Loading...
Logo TinLit
Read Story - LUKA TANPA ASA
MENU
About Us  

Pada saat jam istirahat tiba, aku bergegas pergi ke toilet. Setelah selesai, aku berjalan menyusuri lorong sekolah. Tidak kusangka ternyata beberapa bulan sudah berlalu. Aku menjadi betah bersekolah disini. Memiliki teman-teman dan sahabat yang baik merupakan mimpi yang ternyata sekarang dapat kugapai. Aku merasa bersyukur atas semua ini. Kuputuskan untuk duduk di depan lapangan basket. Beberapa siswa sedang bermain basket disana. Aku melihat cara mereka bermain basket dengan menggunakan berbagai teknik. Sungguh menarik sekali. Di tengah menikmati permainan basket mereka, aku melihat kak Haru yang juga bermain basket dengan mereka. Aku melihat bagaimana unggulnya dia dalam bermain basket dan berakhir memasukkan bola ke dalam ring. Tepukan tangan beberapa orang yang sedang menonton juga langsung menyadarkanku. Tidak lagi ku lihat kak Haru disana. Aku mengucek-ucek mata barangkali ada yang salah dengan pandanganku. Ku sipitkan mata. Aih, aku tidak menemukan keberadaannya disana. Sepertinya aku baru saja menghkhayal.

“Hey, lagi apa disini?” tepukan seseorang di punggungku agak mengagetkanku. Aku menoleh. Zeno duduk di sebelahku. Aku pun tersenyum melihat kehadirannya. Kami berdua melihat permainan basket bersama. Dengan masih menonton permainan basket, Zeno bertanya lagi, “Kamu sudah merasa nyaman bersekolah disini?”

“Saya merasa senang karena memiliki teman-teman yang baik disini. Hanya saja terkadang saya masih kurang bisa mengikuti mata pelajaran.”

“Emm.. kalau begitu kita harus sering-sering belajar bersama untuk membahasnya.”

Aku memandangi Zeno lama sambil menyunggingkan senyum.

“Terima kasih ya, Zen. Kamu selalu membantu saya.”

“Sama-sama. Lagian sesama teman kan harus saling membantu,” ucap Zeno agak salah tingkah. Ia terkekeh sesaat. Tiba-tiba aku mendengar seseorang meneriakkan namaku dari kejauhan. Rupanya Reta dan Kusniyah berlari-lari kecil menghampiri ke arahku. Sesampainya di dekatku, mereka mencoba mengatur nafas.

“Reta dan Kusniyah.. eeng, kenapa lari-lari begitu?” tanyaku. Mereka tidak menjawab karena kehabisan nafas. Tak lama setelah dirasa sudah bisa bernafas dengan normal, Reta mengguncang-guncang pundakku.

“Han, sudah beberapa hari ini setiap jam istirahat tiba, Zuna menghilang.”

Aku terkejut mendengarnya, sedangkan Zeno malah tertawa.

Ia berujar, “Heh, kamu kira bagaimana dengan Hana? Bukankah ia juga selalu menghilang dari kalian seperti sekarang? Biasa ajah kali, nggak usah lebay.”

“Ya beda lah! Hana kan kalau pergi selalu mengekor sama Haru! Makanya kita udah nggak bingung kalau cari dia lagi,” kata Reta.

“Kalau Zuna beda lagi. Dia kemana-mana selalu sama kita. Beberapa hari yang lalu aku tidak khawatir sama sekali, tapi ini dia selalu menghilang di jam yang sama. Belum lagi kalau ditanya selama jam istirahat kemana. Dia malah main rahasia-rahasiaan, huh!” sambung Kusniyah panjang-lebar.

“Mungkin dia ada di suatu tempat. Dia pasti akan kembali lagi nanti!” Reta dan Kusniyah tampak tidak puas dengan perkataan Zeno. Reta melipat kedua tangannya di dada. Ia melotot di hadapan cowok itu.

“Heh, ya udah kalau kamu nggak peduli sama saudaramu sendiri. Biarin kami bertiga yang mencarinya! Yuk, Hana!” setelah mengatakan itu, Reta menarikku untuk pergi bersamanya. Aku berbalik dan melambaikan tangan pada Zeno. Tampaknya ia mengerti dan membalasku dengan senyum.

