"Aaaa! Baju gue ..." Teriak Freya.
Tak hanya mereka bertiga yang syok. Gadis berkacamata itu pun juga ikut syok, lantaran minuman yang ia bawa secara tak sengaja tumpah tepat di baju Freya.
"Sorry, gue nggak sengaja." Ucap Aqila.
Pandangan ketiga siswi itu langsung tertuju pada Aqila yang berdiri tepat didepan mereka.
Dengan wajah memerah karena kejadian itu, membuat Freya pun langsung menatap tajam Aqila. "Heh! Lo udah punya empat mata kan! Masih nggak bisa lihat Lo ada orang di depan mata Lo, hah?!" Decaknya dengan emosi yang mendalam.
Tak terima di katakan seperti itu oleh Freya, membuat Aqila pun langsung memajukan satu langkahnya tepat di depan Freya seraya menatapnya tajam. "
"Heh! Gue kan udah minta maaf, lagian gue juga nggak sengaja."
"Tetap aja Lo itu salah. Makanya jalan lihat-lihat dong." Sahut Alin yang membela Freya.
"Heh, Lo nggak usah ikut campur deh. Yang kena bajunya itu Freya bukan Lo. Jadi Lo Mendingan diem aja deh." Sahut Aqila yang malah memarahi Alin.
"Heh kurang ajar Lo ya. Malah marah-marah Lo sama gue. Mau gue gulung Lo." Ucap Alin yang menantang.
Dengan cepat, Alya langsung melerai keduanya. "Guys, udah ya. Mendingan kita pergi yuk. Nanti malah kalau ketahuan sama guru malah tambah di hukum kita." Ujarnya.
Freya Langsung melihat kearah Aqila masih dengan tatapan marah. "Biar gue aja yang urus dia."
"Tapi Frey, dia itu ...."
"Nggak papa, biar gue aja yang urus." Sahut Freya yang memotong perkataan Alin.
Sontak saja, hal itu membuat Alin pun langsung terdiam, dan mereka melihat kearah keduanya. Freya menatap tajam Aqila begitupula sebaliknya.
"Heh! Semenjak tadi pagi gue telat bareng sama Lo. Hari ini itu menjadi yang paling sial buat gue. Termasuk kejadian barusan."
"Terus salah gue?"
"Nah, masih nggak mau ngaku juga kalau yang salah itu Lo. Udah jelas-jelas yang jalannya ga hati-hati itu Lo. Main belok gitu aja tanpa melihat kanan kiri." Balas Freya yang makin emosi.
"Oh, Lo mau main salah-salahan, okeh. Gue juga bisa nyalahin lo. Karena gara-gara tadi pagi itu, motor gue jadi abis bensin sekaligus bannya kempes."
"Kalau untuk itu udah jelas. Motor lo butut! Makanya bisa kempes sekaligus abis bensin!"
"Lo bilangin motor gue butut?! Heh gitu-gitu gue beli pakai uang gue sendiri ya. Memangnya Lo, dibellin sama orang tua Lo." Decak Aqila yang membalas perkataan itu.
Jelas, perkataan yang di lontarkan oleh Aqila benar-benar membuat Freya semakin tersulut emosi. Ia pun makin memajukan satu langkah kakinya hingga jarak Mereka sangat dekat dan saling senggol bahu satu sama lain.
"Asal Lo tahu ya! Mobil itu memang bokap gue yang beli, tapi tetep gue yang bayar pajak!" Tegas Freya tepat dihadapan Aqila.
Gadis berkacamata itu langsung bersedekap dada, ia tertawa miring Seraya memerhatikan Freya. "Bayar pajak? Nggak percaya gue." Sahutnya dengan nada mengejek.
Mendengar nada bicara Aqila,benar-benar membuat Freya semakin emosi, jelas hal itu membuat kedua temannya pun ikutan emosi. Hingga Alin pun langsung menarik lengan Aqila dengan kasar.
"Heh! Apa yang di bilang Freya itu bener. Dia bayar pajak pakai gue hasil pemotretan dia." Bentaknya tepat didepan wajah Aqila.
Gadis cantik berkacamata itu pun langsung melepaskan pegangan tangan Alin yang kuat dari lengannya itu dengan kasar.
