Loading...
Logo TinLit
Read Story - Lazy Boy
MENU
About Us  

Ayahnya Ray menurunkanku tepat di depan rumah. Padahal aku sudah bilang kalau cukup sampai di pintu masuk gang. Meskipun gang masuk menuju rumah masih muat untuk dilalui dua mobil, tetap saja aku merasa kalau diriku merepotkan. Sudah dikasih makan gratis, diantar pula. Aku pun bukan orang terdekatnya Ray.

 

Benar kata Ray waktu Ustazah Nuri tanya. Dia nggak kenal-kenal banget sama aku. Lebih tepatnya kita nggak dekat-dekat banget. Ray berbuat baik, karena dia meminta imbalan. Hubungan kami kan simbiosis mutualisme.

 

"Makasih, Om, atas makan enaknya. Saya jadi merepotkan sampai diantar ke depan rumah." Aku sedikit menunduk supaya bisa melihat wajah ayahnya Ray.

 

"Emang ngerepotin lo!" teriak Ray dari bangku belakang. Padahal sewaktu aku turun, kedua matanya terpejam.

 

"Ray!" Ayahnya Ray memelototinya. "Sama-sama. Mudah-mudahan Ray belajar bareng sama kamu bisa ngebuat dia jadi rajin. Salam buat orangtua kamu."

 

Aku membuka pagar setinggi tubuhku. Masih belum dikunci, artinya Mama sama Papa belum tidur.

 

Aku sempat melongok ke rumah samping, rumah Dayana. Sudah sepi. Biasanya setelah magrib, keponakannya masih bermain di teras. Rumah Dayana terdiri dari satu rumah besar dan satunya lagi rumah kecil ditempati kakaknya yang sudah menikah.

 

Ah, itu artinya sudah malam banget. Aku membuka ransel dan mengambil ponsel. Wah, ternyata mati! Aku baru sadar, semenjak ekskul aku sama sekali enggak melihat ponsel, karena kuletakkan di dalam tas. Lalu tasnya ada di loker.

 

Aku lupa mengabari Mama dan Papa. Aduh, bisa dimarahi nih, karena pulang malam. Saat aku mendongak, Papa sudah berdiri di depan pintu. Wajahnya disinari sinar kuning dari lampu teras, suara gemerisik dedaunan pohon mangga yang diembuskan angin, makin membuat suasana mencekam.

 

"Kok baru pulang? HP-nya juga enggak aktif." Papa menyilangkan kedua tangannya.

 

"I—itu, Pa. HP-nya mati. Habis ekskul tadi diajak ayahnya temen makan di luar. Tadi dianterin sampe depan rumah."

 

"Pantesan. Biasanya kalau ngaji sama belajar kelompok, Adek nggak pulang semalam ini. Ya udah, cepetan tidur."

 

Aku memang mengaku kepada Papa belajar kelompok saat les bahasa Jerman dengan Om Brian.

 

"Mama udah tidur?"

 

"Barusan aja tidur."

 

Aku segera masuk ke dalam kamar saat Papa mengunci pagar. Ini salah satu penyebab aku nggak punya banyak teman. Aku nggak diperbolehkan pulang malam. Batasnya magrib sudah di rumah. Biasanya kalau les sama Om Brian, aku sampai rumah paling lambat jam tujuh. Namun Papa memaklumi, karena alasannya belajar. Aku juga meminta Ray untuk menurunkanku di depan gang. Bisa-bisa Ray dituduh sebagai pacarku.

 

Anak-anak Russelia terkadang suka berpergian saat weekend, seperti nonton bioskop, ke villa di puncak, pesta ulang tahun, atau nge-mal. Apalagi macam anak-anak populer seperti Davina and the gank. Jadi aku nggak pernah bisa datang ke perkumpulan kalau pun diundang, karena acaranya sering sampai malam.

 

Lagi pula sih aku juga jarang diundang. Mungkin karena aku lebih sering menolak. Terus aku juga suka dituduh sombong. Jarang bergaul. Padahal sebenarnya aku takut nggak bisa memberikan kado yang mahal untuk hadiah ulang tahun. Aku nggak bisa mentraktir balik makanan mahal.

 

Sudahlah, aku terlalu mengantuk untuk memikirkannya.

 

***

 

"Ada apa sih?" tanyaku kepada Emma yang sudah datang terlebih dahulu.

 

Aku melihat tadi tempat dudukku ramai dengan orang. Mereka mengelilingi Carissa dan Rania. Lalu Emma yang duduk sebangku denganku ikut nimbrung dengan memosisikan kursinya menghadap ke belakang. Kemudian mereka bubar saat melihat kedatanganku.

