Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kau Tutup Mataku, Kuketuk Pintu Hatimu
MENU
About Us  

Jangan berucap jika berpotensi menyakiti.
Diam jauh lebih baik dibanding berbicara, tapi pedas.

Jangan membandingkan jika tak ingin dibandingkan.
Jangan mengusik jika tak ingin diusik.
Hidup sesederhana itu.

πŸ‚πŸ‚πŸ‚

 

Pendingin ruangan serasa tidak berfungsi. Yashinta yang mencoba tenang melihat keadaan idolanya yang terkapar justru banjir keringat. Di luar ia terlihat sangat tenang. Membantu Bang Didi mengurus Danendra dengan baik, tetapi tidak dengan jantungnya yang semakin berpacu.

Yashinta mengambil botol parfum dari tasnya dan menyemprotkan di sekitar sofa. Aroma segar langsung menyebar di ruangan itu. Bang Didi menoleh sebentar melihat apa yang dilakukan oleh Yashinta.

"Ndra, fokus dulu, ya? Di sini sudah nggak ada siapa-siapa. Hanya Abang dan Mbak Yas."

Sosok yang terbaring di sofa itu hanya mengerjap dengan sangat pelan seperti reka adegan slow motion. Merasa tidak ada respon yang baik, Yashinta beralih duduk di sisi kiri kepala Danendra.

"Boleh Yas coba, Bang?"

Bang Didi mengangguk dan memberikan kesempatan untuk Yashinta supaya lebih leluasa. Meski ini bukan yang pertama untuk Bang Didi, tetapi getaran ditangannya bisa menjadi bukti bahwa lelaki itu belum terbiasa dengan situasi yang seperti ini.

"Mas Dan, permisi, ya?" bisik Yashinta di telinga kiri Danendra. Ia lalu mulai menyeka keringat yang terus bercucuran. "Mas Dan tenang, nggak akan terjadi apa-apa. Mas Dan sadarin diri dulu, ya? Fokus. Bang Didi sudah panik bukan kepalang. Yas nggak tahu mau ngapain kalau Mas Dan seperti ini."

Yashinta terus saja mengajak bicara sosok di hadapannya. Sampai saat ia beralih mengusap tangan Danendra dengan handuk basah, tangan dalam genggamannya itu mulai bergerak.

Bang Didi yang sedari tadi berdiri sambil menggigit kuku ibu jarinya langsung mendekat. Ia melihat ke arah wajah Danendra. Mata yang tadinya hanya memandang satu titik kini mulai bergerak dan mengerjap lebih cepat.

"Mbak Yas, sudah cukup. Makasih," ujar Danendra sambil berusaha bangkit.

Bang Didi dengan sigap membantu dan menyandarkan Danendra pada punggung sofa. Helaan napas dari Yashinta dan Bang Didi terdengar keras. Yashinta langsung menumpukan kepalanya pada sofa dengan posisi masih bersimpuh.

"Bikin panik aja, Ndra. Masih pusing? Atau kita cancel saja untuk ke radio? Abang kasih kabar pihak radio, ya? Biar kamu bisa istirahat"

Danendra mengibaskan tangannya, "Nggak usah, ini sudah baikan. Sayang kalau dibatalin, Bang. Aku masih sanggup."

"Mas Dan saya keluar dulu, ya? Mas Dan di sini dulu sama Bang Didi."

Belum juga kedua lelaki itu menjawab pernyataan Yashinta, si gadis berambut cokelat itu sudah berdiri dan meninggalkan keduanya di ruangan itu. Sepeninggal Yashinta, Bang Didi tidak memulai percakapan apa-apa.

Ia paham bahwa lelaki yang sudah seperti adik itu sedang tidak baik-baik saja. dapat dilihat dari sikapnya yang masih terdiam dan hanya memandang satu titik. Bang Didi mengusap punggung Danendra.

"Jangan dipaksakan berdamai jika masih belum bisa. Sebab ikhlas itu tidak bisa dipaksakan. Lakukan, lalu lupakan. Kalau masih ingat, biarkan sampai kamu bisa lega ketika mengingatnya."

"Sulitnya ikhlas begitu, ya? Bukan hanya di bibir, tapi harus seluruh badan yang merasakannya," ucap Danendra sambil mengusap wajahnya.

"Begitulah. Dikata mudah, nyatanya sulit. Dikata sulit, tapi banyak yang lulus dalam tahap ini."

"Bang, sampai kapan?"

"Sampai kamu tidak takut dan justru tersenyum ketika mengingatnya."

"Yas kembali lagi."

Suara Yashinta terdengar dan membuat keduanya menoleh bersamaan. Gadis yang masih setia dengan rambut terurai itu membawa dua cup dengan tatakan yang dijinjing. Ia langsung meletakkan barang bawaannya di meja yang tersedia.

