Loading...
Logo TinLit
Read Story - Beauty Girl VS Smart Girl
MENU
About Us  

"Karena apa? Kenapa Lo tiba-tiba jadi diem." Sahut Alin.

" Karena .... nyokapnya Aqila yang bilang sendiri ke gue kalau gue harus tetap mengawasi dia, termasuk dia punya masalah sama siapa." Ucap Felix.

Freya menghelah nafasnya. "Oke gue paham. Tindakan lo itu memang udah benar, sepupu lo itu punya masalah sama gue. Tapi yang selalu nyari gara-gara duluan itu dia, bukan gue. Jadi dia yang harusnya minta maaf duluan, bukan gue." Balasnya yang langsung berbalik dan mengajak kedua temannya untuk duduk kembali di bangku mereka.

Sedangkan Felix. Ia masih terdiam melihat ketiga siswi tersebut yang sudah berjalan sedikit menjauh darinya.

*****

 Ketiga siswi itu yang duduk sambil bersedau gurau. Tiba-tiba Aqila kembali dan langsung menggebrak meja Freya dengan kerasnya.

Brak!

Sontak saja, hal tersebut membuat mereka bertiga langsung terkejut dan beberapa murid yang lainnya pun sama.

"Heh! Selow dong!" Bentak Alin yang langsung bangkit dari posisinya.

"Harusnya kalian yang selow! Bisanya cuma ganggu orang aja."

 Kemarahan mereka semakin memuncak, ketika Aqila berkata seperti itu. Hingga Freya pun langsung menarik lengannya dan ingin melayangkan sebuah tamparan tepat di pipinya namun secara tak sengaja melihat oleh Bu Tuti yang sudah masuk.

"Freya!"

Jelas bentakan tersebut membuat seluruh murid yang berada di kelas itu pun langsung tertuju ke arah pintu ruang kelas yang tak lain adalah Bu Tuti sudah berdiri tepat di depan kelas.

Sontak saja, Freya dan juga kedua temannya yang melihat pun langsung bersikap seperti biasa. Mereka pun berdiri dengan posisi yang seperti semula.

Sedangkan Aqila yang melihat bahwa sudah ada Bu Tuti di depan kelas Ia pun tersenyum  smrik Seraya membantin.

'Kena Lo. Udah ada Bu Tuti, dan gue yakin beliau pasti ngelihat waktu Freyaa Mau nampar gue.' 

Sementara itu, Freya yang berdiri di sana sedikit menunduk dan juga merasa bingung karena ia yakin bahwa Bu Tuti melihat apa yang telah ia lakukan tadi terhadap Aqilah.

'Aduh ... mampus gue, gimana kalau sampai  Bu Tuti tahu, kalau tadi gue Mau nampar Aqila. Bisa kena Masalah lagi nih gue.' batinnya yang gelisah.

Guru dengan garis wajah tegas itu pun menaruh beberapa lembar kertas yang telah Ia bawa di meja tersebut. Lalu ia pun mendekati Freya dan berdiri tepat di dekatnya.

"Kenapa Kalian bertiga bisa di sini kan tempat duduk Kalian bertiga di pojok kanan belakang." Tanyanya dengan nada yang tegas.

"Maaf Bu, tadi saya ...."

"Tadi dia menampar saya bu ibu lihat sendiri kan apa yang dia lakukan ke saya tadi." Sahut Aqila

Sontak saja, perkataan gadis berkacamata itu membuat ketiga sisei itu pun langsung terbelalak dan menoleh ke arah Aqila.

Sedangkan Aqila  hanya tersenyum miring ke arah mereka bertiga lalu terfokus kembali ke arah Bu Tuti yang berdiri tepat dihadapannya.

Jelas perkataan yang baru saja dilontarkan oleh Aqila itu dianggukan oleh Bu Tuti. Karena memang benar, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri saat baru masuk ke dalam kelas, bahwa Freya ingin menampar Aqila dengan menarik lengannya kuat.

Pandangannya pun langsung tertuju kembali ke arah Freya dan juga kedua temannya. "Iya, Apa yang dibicarakan oleh Aqila itu benar. Ibu secara nggak sengaja melihat kalian mendekati Aqila dan ingin berbuat sesuatu kepadanya. Benar begitu kan Freya, Alin, Alya."

