Loading...
Logo TinLit
Read Story - Si 'Pemain' Basket
MENU
About Us  

Menjelang hari pertandingan, Dira senantiasa menemani Marvin untuk latihan bahkan hingga senja menyapa. "Bentar lagi selesai kok," ucap Marvin berulang kali pada Dira yang menunggu di sisi lapangan. Padahal perempuan itu tidak merasa keberatan untuk menunggu hingga Marvin selesai latihan.

"Iya, nggak pa-pa. Kakak latihan aja yang fokus, aku tungguin di sini ya."

Marvin kembali ke lapangan setelah melambaikan tangan ke arah Dira. Ada cukup banyak orang di lapangan hari ini, mereka semua menonton Marvin dan timnya latihan tanpa bosan, sama seperti Dira lakukan.

Beberapa kali, Marvin memasukkan bola ke dalam ring dan setelahnya menatap ke arah Dira yang ikut bahagia dengan pencapaian pria itu. Semakin hari, kemampuan Marvin semakin meningkat dan Dira melihat semuanya karena selama ini dia-lah yang terus menemani Marvin. Walau kini, status mereka masih belum jelas.

Tepat setelah terdengarnya peluit yang pelatih tiup, Marvin dan teman-teman se-timnya langsung membubarkan diri. Latihan mereka hari ini akhirnya selesai dan yang tertinggal hanyalah rasa letih di benak mereka semua.

Langkah Marvin tertatih menuju Dira dan duduk di hadapan perempuan itu. Memahami jika Marvin tengah lelah, Dira perlahan memijat bahu pria tersebut. "Capek banget ya, Kak?" tanya Dira yang langsung dibalas anggukan oleh Marvin.

Tak lama, pria itu menoleh sehingga mata keduanya bertemu. "Mau makan dulu nggak sebelum balik? Gue laper."

Dira terdiam sesaat. Mengingat langit yang sudah nyaris menghitam, perempuan itu akhirnya berkata, "hmm gimana ya, Kak. Aku juga laper sih sebenernya, tapi udah mau malem. Gimana kalau kita makan di rumah aku aja?"

Salah satu alis Marvin terangkat saat mendengar tawaran Dira. Dia sedikit merasa tak enak jika harus makan di rumah perempuan itu walaupun sudah sering datang ke sana." Nggak usah-lah, gue nggak enak sama orang tua lo. "

"Ihh, nggak pa-pa kok, Kak. Lagian mereka pasti seneng, apalagi Yoga sama Yogi."

Layaknya sebuah jawaban yang ampuh dengan membawa nama kedua adik kembar Dira, Marvin akhirnya meng-ia-kan ajakan perempuan itu.

Sesampai di rumah Dira, Marvin langsung duduk di ruang tamu bersama dengan Yoga dan Yogi yang ternyata sudah menunggu kedatangan pria tersebut.

Marvin kemudian sibuk bermain dengan Yoga dan Yogi. Dira sudah meninggalkan mereka ke kamarnya sendiri dan setelahnya membantu sang ibu yang tengah sibuk di dapur.

Tak lama kemudian, Ayah Dira, Adil pun datang dan sedikit terkejut saat melihat sosok Marvin yang tengah bermain dengan kedua anak kembarnya. "Loh, ada Marvin ternyata."

"Iya, Om."

"Abis latihan, Vin?" tanya Adil lagi sembari duduk di kursi ruang tamu dan Marvin duduk di lantai bersama Yoga-Yogi seperti biasanya.

Marvin menatap baju yang dia gunakan, sedikit lusuh juga bercampur keringat. Ya walaupun tidak terlalu bau. Namun, pria itu sedikit tidak enak pada ayahnya Dira. "Hehe, iya, Om."

"Dir, Dira!" teriak Adil memanggil putrinya. Hal itu membuat Marvin bingung dan tak lama kemudian, Dira datang.

"Iya, kenapa, Yah?"

"Tolong ambilin baju Ayah di kamar, suruh Marvin ganti bajunya. Kasian, baju dia penuh keringat gitu."

Mendengar ucapan Adil, Marvin bersiap untuk menolak. Namun, tatapan ayahnya Dira seakan menahannya. "Udah, nggak pa-pa. Mending kamu pakai baju saya, daripada pakai baju basah begitu."

Dira segera melakukan apa yang ayahnya katakan. Dengan cepat, perempuan itu kembali dan membawa baju juga celana untuk Marvin gunakan.