Felix yang berjalan menuju kearah koridor itu, melihat dengan kedua matanya bahwa terdapat sebuah keributan di tengah-tengah koridor itu hingga di rumbungi oleh para muird lainnya.
Penasaran akan hal itu, ia pun langsung berjalan mendekati kerukunan tersebut.
"Anak manja kaya Lo, pasti nyogok orang untuk jadiin Lo sebagai model dari pemotretan itu kan. Gue sih nggak heran untuk itu." Sindir Aqila yang semakin memunculkan kemarahan pada Freya.
Perkataan itu benar-benar membuat Freya naik darah. Ia memelototi Aqila.
"Asal Lo tahu ya! Gue gini-gini itu kerja murni Memang ikut audisi buat pemilihan model itu. Tanpa sogokan sedikit pun."
"Keahlian Lo cuma sebagai model doang. Pantes, Lo cuma ngandelin tampang Lo doaang. Otak Lo nggak pernah di pakai jadi kosong." Hina Aqila.
Mata Freya langsung terbelalak ketika mendengar hal tersebut. Ia pun langsung mengangkat tangan kanannya dan hampir saja melayangkan tamparan keras tepat dipipi Aqila namun langsung di tangkis oleh seorang siswa yang tak lain adalah Felix.
Sontak saja, pandangan mereka semua langsung tertuju pada lelaki itu. Termasuk Aqila yang tersenyum miring.
"Felix, lo lihat kan, gue mau di tampar sama dia." Ucap Aqila yang meminta pembelaan dari sepupunya itu.
Jelas perkataan yang dilontarkan oleh Aqila itu membuat semua yang berada di tempat itu pun terbelalak, termasuk Freya yang benar-benar kesal dengan apa yang baru saja diucapkannya.
Dengan cepat, Freya pun langsung mencoba untuk menarik tangan Aqila, namun dengan cepat langsung di tangkis oleh Felix.
"Heh! Jelas-jelas Lo yang salah duluan, buat baju gue jadi kotor! Sekarang, lo malah memutar balikan fakta." Bentaknya.
"Tapikan gue udah minta maaf dan ketika gue udah minta maaf, lo malah Mau nampar gue tadi. Bahkan, Felix pun lihat kok kejadian itu." Sahut Aqila yang masih mencari pembelaan.
Hal itu membuat kedua temannya pun langsung melihat satu sama lain mereka juga benar-benar emosi dengan perkataan yang dilontarkan oleh Aqila. Jelas saja Alin pun langsung memajukan satu langkahnya mensejajarkan posisinya dengan Freya.
"Heh Felix. Jangan sementang-mentang Aqila itu sepupu Lo, Lo bisa belain dia. Lo harus lihat bahwa yang sebenarnya salah itu Aqila!"
"Iya benar dia yang nyari gara-gara duluan sama Freya, dia yang udah numpahin minuman Ke baju Freya." Tambah Alya Seraya menunjuk ke arah baju Freya yang kotor itu terkena noda minuman.
"Iya, gue kan tadi bilang maaf. Tapi Freya nggak mau maafin gue." Sahut Aqila yang kini malah berlindung tepat berdiri sedikit di belakang Felix.
Sungguh, Apa yang dilakukan oleh gadis berkacamata itu membuat Freya pun benar-benar pusing hingga ia tak sabar lagi dan kembali ingin menarik tangan Aqila, namun langsung di tepis oleh Felix.
"Gue minta maaf kalau Aqila salah."
"Maaf aja nggak cukup! Lo lihat, baju seragam sekolah gue jadi kotor gara-gara Dia. Basah kan gue jadinya." Decak Freya seraya memperlihatkan baju kotornya tepat di hadapan Felix.
Jelas Hal itu pun dilihat oleh lelaki dengan pakaian rapi tersebut. Ia melihat sekilas bahwa baju dari Freya memang terlihat basah dan sedikit kuning karena sebuah minuman. Lalu, Ia pun melihat ke arah sepupunya tersebut.
"Iya, gue kan tadi udah bilang gue minta maaf atas nama Aqila."
Kring ....
Bel berbunyi yang menandakan masuk bagi seluruh murid di SMA cakrawala.
Akhirnya Freya melangkahkan kakinya dengan hentakan kaki yang keras dengan wajah yang benar-benar marah.
