mundur dari sekarang saja. Mas sudah tahu rasanya punya kakak, cewek pula. Ngeri-ngeri syedap. Ini malah mau macarin cewek anak pertama. Banyakin sholawat sama istigfar, Ma Bro!"

Petuah dari si bungsu kesayangan Yashinta itu berakhir dengan tepukan di bahu Danendra. Kedua lelaki itu harus mengakhiri sesi bisik-bisik karena tatapan dari Yashinta sudah sangat menyeramkan.

"Yas," tegus sang Ayah yang membuat Yashinta memutus pandangan ke arah Danendra dan sang dik.

"Iya, Yah?"

"Mobil yang mau jemput sudah di bawah, kita langsung pulang."

"Aku juga?" tanya Yashinta.

"Lah, bukannya ntar malam mau ke Medan? Katanya ada tour di lima kota besar Jawa dan Sumatera. Masa mau ikut pulang?" jelas sang ibu.

"Yas nggak tahu. Emangnya iya, Mas Dan?" Yashinta menoleh pada Danendra dan mendapat anggukan dari sang idola yang sudah berganti status menjadi sang kekasih.

"Dia sudah minta izin sama Ayah. Bahkan Didi sudah kasih jadwal dan susunan acaranya sampai selesai. Ayah juga sudah kasih izin, kok."

Yashinta semakin melongo dibuatnya. Baru kali ini sang ayah melepaskannya untuk kegiatan di luar rumah, bahkan sampai di luar pulau. Padahal sang ayah biasanya enggan memberikan izin meski dengan embel-embel didampingi oleh keluarga.

"Yakin?" tanya Yashinta.

Setelah sang ayah dan ibunya mengangguk, barulah Yashinta percaya bahwa sang ayah memang benar-benar memberi izin. Keluarga kecil itu akhirnya bersama-sama menuju lobi rumah sakit untuk pulang ke kampung halaman Yashinta.

Setelah mobil yang membawa keluarganya pulang, Yashinta dan Danendra menuju mobil minibus yang berada di area parkir tidak jauh dari lobi rumah sakit. Ketika memasuki mobil, Bang Didi sudah berada di dalamnya.

Seperti biasa, keduanya duduk bersebelahan di kursi belakang. Yashinta yang mulai terbiasa memilih untuk mengecek keperluan untuk hari ini. Namun, ketika membuka beberapa aplikasi berita, sebuah tajuk berita menarik perhatiannya.

TERLALU LAMA JOMLO, ARTIS PENDATANG BARU BERINISAL DP DIKABARKAN TERLIBAT CINTA DENGAN SANG MANAJER

Judul itu dilampiri dengan sebuah foto dua orang lelaki yang. Sosok lelaki yang lebih tinggi sedang menerima suapan dari lelaki di hadapannya. Meski dengan wajah yang disamarkan, Yashinta mengenali kedua orang itu.

"Wah, Mas Dan sama Abang viral, nih!" ucap Yashinta sambil mengarahkan ponselnya ke Danendra dan berganti ke arah Bang Didi.

"Asem! Usil amat tangannya!" Bang Didi langsung membuka ponsel dan menghubungi seseorang.

"Mbak Yas, go public aja, yuk? Biar nggak usah main kucing-kucingan gini. Capek saya."

"Nggak mau. Nanti muncul headline news baru. Karena menghindari skandal, artis D membuat skenario baru dengan memacari asistem manajernya. Atau jangan-jangan nanti pas Abang rilis tanggal nikahnya malah dibilang pengalihan isu. Sama juga bohong."

"Iya, juga, ya? Susah amat jadi artis, ya?"

"Yang bilang mudah siapa? Cuma artis instan saja, muncul sekali, meledak, terus tenggelam. Harap bersabar, Mas. Ini ujian," ucap Yashinta sambil mengangkat tangannya yang menujukkan simbol hati dengan mempertemukan ibu jari dan jari telunjuknya.