Kemudian kami bertiga pergi mencari Zuna di sudut manapun yang bisa kita jangkau seperti di depan pintu pagar sekolah, di kelas, di kantin, di toilet, di perpustakaan, dan lainnya. Namun ternyata batang hidung Zuna tidak ketemu juga. Sesampainya di perbelokkan hampir di sudut belakang sekolah, aku mencegat keduanya. Sebenarnya aku tidak tahu apakah kak Haru sedang berada dimana. Tapi kalau Reta dan Kusniyah melihat kak Haru berada bersama dengan teman-temannya yang menurutku agak menakutkan, maka akan semakin memperburuk image kak Haru. Lagipula mana mungkin Zuna berada sendirian disana.

“Kayaknya kita udah jalan terlalu jauh nih. Ayo kita kembali ke kelas. Mungkin Zuna sudah ada disana,” bujukku. Reta menggelengkan kepalanya.

“Tidak, tidak. Kita harus menyusuri seluruh tempat. Bisa jadi dia berada di belakang sekolah juga.”

“Ma.. mana mungkin, Reta,” aku kehabisan kata-kata. Bagaimana caranya agar mereka tidak pergi kesana. Reta menarikku lagi. Aku yang kebingungan langsung membungkuk berpura-pura kesakitan. “Aduh! Aduh!”

“Hana, kamu kenapa?” tanya Kusniyah.

“Kaki saya sakit. Sepertinya terkilir.”

“Ya.. ya sudah! Ayo kita kembali ke kelas saja,” pada akhirnya Reta dan Kusniyah berjalan sembari memapahku. Aku merasa sedikit bersalah telah berbohong pada mereka. Aku takut kalau mereka melihat kak Haru disana. Namun ternyata aku salah. Di tengah perjalanan, kami berpapasan dengan kak Haru. Ia tampak menunjukkan ekspresi yang agak sedikit aneh.

“Kaki kamu kenapa?” tanyanya kemudian. Aku melihat kaki ku sendiri lalu melihatnya lagi. Tanpa disangka kak Haru menggendong tubuhku di belakang punggungnya. Baik aku, Kusniyah dan Reta terkejut dengan perilakunya. Aku memintanya untuk melepaskanku. Namun ia tetap menggendongku. “UKS atau kelas?”

“UKS ajah!” usul Kusniyah. Mereka berdua juga berjalan mengikutiku dari belakang. Aku langsung gelagapan.

“Ah, nggak! Nggak! Langsung ke kelas ajah! Kaki ku cuma terkilir! Nanti juga sembuh lagi,” ternyata kak Haru mendengarkanku. Ia membawaku sampai ke dalam kelas. Setelah menurunkanku di kursi, ia mengelap keringat di dahinya dengan tangan. Dengan segera ku ambil sapu tangan di dalam saku dan memberikannya kepada kak Haru.

“Nggak usah,” katanya. Reta langsung menepuk punggung kak Haru.

“Heh, terima ajah kali! Udah keringetan gitu diusap pakai tangan lagi. Jorok tahu!” serunya dengan wajah kesal. Akhirnya Haru menerima sapu tangan dariku. Ia mengelap seluruh wajahnya. Reta dan Kusniyah melihatnya dengan tatapan jijik. Kak Haru memasukkan sapu tanganku di dalam saku celana.

“Udah dulu ya! Nanti aku balikin kalau udah bersih!” sesaat sebelum dia pergi, aku menarik kerah seragamnya. Kak Haru melihatku lagi.

“Terima kasih ya, kak. Badanku pasti berat sekali sampai kak Haru kecapekan.”

“Udah tahu berat!” serunya. Lalu ia melihatku masih memegang seragamnya. “Apa lagi?” tanyanya dengan wajah kesal. Aku pun meringis melihatnya.

“Kak Haru mau kemana? Ikut dong,” kataku dengan nada manja. Kusniyah dan Reta melihatku dengan tertawa cekikikkan. Memang aku tidak pernah menunjukkan sikap manjaku pada mereka. Jadi mereka mungkin agak terkejut dengan sikapku barusan.

Kak Haru melepaskan tanganku dari seragamnya.