"Nih, Kak," ucap Dira sembari menyodorkan apa yang dia bawa dan langsung diterima oleh Marvin.

"Makasih."

Wajah Marvin kemudian menoleh menatap Adil yang juga menatapnya dengan alis terangkat. "Kenapa?"

"Saya izin mandi sekalian ya, Om."

Adil tertawa kecil menanggapi ucapan Marvin. Pria itu menampilkan wajah polosnya saat berucap. "Silakan, kamar mandinya di belakang. Nanti Dira yang anter."

"Ayuk, Kak. Buruan."

Saat berjalan menuju kamar mandi, Marvin tak sengaja bertemu dengan Fani yang tengah sibuk memasak. Pria itu tersenyum kecil ke arah Fani sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar mandi.

Meninggalkan Marvin yang tengah mandi, Dira kembali sibuk membantu ibunya hingga makanan yang perempuan paruh baya itu buat tertata rapi di ruang keluarga mereka.

Cukup lama Dira menunggu Marvin selesai mandi padahal semua anggota keluarganya sudah menunggu pria itu untuk makan bersama.

Karena kesabaran perempuan itu sudah habis, dia pun berniat untuk mengetuk pintu kamar mandi. Namun, tiba-tiba pintu tersebut terbuka dan menampilkan Marvin yang baru saja selesai mandi dengan wajah yang lebih segar dari sebelumnya.

"Hei, lo nggak pa-pa?" tanya Marvin guna menyadarkan Dira yang tiba-tiba melamun.

Mata perempuan itu berkedip beberapa kali hingga memahami situasi yang tengah terjadi. "Hah, apa, Kak?"

Seingat Dira, Marvin tadi berbicara. Namun, entah apa yang pria itu katakan.

"Nggak pa-pa kok."

Tak mau membuang waktu, Dira dan Marvin langsung pergi ke ruang keluarga untuk makan malam. Keluarga Dira semua sudah berkumpul dan Marvin ikut bergabung layaknya keluarga.

"Mari makan, Nak," ucap Fani dengan ramah sembari menuangkan nasi ke atas piring Marvin.

"Makasih, Tan."

Mereka semua makan dengan damai sembari berbincang yang membuat suasana rumah Dira semakin berwarna. Untungnya, Marvin bisa memakan semua masakan Fani. Dia bahkan menghabiskan makanan di piringnya tanpa sisa.

"Enak nggak masakan Tante?" tanya Fani seakan meminta pengakuan dari Marvin karena piring pria itu sangat bersih.

"Iya, Tan. Enak banget, udah lama saya nggak makan, makanan rumahan begini," ucap Marvin sembari tersenyum manis. Namun, keluarga Dira malah kompak terdiam sembari saling bertatapan.

"Hmm, kapan-kapan kamu makan di sini aja. Nanti Tante masakin makanan yang lebih enak lagi," ucap Fani yang membuat Marvin bersemangat.

"Siap, Tan."

Saat Marvin akan pulang, Dira mengantarnya sampai ke depan gerbang. Keduanya seperti pasangan yang tengah dimabuk asmara, apalagi setelah melihat wajah Dira yang senantiasa tersenyum saat berbicara dengan Marvin.

"Gue balik dulu ya," ucap pria itu setelah naik ke atas motornya.

Dira mengangguk pelan. Namun tetap masih berada di sisi pagar rumahnya. Hal itu membuat Marvin mematikan kembali mesin motornya. "Loh, kenapa dimatiin, Kak?" tanya Dira dengan dahi mengerut.

Marvin yang sebelumnya sudah menggunakan helm, kemudian pria itu lepas agar suaranya dapat terdengar oleh Dira. "Gue bakal pergi, kalau lo udah masuk ke dalam rumah."

"Tapi, Kak ... ."

"Nggak usah keras kepala gitu deh, gue takut lo kenapa-kenapa. Jadinya, lo masuk dulu ke dalam rumah setelah itu gue langsung balik."

Tanpa adanya tawar menawar, Dira berjalan masuk ke dalam rumahnya. Sebelum menutup pintu berbahan kayu tersebut, Dira melambaikan tangannya ke arah Marvin dan pria itu langsung membalasnya. "Gue balik ya," ucap pria itu lagi dengan sedikit berteriak.

Sesuai ucapannya, Marvin langsung menjalankan motornya dan pulang ke rumah. Besok dia harus sekolah dan juga kembali latihan.