"Ini cokelat hangat buat Mas Dan dan Abang. Silakan diminum dulu. Lumayan buat bersantai sebelum ke lokasi berikutnya."

Kedua lelaki itu saling bertukar pandang lalu meraih cup yang ada dihadapannya itu. Mereka langsung meminumnya secara perlahan. Tampak bahu Bang Didi seperti merosot seiring dengan tegukan yang turun menjelajahi kerongkongannya.

Begitu juga dengan Danendra. Rona wajah yang tadinya pucat tampak lebih berwarna. Helaan napas lega juga membuat tingkat tekanan yang ada di pundaknya itu seperti hilang secara bertahan.

"Yas permisi siap-siap. Kalau sudah selesai nanti tinggal berangkat. Mas Dan nggak ingin melewatkan kesempatan menjadi tamu di stasiun radio 'kan?"

"Makasih Mbak Yas untuk minumannya. Nanti tagihannya biar diurus sama Bang Didi."

"Ah, iya. Nanti kirim saja akun dompet digitalnya. Biar saya isi sekaligus dengan kebutuhan mendadak lainnya. Nanti nggak harus nunggu saya lagi, ya?"

Yashinta mengacungkan jempolnya. Meski ia masih menyimpan tanya tentang keadaan sang idola, tetapi pekerjaannya harus selesai. Sikap profesional harus diterapkan, bedakan pekerjaan dan kebutuhan pribadi.

Diam-diam Yashinta yang membereskan isi tas dan beberapa barang bawaan Danendra memasang telinganya dengan baik. Ia mendengarkan potongan-potongan percakapan antara sang idola dan Bang Didi.

Sebagai penggemar setia, Yashinta memang tahu banyak tentang kehidupan Danendra. Tentang apa yang idolanya suka dan tidak suka. Tentang seluk-beluk keluarga dan kisah berhentinya Danendra dari dunia panahan.

Meski hanya sepenggal alasan, yaitu mengenai kesehatan. Yashinta menerima alasan tersebut. Bahkan setelah pernyataan mundur dari dunia panahan dan menghilang selama satu tahun, Yashinta sabar menunggu Danendra muncul kembali dengan pembawaan yang lebih dewasa.

"Ndra, obatnya jangan lupa tetap diminum. Apa semalam tidurmu nyenyak?"

"Nggak bisa, Bang."

"Masih suka mimpi buruk?"

Yashinta yang berada tak jauh dari sofa melihat Danendra mengangguk sambil meneguk cokelat hangat. Ia berfikir kembali. Mimpi apa yang membuat Danendra sampai tidak bisa tidur dengan nyenyak.

"Kalau kamu capek, kamu bosan, ingin jalan-jalan, lepas dari pantauan kamera yang nguntit kamu, bilang saja. Abang carikan hari untuk kamu istirahat."

"Memang Abang bersedia bayar denda karena melanggar kontrak?"

"Abang sih nggak sanggup, tapi kalau Mbak Dena pasti sanggup," ujar Bang Didi sambil mengacungkan dua jarinya membentuk huruf v.

"Nggak usah bawa-bawa orang rumah, Bang. Ada Abang, Pak Aji, ditambah Mbak Yas, itu sudah cukup buat dukung aku."

"Mbak Yas dengar? Siap jadi pendukunya Endra?"

Yashinta berbalik, ia mengangkat tangan dan meletakkan dekat pelipisnya. "Siap, laksanakan!"

"Tuh, pendukungmu sudah nambah lagi, Ndra."

"Nggak akan nambah, Bang. Saya pemain lama," ucap Yashinta sambil tersenyum lebar.

Kedua lelaki itu tertawa. Meski begitu, Yashinta yang melihat gelagat keduanya tidak serta merta percaya pada tawa keduanya. Ia lebih memilih menikmati senyum lebar dari Danendra.

Sosoknya masih sama, wajah dan senyumnya juga masih sama. Namun, sorot mata itu adalah sorot mata yang berbeda dengan Danendra sebelum dan sesudah ia berhenti dari dunia panahan.

Dia adalah dia, tapi berbeda. Nyatanya memang nggak mudah menjadi dirinya, batin Yashinta sambil sekali mencuri kesempatan untuk memandangi sang idola dan menatap tepat di manik matanya.

"Mbak Yas ada yang mau disampaikan?'

Mampuslah, pake acara ketahuan pula!

"Ng-ngak ada apa-apa, Mas. Ini masih beres-beres."

Jantung Yashinta seperti langsung melorot dan jatuh sampai telapak kakinya. Ingin rasanya ia tenggelam dan menghilang.

