Read More >>"> LUKA TANPA ASA (19| Penyelamatan Hana) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - LUKA TANPA ASA
MENU
About Us  

Peringatan

Adegan ini mengandung fiksi semata. Mohon tidak untuk ditiru. Disarankan bijak dalam membaca. Terima kasih🙏🙂

 

Ingin sekali aku segera bertemu dengan kak Haru. Padahal baru saja berpisah sebentar. Tapi rasanya sudah rindu saja. Entah kenapa rasanya kak Haru membuat hatiku selalu berdebar-debar tanpa alasan yang jelas. Terkadang dia membuat hatiku senang. Terkadang dia membuatku merasa khawatir dan sedih dibuatnya. Marah ku pun terkadang juga karenanya.

Apakah pantas jika seorang adik merasakan perasaan yang berbeda pada kakaknya? Seharusnya hatiku tidak boleh untuk tidak terkendali seperti ini. Aku penasaran kenapa kak Haru memintaku untuk menemuinya sendirian. Apakah dia ingin menyatakan cintanya padaku? Aih, pikiranku terlalu jauh!


Ku berlari-lari kecil menuju belakang sekolah hingga nafas tidak beraturan. ‘Sepertinya aku kurang berolahraga,’ pikirku di sela-sela berlari. Sesampainya disana, aku dikejutkan dengan kehadiran segerombol cowok yang masing-masing membawa balok kayu.

Ku mundurkan langkahku perlahan. Terdengar suara gemerisik di belakang. Aku pun berbalik. Rupanya ada beberapa cowok lainnya yang membawa balok kayu juga menahan kepergianku disana. Apa ini disengaja? Tetapi aku merasa tidak pernah memiliki masalah dengan mereka.


“Halo, cantik! Kita bertemu lagi,” salah seorang di antara mereka berhadapan denganku. Aku sedikit mengingatnya. Dia kan kakak kelas yang dulu merokok bersama kak Haru. “Kamu masih mengingatku?” tanyanya sambil tersenyum.


“Iya. Kakak kan yang dulu ingin mengajakku bermain, tetapi kak Haru tidak membolehkan kakak untuk pergi membawaku kan?”


Entah kenapa kakak kelas ini tertawa terbahak-bahak saat mendengar ucapanku. Teman-temannya juga ikut-ikutan tertawa. Aku tidak tahu apakah ada yang salah dengan ucapanku. Kakak kelas itu berhenti tertawa dan memegang lengan kiri ku.


“Panggil saja aku kak Rudi. Aku memang ingin sekali mengajakmu bermain. Tetapi Haru menyebalkan itu malah menghalangiku.”


Ku lepaskan lenganku darinya. Dia tidak bisa seenaknya menyentuhku seperti itu.
“Menyebalkan? Kak Haru tidak menyebalkan!” ujarku kemudian. Namun seruanku itu membuat kak Rudi melihatku dengan tatapan tajam.


“Kamu tahu apa tentang dia? Baru ajah kamu mengenalnya. Eh, sudah belagu seperti sudah seratus tahun kamu mengenalnya. Kami ini sahabat dia yang sebenarnya! Kami sangat tahu dia begitu dibenci oleh ayahnya. Kami memberikannya begitu banyak saudara disini untuk lari dari masalahnya dengan menemukan kesenangannya bersama kami. Jadi kamu jangan sok tahu tentang dirinya.”


Aku pun tertawa menyindirnya.


“Apa yang kak Rudi tahu tentang kak Haru?”


“Apa kamu bilang?!”


“Sahabat kak Haru adalah Zeno, Eldo, Iwan, dan Ridwan. Aku memang tidak pernah tahu sebelumnya jika kak Rudi yang selalu ada bersama dengan kak Haru di saat dia mengalami kesulitan. Aku sangat berterima kasih. Tetapi aku ingin mengatakannya juga. Kalau kak Rudi dan teman-teman lainnya adalah teman yang baik untuk kak Haru, kalian tidak mungkin membantunya untuk lari dari masalah. Karena sejauh apapun kak Haru berlari, dia akan tetap menemukan masalah yang sama lagi. Bukankah menghadapinya adalah jalan yang paling mudah? Walaupun rintangan yang dijalani begitu sulit, tetapi pasti dia akan menemukan jalan keluarnya. Sekarang kak Haru sudah menemukan jalan keluarnya. Seharusnya kak Rudi juga turut senang kan?”