***

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • aiana

    seru ni, menatikan playboy kena karma. wkakakka

    ada yang tulisannya Dio dan Deo,
    mau berteman dan saling support denganku?

    Comment on chapter Chapter 1
Similar Tags
Dear Groom
513      366     5     
Short Story
\"Kadang aku berpikir ingin seperti dulu. Saat kecil, melambaikan tangan adalah hal yang aku sukai. Sambil tertawa aku melambaikan tangan pada pesawat yang lewat. Tapi sekarang, bukan seperti ini yang aku sukai. Melambaikan tangan dengan senyuman terpaksa padanya bersama orang lain.\"
Mistress
2643      1319     1     
Romance
Pernahkah kau terpikir untuk menjadi seorang istri diusiamu yang baru menginjak 18 tahun? Terkadang memang sulit untuk dicerna, dua orang remaja yang sama-sama masih berseragam abu-abu harus terikat dalam hubungan tak semestinya, karena perjodohan yang tak masuk akal. Inilah kisah perjalanan Keyra Egy Pillanatra dan Mohamed Atlas AlFateh yang terpaksa harus hidup satu rumah sebagai sepasang su...
Dialektika Sungguh Aku Tidak Butuh Reseptor Cahaya
492      352     4     
Short Story
Romantika kisah putih abu tidak umum namun sarat akan banyak pesan moral, semoga bermanfaat
Once Upon A Time
393      263     4     
Short Story
Jessa menemukan benda cantik sore itu, tetapi ia tak pernah berpikir panjang tentang apa yang dipungutnya.
Seiko
630      473     1     
Romance
Jika tiba-tiba di dunia ini hanya tersisa Kak Tyas sebagai teman manusiaku yang menghuni bumi, aku akan lebih memilih untuk mati saat itu juga. Punya senior di kantor, harusnya bisa jadi teman sepekerjaan yang menyenangkan. Bisa berbagi keluh kesah, berbagi pengalaman, memberi wejangan, juga sekadar jadi teman yang asyik untuk bergosip ria—jika dia perempuan. Ya, harusnya memang begitu. ...
Memeluk Bul(a)n
22845      3914     28     
Fantasy
Bintangku meredup lalu terjatuh, aku ingin mengejarnya, tapi apa daya? Tubuhku terlanjur menyatu dengan gelapnya langit malam. Aku mencintai bintangku, dan aku juga mencintai makhluk bumi yang lahir bertepatan dengan hari dimana bintangku terjatuh. Karna aku yakin, di dalam tubuhnya terdapat jiwa sang bintang yang setia menemaniku selama ribuan tahun-sampai akhirnya ia meredup dan terjatuh.
In Her Place
1005      658     21     
Mystery
Rei hanya ingin menyampaikan kebenaran—bahwa Ema, gadis yang wajahnya sangat mirip dengannya, telah dibunuh. Namun, niat baiknya disalahartikan. Keluarga Ema mengira Rei mengalami trauma dan membawanya pulang, yakin bahwa dia adalah Ema yang hilang. Terjebak dalam kesalahpahaman dan godaan kehidupan mewah, Rei memilih untuk tetap diam dan menjalani peran barunya sebagai putri keluarga konglomer...
Lily
1965      891     4     
Romance
Apa kita harus percaya pada kesetiaan? Gumam Lily saat memandang papan nama bunga yang ada didepannya. Tertulis disana Bunga Lily biru melambangkan kesetiaan, kepercayaan, dan kepatuhan. Lily hanya mematung memandang dalam bunga biru yang ada didepannya tersebut.
Ginger And Cinnamon
7721      1709     4     
Inspirational
Kisah Fiksi seorang wanita yang bernama Al-maratus sholihah. Menceritakan tentang kehidupan wanita yang kocak namun dibalik itu ia menyimpan kesedihan karena kisah keluarganya yang begitu berbeda dari kebanyakan orang pada umumnya itu membuat semua harapannya tak sesuai kenyataan.
Eagle Dust
406      291     0     
Action
Saat usiaku tujuh tahun, aku kehilangan penglihatan karena ulah dua pria yang memperkosa mom. Di usia sebelas tahun, aku kehilangan mom yang hingga sekarang tak kuketahui sebabnya mengapa. Sejak itu, seorang pria berwibawa yang kupanggil Tn. Van Yallen datang dan membantuku menemukan kekuatan yang membuat tiga panca inderaku menajam melebihi batas normal. Aku Eleanor Pohl atau yang sering mereka...