"Urusan kita belum selesai!" Bentak Freya Seraya melangkahkan kakinya dan sama sekali tidak menatap ke arah Aqila.
Kedua temannya pun sama kesalnya dengan Aqila, mereka pun mengikuti Freya yang menuju ke arah toilet perempuan di lantai bawah tersebut.
Melihat bahwa ketiga siswi itu sudah berjalan menuju ke arah toilet membuat Felix pun langsung berbalik dan melihat ke arah sepupunya tersebut.
"Bener, lo yang udah numpahin minuman itu ke Freya?" Tanyanya.
Aqila mengangguk kecil. "Iya. Tapi kan gue udah minta maaf, eh dia malah nggak mau maafin gue. Terus gue salah? Nggak kan."
Setelah menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Felix, Aqila melanjutkan langkah kakinya menuju ke arah kelasnya yang berada di lantai atas.
Felix hanya bisa menghelah nafasnya lalu melihat sekilas kembali ke arah Freya dan juga kedua temannya yang sudah tak terlihat masuk ke dalam toilet.
Lelaki tampan dengan pakaian rapih itu pun melanjutkan langkahnya menuju ke arah kelasnya.
Ting.
Sebuah notifikasi pesan muncul pada ponselnya jelas Hal itu membuat Felix menghentikan langkahnya sejenak lalu segera mengambil ponselnya yang berada di saku celananya dan ia pun langsung melihat isi dari pesan tersebut.
||Grup OSIS SMA Cakrawala.
~Danesh. "Nanti kita akan kumpulan karena akan ada sesuatu yang kita bicarakan mengenai perlombaan yang sebentar lagi akan diselenggarakan oleh sekolah kita."
Setelah membaca pesan tersebut, Felix pun memasukkan lanjut ponsel ke dalam saku celananya.
Ia segera melanjutkan langkah kakinya menuju ke arah kelas yang berada di lantai atas, dan merupakan kelas unggulan yaitu kelas yang bisa ditempati oleh siswa-siswi terpilih yang bisa masuk ke dalam kelas tersebut termasuk Felix dan juga Danis sang ketua OSIS.
Sementara itu di toilet wanita, Freya yang tengah membersihkan bekas minuman yang terkena di bajunya tadi, menggunakan tisu dan juga sedikit air dari wastafel.
Ia mengoceh Sambil bercermin dan membersihkan seragam sekolahnya tersebut.
"Baru aja Tadi pagi gue udah bersumpah sama diri gue untuk nggak mau telat dan ketemu sama dia lagi, eh sekarang dia udah buat gue emosi lagi. Apalagi tadi dia pakai minta pembelaan segala sama si Felix. Sumpah gue bener-bener kesel banget ngeliat dia." Decak Freya yang mengoceh panjang lebar.
"Tuh anak kayaknya memang harus kita kasih pelajaran supaya dia nggak kurang ajar sama lo." Decak Alya.
"Bener tuh, gue setuju sama perkataannya Alya.Gimana kalau pulang sekolah nanti itu anak gue gulung di lapangan sekolah langsung biar di tonton sama semua murid." Sambung Alin.
Freya melirik sekilas ke arah Alin lalu langsung melemparkan tisu yang ia gunakan untuk membersihkan seragam sekolahnya itu ke tong sampah.
"Heh, kalau lo kasih pelajaran ke dia di lapangan sekolah itu artinya lo mau nyari mati karena yang pasti semua guru tahu."
"Yaudah, kalau gitu Kenapa nggak di luar sekolah aja langsung, gimana? Pulang sekolah nanti gue siap mau gulung dia di mana pun." Sahut Alin seraya menggulung lengan bajunya.
"Iya bener. gue kali ini setuju banget sama perkataan Alin, gue bakal dukung apapun yang Alin ucapin karena Aqila itu udah bener-bener kurang ajar sama lo." Sahut Alya yang membela perkataan Alin Seraya menepuk pundak Alin dua kali.
Freya masih belum membalas perkataan dari kedua temannya tersebut ia masih diam Seraya mencuci tangannya melalui air dari wastafel tersebut Lalu langsung mengeringkan tangannya di hand dryer, Seraya menatap wajahnya tepat di depan cermin dari toilet tersebut Seraya mengatur nafasnya beberapa kali.