Hening. Aku kira kak Rudi bisa menerima pendapatku, tetapi aku merasakan kemarahan yang memuncak yang ada pada dirinya. Dia meremas kedua pundakku sampai sakit rasanya. Aku pun meringis kesakitan.


“Jadi benar apa kata dia kalau kamu yang selama ini menghasut Haru untuk meninggalkan kami?!”


“Dia? Dia itu siapa ya, kak?”


“Ckckck...okeh lupakan Haru! Aku juga mendengar banyak tentangmu.”


“Tentangku?”


“Ya! Tentang rambutmu yang berwarna seperti nenek tua itu dan pembulian di sekolahmu sebelumnya.”


Aku pun terkejut mendengarnya.


“Aa.. tidak! Aku tidak pernah dibuli di..,”


“Dibuli di sekolah. Disiksa oleh ayahmu sendiri di rumah. Ckck.. kasihan sekali ya.”


Wajahku langsung menunduk. Jujur, kini aku agak sedikit ketakutan karena luka lama terbuka kembali. Siapa orang yang menceritakan kisah itu padanya? Nggak mungkin kak Haru kan? Ataukah...


“Betapa tidak beruntungnya Haru memiliki adik tiri sepertimu. Bagaimana rasanya dipukuli, hah? Enak? Ataukah.. sudah mati rasa?”


Glek! Aku menelan ludah sesaat. Kenapa kak Rudi bisa mengetahui masa laluku sebanyak itu. Disini aku hanya menceritakan kisah itu pada tiga orang. Ibu, kak Haru, dan Zuna. Tetapi kalau orang itu adalah Zuna.. itu tidaklah mungkin!!! Zuna adalah sahabat terdekatku. Dia tidak mungkin melakukan hal semacam ini.


“Hee.. kenapa diam? Punya mulut nggak?!”


Diriku mencoba menahan tubuhku yang mulai bergetar. Aku begitu ketakutan berhadapan dengannya. Ku coba untuk menatapnya lagi, walaupun dengan wajah ketakutan sekalipun. Sepertinya kak Rudi tahu akan ketakutanku, dia tertawa lagi.


“Si.. siapa..?”


“Apanya?!”


“Siapa yang memberitahumu? Kak Haru atau..,”


“Peduli setan siapa dia! Hmm.. tapi kalau aku bilang dia adalah kakakmu tersayang, bagaimana? Apakah kamu sudah bisa merasakan rasa sakit yang sebenarnya.”


Jantungku berdegup kencang. Hampir saja aku mempercayai kata-katanya. Kak Haru tidak mungkin melakukan semua ini kepadaku. Aku pun berjongkok dan menutup wajah sembari mengusap air mata yang kian meleleh.


“Aish! Malah nangis! Teman-teman, kita hajar ajah dia langsung,” komando kak Rudi membuat semua temannya dari bagian depan dan belakangku segera melingkariku. Ku dongakkan kepala. Mereka sudah siap dengan balok kayu yang mereka pegang. Aku tahu apa yang ingin mereka lakukan. Aku pun berusaha untuk berdiri tegar sambil memeluk erat tas ransel kak Haru.

“Kenapa kak Rudi melakukan ini padaku? Apakah kak Haru yang menyuruh kalian?” tanyaku lagi. Kak Rudi menghela nafas panjang.


“Kakean cangkem arek iki! (Banyak bicara anak ini!) Kita lihat apakah tubuhmu memang mati rasa atau tidak. Hajar, bro!!!” balok kayu yang mereka bawa masing-masing langsung dihantamkan ke tubuhku secara bersamaan.


“AAAAAA.... TIDAAKKK!!!! KAK HARUUU!!!!” sebuah balok kayu juga menghantam tengkuk leherku yang membuat pandanganku kian kabur dan menghitam.


***


Haru berjalan bersama teman-teman satu band-nya ke arah tempat parkir. Belum sampai disana, mereka melihat Reta dan Kusniyah sedang berjalan tergesa-gesa dengan pak satpam. Zeno menyuruh teman-temannya untuk menghentikan langkahnya. Reta menunjuk ke arah mereka dan ketiganya berlari menghampiri Zeno.


“Kenapa kalian seperti panik gitu sih?” tanya Zeno. Dia mencari sosok Hana di antara mereka. Namun Hana tidak sedang bersama mereka. “Pak, teman-teman saya kenapa pak?” pertanyaan Zeno membuat Kusniyah menangis secara tiba-tiba.