“Mau merokok! Udah, nggak usah ikutan! Kaki pincang gitu juga!” kak Haru berseru sambil berlalu. Ia tidak melihatku lagi. Aku agak kecewa dengan perkataannya. Kenapa kak Haru masih belum menghentikan kebiasaannya merokok?

***

Haru berjalan menyusuri lorong dengan wajah gusar. Ia merasa bersalah karena telah memilih untuk menolong Hana. Ia seharusnya selalu menunjukkan kebenciannya pada adik tirinya itu. tetapi entah kenapa hati nuraninya berkata lain. Kemudian ia berbelok menuju belakang gedung sekolah dan bertemu dengan teman-teman berandalannya. Namun tidak disangka, disana ia malah bertemu dengan Zuna juga. Mereka sedang merokok sambil berbincang-bincang. Haru merasakan ketidaknyaman melihat Zuna berada di tengah-tengah mereka. Haru segera menarik Zuna dan menjauhi kelompok itu.

“Apa yang kamu lakukan disini?!” serunya dengan wajah penuh amarah. Ia tidak menyangka bahwa Zuna ikut-ikutan merokok dengan teman-temannya itu. Padahal selama ini dia tidak pernah sekalipun melihat gadis itu merokok.

“Kenapa, Haru? Aku hanya ingin berbaur dengan teman-temanmu itu. Ternyata mereka asik juga ya!” kata Zuna sambil tergelak.

“Heh, kamu nggak boleh disini! Ini bukan tempatmu!” perkataan Haru membuat wajah Zuna tiba-tiba muram.

“Lantas ini tempat untukmu saja? Kamu nggak berhak ngatur-ngatur hidupku. Seperti kak Zeno saja, huh!” Zuna hendak menghisap rokok lagi, akan tetapi Haru langsung merebut dan membuangnya. Sontak hal itu membuat Zuna semakin marah. “Kalau kamu kesini hanya untuk mengusirku, mendingan kamu pergi ajah deh!”

Haru menghela nafas dengan kesal. Ia menghantam tembok dengan tangan mengepal. Haru tidak habis pikir betapa keras kepalanya gadis dihadapannya itu. Dulu Zuna tidak begitu. Gadis itu selalu bersikap manis dan manja padanya. Kenapa sekarang ia begitu berubah? Ataukah karenanya yang sebelumnya pernah mengajaknya ke jalan yang menyimpang?

“Aku tidak ingin kamu menjalani kehidupan gelap seperti itu lagi. Aku minta maaf kalau aku sudah pernah membuatmu masuk ke rumah sakit. Aku merasa sangat bersalah.”

Zuna tersenyum mendengarnya. Ia bersandar ke tembok sembari menyentuh jari-jemari Haru. Haru agak terkejut, namun membiarkannya. Zuna tahu bahwa Haru masih merasa bersalah karena pernah mengajaknya meminum minuman keras bersama denganya. Akibatnya Zuna harus masuk ke rumah sakit karena alergi alkohol. Rasa bersalah itulah yang kemudian bisa dimanfaatkan oleh Zuna untuk bisa dekat kembali dengan Haru.

Zuna menggenggam tangan Haru dengan erat sembari berkata, “Kalau begitu aku boleh tetap disampingmu kan? Aku janji akan menuruti kata-katamu.”