 

"Rania sama Carissa ngajak belajar bareng buat persiapan ujian," jawab Emma.

 

"Oh."

 

Mereka sudah terkenal suka belajar kelompok bersama dari beberapa bulan sebelum ujian. Memang sih tadi yang duduk-duduk di sini semuanya yang memiliki nilai bagus. Termasuk Davina. Dia yang menyuruh teman-teman untuk bubar saat aku datang. Davina termasuk murid yang pintar, ya walaupun nggak pintar-pintar banget. Agak nggak ikhlas nih ngomongnya.

 

"Di mana?" tanyaku.

 

"Di Starbucks. Kamu mau ikut?" tanyanya balik.

 

Hah? Starbucks? Nggak deh, terima kasih. Kenapa nggak di rumah saja sih?

 

"Tapi itu buat minggu ini. Itu Davina yang usul. Minggu depan di rumahnya Carissa. Davina nggak ikut soalnya dia mau ada persiapan olimpiade sama Mrs. Shelly," imbuh Emma.

 

Kemudian Emma menengok ke arah belakang. "Eh, kalau minggu depan Kinan ikut belajar bareng, boleh nggak?"

 

Aku melirik sedikit dan melihat wajah Carissa dan Rania yang kebingungan. Mereka saling berpandangan. Mimik wajah mereka seperti tersenyum, tapi dipaksakan.

 

"Nggak usah, nggak apa-apa. Aku udah ada jadwal belajar sama yang lain kok." Aku memegang bahu Emma sambil tersenyum.

 

Aku enggak perlu mendengar alasan Carissa atau Rania yang dibuat-buat untuk sekadar menolakku. Mereka agak selektif untuk merekrut teman belajar di kelompoknya. Sebetulnya aku masuk kriteria mereka, kalau melihat nilaiku. Hanya saja mereka menempatkanku sebagai rakyat jelata semenjak aku kalah olimpiade. Lagi pula selama ini ada Davina di kelompok belajar mereka. Pasti mereka nggak berani mengajakku.

 

Sewaktu aku beranjak dari kursi untuk ke kelas Dayana, aku sempat mendengar Carissa berbicara kepada Emma. "Kamu kenapa selalu ngajak Kinan? Kita kan nggak enak nolaknya. Nanti kalau dia berantem sama Davina, gimana?"

 

Bullshit! Davina minggu depan nggak bisa ikut, kata Emma tadi. Aku tahu Emma pengertian. Dia mengajakku tepat saat Davina nggak bisa dan bertempat di rumah, bukan cafe mahal.

 

Sisa waktu sebelum bel masuk masih seperempat jam lagi. Lebih baik aku pergi ke kelas Dayana. Padahal tadinya aku mau mengerjakan soal-soal latihan Chemistry.

 

Saat aku melongok, Dayana sedang mengobrol dengan anggota choir yang mengelilinginya. Mereka memang terkenal solid. Dayana cukup populer di antara mereka.

 

"Sini!" panggil Dayana saat melihatku.

 

Dia pasti tahu kalau aku ke kelas, artinya aku sedang ada masalah di kelas.

 

"Duduk di sini aja dulu. Gamal belum datang." Dayana menunjuk ke tempat duduk di samping Ray.

 

Aku melihat Ray sedang menikmati aktivitas favoritnya. Tidur. Wajahnya menghadap ke dinding kelas. Tangannya menjulur di atas meja.

 

Aku pun iseng mengambil pulpen yang tergeletak di atas meja dan memukulkannya ke kepala Ray.

 

"Arrgghh! Kampreto! Siapa sih?" gerutunya.

 

Dia menatapku kesal ketika menengok dan mendapati diriku yang sedang menyengir lebar.

 

"Lagian lo pagi-pagi tidur. Rejekinya dipatok ayam lho," sahutku.

 

"Lo emak gue?" sindirnya. Kemudian dia tertidur lagi. Kali ini wajahnya menghadap ke bawah meja.

 

"Eh, weekend nanti kita mau jalan-jalan ke Bandung. Mau ikut, nggak?" tanya Dayana yang menengok ke belakang. "Kinan boleh ikut, kan?" Dayana menatap anak-anak choir satu persatu.

 

Jelas sekali dari raut wajah mereka. Mereka mengangguk hanya karena merasa nggak enak menolak usulan Dayana.

 

Dulu Dayana pernah mengajakku ke pesta ulang tahun salah satu anggota choir. Terus aku mendengar seorang cewek menggerutu, "Kenapa sih Dayana ngajak Kinan? Gue agak males sama dia. Sok pinter orangnya. Belagu. Beda banget sama Dayana. Kok mau ya Dayana temenan sama orang kayak gitu?"