“Seharusnya aku tidak membiarkannya pergi sendirian.”


“Udah, Kus, tenang dulu. Hana pasti baik-baik saja,” ucap Reta mencoba menenangkannya. Haru mendekati Reta dan segera meminta penjelasan darinya.


“Ada apa dengan Hana?”


“Seharusnya aku yang tanya begitu sama kamu. Bukannya tadi kamu memintanya untuk bertemu di belakang sekolah?! Mana?! Mana, dia sekarang?!!” Reta menarik kerah Haru kuat-kuat. Haru mengernyitkan dahinya dengan kebingungan. Ridwan mencoba memisahkan mereka berdua.


“Reta, sedari tadi Haru di ruang studio bersama kami. Dia nggak mungkin memiliki janji untuk bertemu dengan Hana disana,” ucapan Zeno membuat Reta dan Kusniyah saling pandang.


“Tapi tadi Zuna bilang..,” belum sempat selesai berbicara, Haru merasakan bahwa Hana berada dalam bahaya. Apalagi kalau sampai berkaitan dengan Zuna dan tempat belakang sekolah. Membayangkannya saja sudah membuatnya begitu takut akan terjadi apa-apa pada adik tirinya itu. Haru segera berbalik pergi. Pak satpam dan teman-temannya pun segera mengikutinya juga. Mereka semua berlari kencang menuju halaman belakang sekolah.

Hampir saja sampai disana, langkah Haru terhenti saat mendengar suara teriakan perempuan memanggil namanya. ‘Brengsek!’ pikirnya. Kemudian dia berlari lagi dan menemukan pemandangan yang menyakitkan. Hana yang sudah terbaring tidak berdaya di tanah sedang dipukuli oleh Rudi dan teman-temannya dengan balok kayu. Haru segera mendorong dan menghantam pelipis mereka semua. Ia menyuruh mereka untuk berhenti. Namun mereka tidak kunjung berhenti. Mereka hanya mengikuti perintah dari Rudi yang dengan santainya mengamati pemandangan itu.


Terdengar suara peluit yang nyaring di telinga. Rudi terkejut saat melihat kedatangan pak satpam, Reta, Kusniyah, dan teman-teman band Haru. Teman-teman Rudi berhenti memukul dan segera berhamburan untuk kabur.

Zeno dan ketiga temannya merasa tidak terima dengan apa yang dilakukan siswa-siswa berandal itu. Mereka segera memukuli para remaja liar itu habis-habisan. Haru juga menghadang Rudi yang hendak kabur dan menghantamnya juga. Sementara Reta dan Kusniyah segera menolong Hana yang masih tidak sadarkan diri.


“DASAR BRENGSEK! SUDAH GILA YA KAMU?!! Dia itu perempuan! NGGAK PUNYA HATI!!!!” Zeno menghantam tinjunya bertubi-tubi di wajah Rudi. Walaupun sudah berdarah-darah, Rudi tetap tergelak. “SAKIT LO!” satu hantaman lagi yang pada akhirnya membuat Rudi oleng dan hilang kesadaran. Sebagian dari mereka ada yang kabur, namun ada juga yang sudah tertangkap dan memohon ampun. Haru tidak mempedulikan Rudi dan yang lainnya. Ia segera menghampiri Hana dan berusaha menyadarkannya. Saat melihat lebam-lebam di sekujur tubuhnya membuat hatinya semakin sakit.

“Haru, kita harus membawanya ke rumah sakit!” tegas Reta. Kusniyah masih menangis sesenggukkan. Pak satpam melihat kondisi Hana yang sudah tidak sadarkan diri. Beliau pun berinisiatif untuk membawa Hana ke rumah sakit dengan mobil milik sekolah.