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
ORIGAMI MIMPI
33928      4013     55     
Romance
Barangkali, mimpi adalah dasar adanya nyata. Barangkali, dewa mimpi memang benar-benar ada yang kemudian menyulap mimpi itu benar-benar nyata. Begitulah yang diyakini Arga, remaja berusia tujuh belas tahun yang menjalani kehidupannya dengan banyak mimpi. HIngga mimpi itu pula mengantarkannya pada yang namanya jatuh cinta dan patah hati. Mimpi itu pula yang kemudian menjadikan luka serta obatnya d...
Je te Vois
1321      759     0     
Romance
Dow dan Oi sudah berteman sejak mereka dalam kandunganklaim kedua Mom. Jadi tidak mengherankan kalau Oi memutuskan ikut mengadopsi anjing, Teri, yang merupakan teman baik anjing adopsi Dow, Sans. Bukan hanya perihal anjing, dalam segala hal keduanya hampir selalu sama. Mungkin satu-satunya yang berbeda adalah perihal cita-cita dan hobi. Dow menari sejak usia 8 tahun, tapi bercita-cita menjadi ...
PENTAS
1263      734     0     
Romance
Genang baru saja divonis kanker lalu bertemu Alia, anak dokter spesialis kanker. Genang ketua ekskul seni peran dan Alia sangat ingin mengenal dunia seni peran. Mereka bertemu persis seperti yang Aliando katakan, "Yang ada diantara pertemuan perempuan dan laki-laki adalah rencana Tuhan".
Alfazair Dan Alkana
286      233     0     
Romance
Ini hanyalah kisah dari remaja SMA yang suka bilang "Cieee Cieee," kalau lagi ada teman sekelasnya deket. Hanya ada konflik ringan, konflik yang memang pernah terjadi ketika SMA. Alkana tak menyangka, bahwa dirinya akan terjebak didalam sebuah perasaan karena awalnya dia hanya bermain Riddle bersama teman laki-laki dikelasnya. Berawal dari Alkana yang sering kali memberi pertanyaan t...
Secret Love
359      243     3     
Romance
Cerita ini bukan sekedar, cerita sepasang remaja yang menjalin kasih dan berujung bahagia. Cerita ini menceritakan tentang orang tua, kekasih, sahabat, rahasia dan air mata. Pertemuan Leea dengan Feree, membuat Leea melupakan masalah dalam hidupnya. Feree, lelaki itu mampu mengembalikan senyum Leea yang hilang. Leea senang, hidup nya tak lagi sendiri, ada Feree yang mengisi hari-harinya. Sa...
JANJI 25
84      67     0     
Romance
Pernahkah kamu jatuh cinta begitu dalam pada seseorang di usia yang terlalu muda, lalu percaya bahwa dia akan tetap jadi rumah hingga akhir? Nadia percaya. Tapi waktu, jarak, dan kesalahpahaman mengubah segalanya. Bertahun-tahun setelahnya, di usia dua puluh lima, usia yang dulu mereka sepakati sebagai batas harap. Nadia menatap kembali semua kenangan yang pernah ia simpan rapi. Sebuah ...
NADI
6274      1726     2     
Mystery
Aqila, wanita berumur yang terjebak ke dalam lingkar pertemanan bersama Edwin, Adam, Wawan, Bimo, Haras, Zero, Rasti dan Rima. mereka ber-sembilan mengalami takdir yang memilukan hingga memilih mengakhiri kehidupan tetapi takut dengan kematian. Demi menyembunyikan diri dari kebenaran, Aqila bersembunyi dibalik rumah sakit jiwa. tibalah waktunya setiap rahasia harus diungkapkan, apa yang sebenarn...
Ti Amo
541      321     2     
Romance
“Je t’aime, Irish...” “Apa ini lelucon?” Irish Adena pertama kali bertemu dengan Mario Kenids di lapangan saat masa orientasi sekolah pada bulan Juli sekitar dua tahun yang lalu. Gadis itu menyukainya. Irish kembali bertemu dengan Mario di bulan Agustus tahun kemudian di sebuah lorong sekolah saat di mana mereka kembali mencari teman baru. Gadis itu masih menyukainya. Kenyataannya...
Aditya
1450      651     5     
Romance
Matahari yang tak ternilai. Begitulah Aditya Anarghya mengartikan namanya dan mengenalkannya pada Ayunda Wulandari, Rembulan yang Cantik. Saking tak ternilainya sampai Ayunda ingin sekali menghempaskan Aditya si kerdus itu. Tapi berbagai alasan menguatkan niat Aditya untuk berada di samping Ayunda. "Bulan memantulkan cahaya dari matahari, jadi kalau matahari ngga ada bulan ngga akan bersi...
Untold
1395      646     4     
Science Fiction
Tujuh tahun lalu. Tanpa belas kasih, pun tanpa rasa kemanusiaan yang terlampir, sukses membuat seorang dokter melakukan percobaan gila. Obsesinya pada syaraf manusia, menjadikannya seseorang yang berani melakukan transplantasi kepala pada bocah berumur sembilan tahun. Transplantasi dinyatakan berhasil. Namun insiden kecil menghantamnya, membuatnya kemudian menyesali keputusan yang ia lakukan. Imp...