 

"Weekend gue ada acara. Belajar bareng." Aku nggak bohong kok ada acara. Cuma acaranya kursus ngaji sama kerja di cafe.

 

"Ah, lo mah jangan belajar mulu! Sekali-kali refreshing. Ayo kek, ikut!" rengek Dayana.

 

Aku hanya menggeleng sambil tersenyum. Ketika aku menengok ke samping, Ray menatapku dengan posisi kepalanya masih di atas meja.

 

"Kenapa?" tanyaku.

 

"Nggak." Lalu dia menenggelamkan kembali wajahnya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Gantung
780      497     0     
Romance
Tiga tahun yang lalu Rania dan Baskara hampir jadian. Well, paling tidak itulah yang Rania pikirkan akan terjadi sebelum Baskara tiba-tiba menjauhinya! Tanpa kata. Tanpa sebab. Baskara mendadak berubah menjadi sosok asing yang dingin dan tidak terjamah. Hanya kenangan-kenangan manis di bawah rintik hujan yang menjadi tali penggantung harapannya--yang digenggamnya erat sampai tangannya terasa saki...
Luka di Atas Luka
447      299     0     
Short Story
DO NOT COPY MY STORY THANKS.
My Universe 1
4211      1355     3     
Romance
Ini adalah kisah tentang dua sejoli Bintang dan Senja versiku.... Bintang, gadis polos yang hadir dalam kehidupan Senja, lelaki yang trauma akan sebuah hubungan dan menutup hatinya. Senja juga bermasalah dengan Embun, adik tiri yang begitu mencintainya.. Happy Reading :)
WALK AMONG THE DARK
806      445     8     
Short Story
Lidya mungkin terlihat seperti gadis remaja biasa. Berangkat ke sekolah dan pulang ketika senja adalah kegiatannya sehari-hari. Namun ternyata, sebuah pekerjaan kelam menantinya ketika malam tiba. Ialah salah satu pelaku dari kasus menghilangnya para anak yatim di kota X. Sembari menahan rasa sakit dan perasaan berdosa, ia mulai tenggelam ke dalam kegelapan, menunggu sebuah cahaya datang untuk me...
29.02
440      235     1     
Short Story
Kau menghancurkan penantian kita. Penantian yang akhirnya terasa sia-sia Tak peduli sebesar apa harapan yang aku miliki. Akan selalu kunanti dua puluh sembilan Februari
BOOK OF POEM
2227      738     2     
Romance
Puisi- puisi ini dibuat langsung oleh penulis, ada beragam rasa didalamnya. Semoga apa yang tertuliskan nanti bisa tersampaikan. semoga yang membaca nanti bisa merasakan emosinya, semoga kata- kata yang ada berubah menjadi ilustrasi suara. yang berkenan untuk membantu menjadi voice over / dubber bisa DM on instagram @distorsi.kata dilarang untuk melakukan segala jenis plagiarism.
Titisan Iblis
283      226     0     
Romance
Jika suatu saat aku mati, aku hanya ingin bersamamu, Ali .... Jangan pernah pergi meninggalkanku..... "Layla "
Baret,Karena Ialah Kita Bersatu
727      434     0     
Short Story
Ini adalah sebuah kisah yang menceritakan perjuangan Kartika dan Damar untuk menjadi abdi negara yang memberi mereka kesempatan untuk mengenakan baret kebanggaan dan idaman banyak orang.Setelah memutuskan untuk menjalani kehidupan masing - masing,mereka kembali di pertemukan oleh takdir melalui kesatuan yang kemudian juga menyatukan mereka kembali.Karena baret itulah,mereka bersatu.
Dessert
1037      544     2     
Romance
Bagi Daisy perselingkuhan adalah kesalahan mutlak tak termaafkan. Dia mengutuk siapapun yang melakukannya. Termasuk jika kekasihnya Rama melakukan penghianatan. Namun dia tidak pernah menyadari bahwa sang editor yang lugas dan pandai berteman justru berpotensi merusak hubungannya. Bagaimana jika sebuah penghianatan tanpa Daisy sadari sedang dia lakukan. Apakah hubungannya dengan Rama akan terus b...
A CHANCE
1885      849     1     
Romance
Nikah, yuk!" "Uhuk...Uhuk!" Leon tersedak minumannya sendiri. Retina hitamnya menatap tak percaya ke arah Caca. Nikah? Apa semudah itu dia mengajak orang untuk menikah? Leon melirik arlojinya, belum satu jam semenjak takdir mempertemukan mereka, tapi gadis di depannya ini sudah mengajaknya untuk menikah. "Benar-benar gila!" 📌📌📌 Menikah adalah bukti dari suatu kata cinta, men...