Pak satpam meminta Haru untuk tetap tinggal nantinya di sekolah untuk dimintai keterangan oleh pihak sekolah. Mau tidak mau kejadian ini juga harus diketahui oleh mereka. Karena kejadian ini berada di area sekolah, maka pihak sekolah juga masih harus bertanggungjawab dengan apa yang terjadi dengan para siswanya. Dengan segera Haru menggendong Hana sampai masuk ke dalam mobil. Dia mengikuti saran pak satpam untuk menjadi saksi atas penyiksaan yang terjadi pada Hana.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Secret Love
301      194     3     
Romance
Cerita ini bukan sekedar, cerita sepasang remaja yang menjalin kasih dan berujung bahagia. Cerita ini menceritakan tentang orang tua, kekasih, sahabat, rahasia dan air mata. Pertemuan Leea dengan Feree, membuat Leea melupakan masalah dalam hidupnya. Feree, lelaki itu mampu mengembalikan senyum Leea yang hilang. Leea senang, hidup nya tak lagi sendiri, ada Feree yang mengisi hari-harinya. Sa...
Kenangan Terakhir Bersama Seorang Sahabat
846      496     2     
Short Story
Kisah ini mengingatkanku, ketika kita pertama kali bertemu denganmu. tapi pada akhirnya kau...
Sekotor itukah Aku
343      257     4     
Romance
Dia Zahra Affianisha, Mereka memanggil nya dengan panggilan Zahra. Tak seperti namanya yang memiliki arti yang indah dan sebuah pengharapan, Zahra justru menjadi sebaliknya. Ia adalah gadis yang cantik, dengan tubuh sempurna dan kulit tubuh yang lembut menjadi perpaduan yang selalu membuat iri orang. Bahkan dengan keadaan fisik yang sempurna dan di tambah terlahir dari keluarga yang kaya sert...
Stuck On You
286      231     0     
Romance
Romance-Teen Fiction Kisah seorang Gadis remaja bernama Adhara atau Yang biasa di panggil Dhara yang harus menerima sakitnya patah hati saat sang kekasih Alvian Memutuskan hubungannya yang sudah berjalan hampir 2 tahun dengan alasan yang sangat Konyol. Namun seiring berjalannya waktu,Adhara perlahan-lahan mulai menghapus nama Alvian dari hatinya walaupun itu susah karena Alvian sudah memb...
Anything For You
2959      1186     4     
Humor
Pacar boleh cantik! Tapi kalau nyebelin, suka bikin susah, terus seenaknya! Mana betah coba? Tapi, semua ini Gue lakukan demi dia. Demi gadis yang sangat manis. Gue tahu bersamanya sulit dan mengesalkan, tapi akan lebih menderita lagi jika tidak bersamanya. "Edgar!!! Beliin susu." "Susu apa?' "Susu beruang!" "Tapi, kan kamu alergi susu sayang." &...
Sebuah Jawaban
365      258     2     
Short Story
Aku hanya seorang gadis yang terjebak dalam sebuah luka yang kuciptakan sendiri. Sayangnya perasaan ini terlalu menyenangkan sekaligus menyesakkan. "Jika kau hanya main-main, sebaiknya sudahi saja." Aku perlu jawaban untuk semua perlakuannya padaku.
Unsuitable
1136      516     6     
Romance
Bagi Arin tak pernah terpikirkan sekalipun bersekolah dalam jerat kasus tak benar yang menganggapnya sebagai pelacur. Sedangkan bagi Bima, rasanya tak mungkin menemukan seseorang yang mau membantunya keluar dari jerat tuduhan yang telah lama menimpanya. Disaat seluruh orang memilih pergi menjauh dari Bima dan Arin, tapi dua manusia itu justru sebaliknya. Arin dan Bima dipertemukan karena...
DREAM
643      404     1     
Romance
Bagaimana jadinya jika seorang pembenci matematika bertemu dengan seorang penggila matematika? Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah ia akan menerima tantangan dari orang itu? Inilah kisahnya. Tentang mereka yang bermimpi dan tentang semuanya.
Potongan kertas
696      333     3     
Fan Fiction
"Apa sih perasaan ha?!" "Banyak lah. Perasaan terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, terhadap orang, termasuk terhadap lo Nayya." Sejak saat itu, Dhala tidak pernah dan tidak ingin membuka hati untuk siapapun. Katanya sih, susah muve on, hha, memang, gegayaan sekali dia seperti anak muda. Memang anak muda, lebih tepatnya remaja yang terus dikejar untuk dewasa, tanpa adanya perhatian or...
When I Found You
2668      884     3     
Romance
"Jika ada makhluk yang bertolak belakang dan kontras dengan laki-laki, itulah perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menaklukan hati hanya dengan sebuah senyuman, itulah perempuan." Andra Samudra sudah meyakinkan dirinya tidak akan pernah tertarik dengan Caitlin Zhefania, Perempuan yang sangat menyebalkan bahkan di saat mereka belum saling mengenal. Namun ketidak tertarikan anta...