"Jadi gimana? Mau kita kasih pelajaran kapan ke Tuh anak?" Tanya Alin pada Freya.
Gadis cantik dengan rambut bergelombang itu mengerjapkan kedua matanya beberapa kali. Ia pun merapikan rambut yang sedikit acakan lalu melirik ke arah dua temannya melalui cermin di depannya itu.
"Jangan dulu, kali ini gue nggak mau pakai cara kekerasan. Kalau memang dia punya masalah sama gue. Gue mau nyelesain masalah itu sendiri dengan cara dia."
"Maksud Lo? Lu mau ngikutin caranya Si Aqila?" Tanya Alya.
Freya mengangguk kecil. "Iya."
Jawaban tersebut mampu membuat Alya dan Alin saling melihat satu sama lain lalu Langsung berfokus kembali melihat ke arah Freya di depan cermin tersebut.
"Lo serius? Freya Ilona Eleanor. Lo nggak mungkin bisa nyelesain masalah sama tuh anak yang licik dengan cara dia. Apalagi lo nyelesaiinnya sendirian." Ucap Alin.
Freya menghelah nafasnya lalu ia segera berbalik dan diikuti oleh kedua temannya. Sambil bersedekap dada ia menatap lurus ke arah depan. "Jadi kalian berdua nggak percaya sama gue?"
"Em .. nggak gitu sih. Tapi --" ucapan Alya tiba-tiba terhenti.
"Tapi apa? Kalian pasti nyangka kalau gue itu manja juga gitu? Sama dengan apa yang diucapin sama Aqila tadi dan kalian pasti nyangkanya kalau gue nggak bisa ngapa-ngapain gitu?"
Mendengar perkataan yang dilontarkan oleh Freya membuat Alin pun langsung membenarkan posisi berdirinya hingga ia benar-benar berada di dekat Freya dan mencoba untuk meluruskan perkataan tersebut.
"Em, nggak gitu Frey. Cuma, Kita takut aja nanti lu malah diomongin yang enggak-enggak sama Si Aqila, karena kita tahu kan tadi aja dia minta pembelaan sama si Felix. Padahal yang sebenarnya salah itu dia yang udah numpahin minuman itu ke seragaman lo." Terang Alin.
"Tenang, gue bisa nanganin ini sendirian. Lagian, sekarang ini dia masih dalam tahap wajar jadi gue rasa gue bisa nyelesain ini. Nanti kalau gue butuh bantuan, gampang. Gue pasti bilang sama kalian berdua."
"Tapi Frey, gue ngeliat dia kayak gitu dan sinis sama lo itu Nggak cuman sekali. Sebelum kejadian lo telat bareng sama dia, dia udah sering banget nyindir lo kan." Ucap Alin.
"Iya gue paham. Tapi kalian berdua Percaya deh sama gue. Gue bisa nangani sendirian kok. Jadi, kalian berdua nggak perlu khawatir sama gue kan." Sahut Freya.
Kedua temannya pun hanya bisa mengangguk kan kepalanya mendengar perkataan yang dilontarkan oleh Freya.
"Okeh, kalau begitu kita langsung masuk ke kelas gue yakin guru pasti udah ada dalam kelas Tapi masuknya Jangan barengan ya gue duluan nanti kalian berdua sedikit belakangan. Okeh."
"Terserah Lo lah." Sahut Alya.
Ketiga siswi itu pun segera keluar dari dalam toilet tersebut dan menuju ke arah kelas mereka yang berada di lantai atas.
Ketika mereka sudah berada di lantai atas ingin masuk ke dalam. Tiba-tiba saja Freya menghentikan langkahnya sejenak sehingga membuat kedua temannya pun juga ikut menghentikan langkahnya dan saling melihat satu sama lain.
"Kenapa Frey, kok berhenti?" Tanya Alya.
Dengan cepat saya pun langsung berbalik menuju ke arah temannya. "Gue lupa, jam segini kan pelajarannya Bu Tuti."
Sontak saja hal tersebut membuat Alin dan juga Alya pun langsung terdiam. Jelas saja mereka terdiam karena Bu Tuti adalah yang dikenal guru paling killer di sekolah SMA Cakrawala.
Seru di chapter ini
Comment on chapter Kesombongan Aqila