πŸ‚πŸ‚πŸ‚

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
I'm not the main character afterall!
1361      709     0     
Fantasy
Setelah terlahir kembali ke kota Feurst, Anna sama sekali tidak memiliki ingatan kehidupannya yang lama. Dia selama ini hanya didampingi Yinni, asisten dewa. Setelah Yinni berkata Anna bukanlah tokoh utama dalam cerita novel "Fanatizing you", Anna mencoba bersenang-senang dengan hidupnya tanpa memikirkan masalah apa-apa. Masalah muncul ketika kedua tokoh utama sering sekali terlibat dengan diri...
Lily
1925      874     4     
Romance
Apa kita harus percaya pada kesetiaan? Gumam Lily saat memandang papan nama bunga yang ada didepannya. Tertulis disana Bunga Lily biru melambangkan kesetiaan, kepercayaan, dan kepatuhan. Lily hanya mematung memandang dalam bunga biru yang ada didepannya tersebut.
IKAN HIU MAKAN BADAK! I LOVE YOU MENDADAK!
93      70     0     
Romance
Blurb : Arisha Cassandra, 25 tahun. Baru 3 bulan bekerja sebagai sekretaris, berjalan lancar. Anggap saja begitu.Β  Setiap pekerjaan, ia lakukan dengan sepenuh hati dan baik (bisa dibilang begitu).Β  Kevin Mahendra (34) sang bos, selalu baik kepadanya (walau terlihat seperti dipaksakan). Ia sendiri tidak mengerti, kenapa ia masih mempertahankan Arisha, sekretarisnya? Padahal, Arisha sa...
Aku Milikmu
2014      893     2     
Romance
Aku adalah seorang anak yang menerima hadiah terindah yang diberikan oleh Tuhan, namun dalam satu malam aku mengalami insiden yang sangat tidak masuk akal dan sangat menyakitkan dan setelah berusaha untuk berdamai masa lalu kembali untuk membuatku jatuh lagi dengan caranya yang kejam bisakah aku memilih antara cinta dan tujuan ?
Different World
991      505     0     
Fantasy
Melody, seorang gadis biasa yang terdampar di dunia yang tak dikenalnya. Berkutat dengan segala peraturan baru yang mengikat membuat kesehariannya penuh dengan tanda tanya. Hal yang paling diinginkannya setelah terdampar adalah kembali ke dunianya. Namun, ditengah usaha untuk kembali ia menguak rahasia antar dunia.
After Feeling
5871      1888     1     
Romance
Kanaya stres berat. Kehidupannya kacau gara-gara utang mantan ayah tirinya dan pinjaman online. Suatu malam, dia memutuskan untuk bunuh diri. Uang yang baru saja ia pinjam malah lenyap karena sebuah aplikasi penipuan. Saat dia sibuk berkutat dengan pikirannya, seorang pemuda misterius, Vincent Agnito tiba-tiba muncul, terlebih dia menggenggam sebilah pisau di tangannya lalu berkata ingin membunuh...
Salon & Me
4276      1328     11     
Humor
Salon adalah rumah kedua bagi gue. Ya bukan berarti gue biasa ngemper depan salon yah. Tapi karena dari kecil jaman ingus naek turun kaya harga saham sampe sekarang ketika tau bedanya ngutang pinjol sama paylater, nyalon tuh udah kaya rutinitas dan mirip rukun iman buat gue. Yang mana kalo gue gak nyalon tiap minggu rasanya mirip kaya gue gak ikut salat jumat eh salat ied. Dalam buku ini, udah...
Call Kinna
6927      2225     1     
Romance
Bagi Sakalla Hanggra Tanubradja (Kalla), sahabatnya yang bernama Kinnanthi Anggun Prameswari (Kinna) tidak lebih dari cewek jadi-jadian, si tomboy yang galak nan sangar. Punya badan macem triplek yang nggak ada seksinya sama sekali walau umur sudah 26. Hobi ngiler. Bakat memasak nol besar. Jauh sekali dari kriteria istri idaman. Ibarat langit dan bumi: Kalla si cowok handsome, rich, most wante...
Listen To My HeartBeat
583      354     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...
HIRAETH
504      348     0     
Fantasy
Antares tahu bahwa Nathalie tidak akan bisa menjadi rumahnya. Sebagai seorang nephilim─separuh manusia dan malaikat─kutukan dan ketakutan terus menghantuinya setiap hari. Antares mempertaruhkan seluruh dirinya meskipun musibah akan datang. Ketika saat itu tiba, Antares harap ia telah cukup kuat untuk melindungi Nathalie. Gadis yang Antares cintai secara sepihak, satu-satunya dalam kehidupa...