🍂🍂🍂

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Luka Dan Perkara Cinta Diam-Diam
5490      2132     22     
Romance
Kenangan pahit yang menimpanya sewaktu kecil membuat Daniel haus akan kasih sayang. Ia tumbuh rapuh dan terus mendambakan cinta dari orang-orang sekitar. Maka, ketika Mara—sahabat perempuannya—menyatakan perasaan cinta, tanpa pikir panjang Daniel pun menerima. Sampai suatu saat, perasaan yang "salah" hadir di antara Daniel dan Mentari, adik dari sahabatnya sendiri. Keduanya pun menjalani h...
Cinta Semi
1714      762     2     
Romance
Ketika sahabat baik Deon menyarankannya berpacaran, Deon menolak mentah-mentah. Ada hal yang lebih penting daripada pacaran. Karena itulah dia belajar terus-menerus tanpa kenal lelah mengejar impiannya untuk menjadi seorang dokter. Sebuah ambisi yang tidak banyak orang tahu. Namun takdir berkata lain. Seorang gadis yang selalu tidur di perpustakaan menarik perhatiannya. Gadis misterius serta peny...
Aria's Faraway Neverland
3208      1014     4     
Fantasy
"Manusia adalah Tuhan bagi dunia mereka sendiri." Aria adalah gadis penyendiri berumur 7 tahun. Dia selalu percaya bahwa dia telah dikutuk dengan kutukan ketidakbahagiaan, karena dia merasa tidak bahagia sama sekali selama 7 tahun ini. Dia tinggal bersama kedua orangtua tirinya dan kakak kandungnya. Namun, dia hanya menyayangi kakak kandungnya saja. Aria selalu menjaga kakaknya karen...
A CHANCE
1394      648     1     
Romance
Nikah, yuk!" "Uhuk...Uhuk!" Leon tersedak minumannya sendiri. Retina hitamnya menatap tak percaya ke arah Caca. Nikah? Apa semudah itu dia mengajak orang untuk menikah? Leon melirik arlojinya, belum satu jam semenjak takdir mempertemukan mereka, tapi gadis di depannya ini sudah mengajaknya untuk menikah. "Benar-benar gila!" 📌📌📌 Menikah adalah bukti dari suatu kata cinta, men...
(Un)Dead
559      304     0     
Fan Fiction
"Wanita itu tidak mati biarpun ususnya terburai dan pria tadi一yang tubuhnya dilalap api一juga seperti itu," tukas Taehyung. Jungkook mengangguk setuju. "Mereka seperti tidak mereka sakit. Dan anehnya lagi, kenapa mereka mencoba menyerang kita?" "Oh ya ampun," kata Taehyung, seperti baru menyadari sesuatu. "Kalau dugaanku benar, maka kita sedang dalam bahaya besar." "...
AKSARA
4634      1771     3     
Romance
"Aksa, hidupmu masih panjang. Jangan terpaku pada duka yang menyakitkan. Tetaplah melangkah meski itu sulit. Tetaplah menjadi Aksa yang begitu aku cintai. Meski tempat kita nanti berbeda, aku tetap mencintai dan berdoa untukmu. Jangan bersedih, Aksa, ingatlah cintaku di atas sana tak akan pernah habis untukmu. Sebab, kamu adalah seseorang yang pertama dan terakhir yang menduduki singgasana hatiku...
Jelita's Brownies
3075      1320     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...
TO DO LIST CALON MANTU
1149      509     2     
Romance
Hubungan Seno dan Diadjeng hampir diujung tanduk. Ketika Seno mengajak Diadjeng memasuki jenjang yang lebih serius, Ibu Diadjeng berusaha meminta Seno menuruti prasyarat sebagai calon mantunya. Dengan segala usaha yang Seno miliki, ia berusaha menenuhi prasyarat dari Ibu Diadjeng. Kecuali satu prasyarat yang tidak ia penuhi, melepaskan Diadjeng bersama pria lain.
SEMPENA
2893      1037     0     
Fantasy
Menceritakan tentang seorang anak bernama Sempena yang harus meraih harapan dengan sihir-sihir serta keajaiban. Pada akhir cerita kalian akan dikejutkan atas semua perjalanan Sempena ini
Take It Or Leave It
4538      1642     2     
Romance
"Saya sadar...." Reyhan menarik napasnya sejenak, sungguh ia tidak menginginkan ini terjadi. "Untuk saat ini, saya memang belum bisa membuktikan keseriusan saya, Sya. Tapi, apa boleh saya meminta satu hal?" Reyhan diam, sengaja menggantungkan ucapannya, ia ingin mendengar suara gadis yang saat ini akhirnya bersedia bicara dengannya. Namun tak ada jawaban dari seberang sana, Aisyah sepertinya masi...