Freya pun langsung mengangkat wajahnya dan menggeleng kepada Bu Tuti. "Nggak. kita semua itu nggak seperti apa yang Ibu lihat. Kita kayak gitu karena memang Aqila duluan yang nyari gara-gara sama kita Bu." ucapnya saya menjelaskan situasi yang sebenarnya.

"Iya Bu, Bener. Kita nggak akan kepancing emosinya kalau Aqila nggak bocah duluan." Sambung Alin yang menambahkan perkataan dari Freya tersebut.

"Iya Bu. Lagian kalau nggak ada yang naruh umpan maka ikan nggak bakalan nyaut Bu. Dan umpan itu karena dia duluan yang nyari gara-gara makanya kita kepancing emosi." Tambah Alya.

"Bu, Ibu lihat sendiri kan sudah jelas-jelas mereka yang salah tapi mereka tetap aja mencari pembelaan dari ibu." Sahut Aqila yang membelah memperkeruh suasana di tempat itu.

Jelas saja, perkataan tersebut benar-benar membuat Freya dan kedua temannya  sudah tidak bisa menahan kesabaran lagi atas apa yang diucapkan oleh Aqila. 

Sungguh, mereka sudah benar-benar emosi dan menggebu-gebu, sehingga mereka semua memberikan tatapan tajam ke arah Aqila.

"Bu dia bohong Bu dia yang nyari gara-gara duluan sama kita." Tegas Freya.

Bu Tuti yang pusing dengar perdebatan para muridnya itu membuat dirinya pun langsung berkata dengan nada tinggi tepat di antara keduanya.

"Stop! Stop .... Kalian tidak menghargai Ibu ada di sini?! Harusnya kalian tahu kalau ibu ada di sini!"

Bentakan yang dilontarkan oleh Bu Tuti mampu membuat para murid pun langsung berdiam. Mereka semua duduk pada posisinya masing-masing dan hanya ada Freya dan kedua temannya serta Aqila yang masih berdiri tepat pada posisinya.

"Maaf Bu." Ucap Freya dengan tatapan yang masih melirik tajam ke arah Aqila yang hanya dibalas lirikan cuek oleh gadis tersebut.

"Nanti saya ingin berbicara kepada kamu Freya setelah pelajaran ini selesai dan ketika waktu istirahat kamu harus ke ruangan ibu."

Dengan cepat Freya pun langsung melihat ke arah guru tersebut. "Bu, tapi saya dan kedua teman saya nggak salah Bu. Dia duluan yang nyari gara-gara sama saya."

"Apapun itu alasannya, tapi Ibu sudah melihat dengan mata kepala ibu sendiri kalau kamu duluan yang ingin melayangkan sebuah tamparan kepada Aqila."

"Tapi Bu ...."

"Stop Freya. Ibu tidak mau mendengar alasan tentang apa yang Ibu lihat tadi. Kalau kamu ingin mengelak, nanti kita bicarakan setelah ulangan selesai dan waktu istirahat."

Mendengar apa yang sang guru ucapkan, gadis dengan rambut bergelombang panjang itu hanya bisa menghelah nafasnya dengan gusar. Maka dengan cepat ia dan juga kedua temannya pun kembali ke posisi duduknya yang berada di belakang pojok kanan.

Sambil menggerutu dan mengoceh Freya jalan menuju ke arah tempatnya. "Nggak adil. Bukan gue yang salah, Ini semua gara-gara tuh anak."

Kedua temannya yang mendengarnya pun langsung mengelus dengan pundak Freya. " Udah tenang aja, kali ini kita harus balas perbuatannya. Pokoknya setelah pulang sekolah Nanti dia bakalan gue gulung." Bisik Alin.

Ketiga siswi itu pun duduk di posisi mereka masing-masing yang berada di pojok kanan belakang, Lalu langsung tertuju ke arah guru yang berada di depan kelas.

Bu Tuti pun langsung berdiri di depan kelas Seraya memegang lembaran kertas yang telah Ia bawa tadi yang baru saja ditaruh di atas meja.

"Baiklah, seperti apa yang Ibu katakan Minggu kemarin. Bahwa hari ini kita akan melaksanakan ujian harian, maka dari itu silakan kalian persiapkan semuanya dan tidak ada apapun yang berada di atas meja kecuali pena dan juga tipe-x, tidak ada hal lain selain itu di atas meja." Ucap sang guru itu.

Perkataan yang dilontarkan oleh guru itu dituruti oleh semua murid yang berada di kelas tersebut.

Dengan cepat, mereka semua mengalihkan semua benda yang berada di atas meja dan hanya ada pena Dan juga tipe-x yang berada di atas meja tersebut tak ada benda lain selain dua benda itu.

Setelah Bu Tuti melihat semuanya sudah menuruti apa yang ia katakan. Dengan cepat,Ia pun langsung berjalan secara urutan dari ujung ke ujung memberikan lembaran kertas tersebut kepada setiap meja murid yang berada di kelas itu.

 Beberapa menit kemudian, Ia pun telah selesai dan berdiri kembali tepat di depan kelas saya memerhatikan seluruh murid di kelas tersebut.

"Baiklah di depan kalian semua sudah ada kertasnya, maka dari itu kalian harus mengerjakan ulangan tersebut dengan jujur dan teliti waktunya dimulai dari sekarang silahkan kalian mengerjakan." Ucap guru tersebut.

"Siap Bu." Jawab seluruh murid itu serentak.

Setelah itu para murid pun langsung fokus kepada lembar kertas yang diberikan oleh Bu Tuti tadi untuk menjawab pertanyaan yang berada di kertas soal tersebut.

Sedangkan Bu Tuti pun langsung berkeliling di sekitaran kelas tersebut untuk mengecek para muridnya agar tidak ada yang menyontek.

Baru saja membaca satu soal membuat Freya pusing hingga Ia pun langsung melirik ke arah kedua temannya yang duduk tak jauh darinya.

"Eh, apaan nih jawabannya? Gue nggak tahu sama sekali. Buntu nih otak gue." Bisiknya pada dua temannya.

"Sama, gue juga nggak tahu kan kalian udah denger sendiri kalau gue habis dari rumah nenek gue, yang pastinya gue nggak sempat untuk bikin contekan karena habis pulang gue langsung molor. Ngantuk." Jelas Alin yang ikut mempelankan volume suaranya.

"Lo gimana Al? Bukannya lu bilang udah bikin contekan?" Tanya Freya pada Alya.

"Iya. Sabar dulu kalian udah fokus dulu ke kertas masing-masing, nanti kalau gue udah selesai gue kasih tahu jawabannya sekarang biar gue dulu yang jawab pertanyaan ini." Bisik Alya.

Bu Tuti yang masih berjalan dari ujung pojok kiri paling belakang, secara tak sengaja memperhatikan Mereka bertiga yang sepertinya tengah berbisik membicarakan soal contekan tersebut. Maka secara perlahan Ia pun melangkahkan kakinya menuju ke arah 3 siswa tersebut dan berdiri tepat di belakang Freya.

Alin, yang hendak menoleh kembali ke arah Freya tiba-tiba saja ia terkejut melihat Bu Tuti yang sudah berada di belakang.

Maka dengan cepat Alin pun langsung menghadap lagi ke depan dan hanya memberikan senyuman kepada Bu Tuti.

"Aduh ... Apaan jawabannya. Sumpah, soalnya sih memang cuman 5 tapi dari satu soal itu ada 5 jawaban. Sumpah,  otak gue bener-bener nggak bisa mikir kalau kayak gini." monolog Freya, dengan pandangan yang terfokus ke arah lembar kertas tersebut.

"Alin, buruan dong.  Katanya mau ngasih gue contekan, mana Kok lama banget mumpung nggak ada Bu Tuti nih." panggil Freya dengan mempelankan volume suaranya, padahal Bu Tuti dari tadi ada di belakangnya namun ia tidak menyadari hal tersebut.

Kedua temannya yang tahu bahwa Bu Tuti ada di belakang Freya membuat mereka berdua tidak berani untuk menoleh ke arah belakang.

Sontak saja ketika terus dipanggil oleh gadis dengan rambut bergelombang panjang itu mereka berdua hanya terdiam.

Freya yang kesal karena kedua temannya tidak segera menoleh maka dengan cepat Ia pun langsung menendang kursinya secara perlahan.

"Woy ... buruan dong nggak usah tiba-tiba budek gitu aja, buruan Nanti waktunya keburu habis." Bisik Freya pada dua temannya.

Tetapi tetap saja mereka berdua hanya tetap terdiam karena tahu kalau ada Bu Tuti di belakang Freya. Sedangkan Bu tuti yang sembari tadi memperhatikan Freya, hanya terdiam seraya terus memandangi muridnya tersebut.

"Ih ... Kalian kok tiba-tiba budek sih kayak anak lainnya yang lainnya ujian kalau gue panggilan tiba-tiba pada budek semua." Kesal Freya.

"Alin, Alya." Panggil Freya sekali lagi.

"Ehem ... Ehem ..." 

Tiba-tiba saja suara Dehem seseorang tepat di belakangnya, membuat Freya pun langsung terdiam.

Ia sudah mengenali bahwa suara tersebut adalah suara dari Bu Tuti, maka secara perlahan gadis dengan rambut gelombang panjang dan bulu mata lentik itu pun segera menoleh ke arah belakang.

Ia pun langsung tertegun, ketika melihat bahwa sudah ada begitu yang berdiri tepat di belakangnya Sambil tersenyum manis ke arahnya.

"Bu ..." Sapanya.

"Kamu minta contekan ke temen kamu?"

Freya menyengir kuda  kepada guru tersebut sambil menggelengkan kepalanya. "Enggak kok Bu saya tadi cuman mau manggil mereka berdua aja."

"Kamu fokus sama kertas kamu yang ada di atas meja aja. Kalau mau nanya, Iya ke ibu langsung karena ibu yang buat soal itu bukan kedua teman kamu yaitu alien dan juga Alin."

"Em ..  nggak ada yang saya tanyain ini soalnya udah jelas banget. Cuman jawabannya aja yang gak jelas." Ucap freya yang menjalankan volume suaranya.

"Ya sudah kalau memang kamu sudah jelas kamu kerjakan aja jangan malah nengok kanan kiri nanya sama temen kamu."

"Iya Bu ..." Jawabnya.

"Ya udah kalau kayak gitu kamu Ibu pindahkan ke depan ya."

"Hah? Apa Bu?"

"Nggak usah banyak bantah Freya, cepat kamu pindah ke ruang depan. Kamu duduk tepat di posisi guru sedangkan ibu mengawasi kalian semua dari belakang."

"Bu, masa iya sibuk saya yang duduk di meja guru saya kan bukan guru Bu Ibu yang harusnya duduk di meja ibu."

"Nggak usah bantah Freya Ilona elianor." Ucap tegas dari Bu Tuti.

Tak ada pilihan lain, maka dengan cepat gadis dengan rambut gelombang panjang itu pun langsung berjalan menuju ke arah depan seraya membawa kertas yang berada di meja.

Ia pun langsung duduk tepat di di tempat duduk guru sedangkan Bu Tuti mengawasi mereka semua dari arah tempat duduk freya.

Gadis dengan bulu mata lentik itu duduk tepat di sana sambil menghela nafasnya dan membatin. 'Mampus kalau kayak gini caranya gimana Gue bisa nyontek.' batinnya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • annisaangg

    Seru di chapter ini

    Comment on chapter Kesombongan Aqila
Similar Tags
Moment
321      276     0     
Romance
Rachel Maureen Jovita cewek bar bar nan ramah,cantik dan apa adanya.Bersahabat dengan cowok famous di sekolahnya adalah keberuntungan tersendiri bagi gadis bar bar sepertinya Dean Edward Devine cowok famous dan pintar.Siapa yang tidak mengenal cowok ramah ini,Bersahabat dengan cewek seperti Rachel merupakan ketidak sengajaan yang membuatnya merasa beruntung dan juga menyesal [Maaf jika ...
Hyeong!
192      167     1     
Fan Fiction
Seok Matthew X Sung Han Bin | Bromance/Brothership | Zerobaseone "Hyeong!" "Aku bukan hyeongmu!" "Tapi—" "Seok Matthew, bisakah kau bersikap seolah tak mengenalku di sekolah? Satu lagi, berhentilah terus berada di sekitarku!" ____ Matthew tak mengerti, mengapa Hanbin bersikap seolah tak mengenalnya di sekolah, padahal mereka tinggal satu rumah. Matthew mulai berpikir, apakah H...
Gantung
785      499     0     
Romance
Tiga tahun yang lalu Rania dan Baskara hampir jadian. Well, paling tidak itulah yang Rania pikirkan akan terjadi sebelum Baskara tiba-tiba menjauhinya! Tanpa kata. Tanpa sebab. Baskara mendadak berubah menjadi sosok asing yang dingin dan tidak terjamah. Hanya kenangan-kenangan manis di bawah rintik hujan yang menjadi tali penggantung harapannya--yang digenggamnya erat sampai tangannya terasa saki...
Guguran Daun di atas Pusara
508      349     1     
Short Story
My Doctor My Soulmate
117      104     1     
Romance
Fazillah Humaira seorang perawat yang bekerja disalah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Fazillah atau akrab disapa Zilla merupakan seorang anak dari Kyai di Pondok Pesantren yang ada di Purwakarta. Zilla bertugas diruang operasi dan mengharuskan dirinya bertemu oleh salah satu dokter tampan yang ia kagumi. Sayangnya dokter tersebut sudah memiliki calon. Berhasilkan Fazillah menaklukkan...
Adiksi
7842      2320     2     
Inspirational
Tolong ... Siapa pun, tolong aku ... nafsu ini terlalu besar, tangan ini terlalu gatal untuk mencari, dan mata ini tidak bisa menutup karena ingin melihat. Jika saja aku tidak pernah masuk ke dalam perangkap setan ini, mungkin hidupku akan jauh lebih bahagia. Aku menyesal ... Aku menyesal ... Izinkan aku untuk sembuh. Niatku besar, tetapi mengapa ... mengapa nafsu ini juga sama besarnya!...
Take It Or Leave It
6122      1985     2     
Romance
"Saya sadar...." Reyhan menarik napasnya sejenak, sungguh ia tidak menginginkan ini terjadi. "Untuk saat ini, saya memang belum bisa membuktikan keseriusan saya, Sya. Tapi, apa boleh saya meminta satu hal?" Reyhan diam, sengaja menggantungkan ucapannya, ia ingin mendengar suara gadis yang saat ini akhirnya bersedia bicara dengannya. Namun tak ada jawaban dari seberang sana, Aisyah sepertinya masi...
Pulpen Cinta Adik Kelas
491      290     6     
Romance
Segaf tak tahu, pulpen yang ia pinjam menyimpan banyak rahasia. Di pertemuan pertama dengan pemilik pulpen itu, Segaf harus menanggung malu, jatuh di koridor sekolah karena ulah adik kelasnya. Sejak hari itu, Segaf harus dibuat tak tenang, karena pertemuannya dengan Clarisa, membawa ia kepada kenyataan bahwa Clarisa bukanlah gadis baik seperti yang ia kenal. --- Ikut campur tidak, ka...
Call Me if U Dare
5465      1634     2     
Mystery
Delta Rawindra: 1. Gue dituduh mencuri ponsel. 2. Gue gak bisa mengatakan alibi saat kejadian berlangsung karena itu bisa membuat kehidupan SMA gue hancur. 3. Gue harus menemukan pelaku sebenarnya. Anulika Kusumaputri: 1. Gue kehilangan ponsel. 2. Gue tahu siapa si pelaku tapi tidak bisa mengungkapkannya karena kehidupan SMA gue bisa hancur. 3. Gue harus menuduh orang lain. D...
Deepest
1081      646     0     
Romance
Jika Ririn adalah orang yang santai di kelasnya, maka Ravin adalah sebaliknya. Ririn hanya mengikuti eskul jurnalistik sedangkan Ravin adalah kapten futsal. Ravin dan Ririn bertemu disaat yang tak terduga. Dimana pertemuan pertama itu Ravin mengetahui sesuatu yang membuat hatinya meringis.