Kembalinya Dira, membuat banyak orang bahagia terutama Santi, teman sebangkunya perempuan itu yang tak henti-hentinya memeluk tubuh Dira saat dia turun sekolah untuk pertama kalinya. "Aku kangen banget sama kamu, Dir."
Dira tersenyum tipis menanggapi ucapan Santi. Setelah perempuan itu luas memeluk Dira, Santi memperhatikan tubuh teman sebangkunya dari bawah hingga atas begitu juga sebaliknya. "Badan kamu kenapa jadi kurus gini sih," ucap Santi dengan raut wajah sedihnya.
"Emang sebelumnya aku gemuk?"
"Enggak sih, tapi kamu beneran kurus banget sekarang!"
Dira kembali tersenyum tipis menanggapi ucapan temannya. Dia menyadari bahwa kini tubuhnya semakin mengurus setelah sakit. "Iya, berat aku turun delapan kilo hehe."
Walau sudah tertawa di akhir ucapannya, hal itu tidak membuat Santi memaklumi ucapan Dira. Dia bahkan terkejut saat mendengar ucapan teman sebangkunya itu. "Delapan kilo!"
"Iya hehe."
"Aku juga pengen turunin berat badan, kayanya aku perlu sakit juga deh," ucap Santi ngelantur yang membuat Dira langsung menahannya.
"Heh, nggak boleh ngomong gitu. Sakit itu nggak enak tau."
"Iya sih, tapi ... ."
Ucapan Santi terpotong karena seorang guru masuk ke dalam kelas mereka dan memulai pelajaran. Selama belajar, Dira tak henti-hentinya mengerutkan dahi yang membuat Santi menatap bingung ke arahnya. "Kamu nggak pa-pa?" bisik Perempuan itu yang membuat Dira menoleh ke arahnya.
"Kepala aku agak sakit," jawab Dira pelan yang langsung membuat Santi mengelus punggunya.
"Sabar ya, bentar lagi selesai kok. Abis ini kamu tidur aja, nanti aku yang beliin makanan di kantin."
Dira mengangguk pelan, menyetujui ucapan Santi. Kepalanya agak sakit yang membuatnya tidak bisa berpikir. Dokter Sasa juga sudah menjelaskan hal tersebut. Namun, Dira pikir efeknya tidak sebesar ini.
Saat istirahat, Dira memutuskan untuk tidur di kelas dan Santi pergi ke kantin sesuai persetujuan mereka sebelumnya. Saat ditinggal sendirian di kelas, Marvin yang menunggu Dira di depan kelas perempuan itu sedikit bingung karena Dira tak kunjung keluar.
Karena takut terjadi apa-apa dengan Dira, Marvin segera masuk ke dalam kelas perempuan itu dan melihat Dira tengah tidur dengan tiga kursi yang di jadikan satu.
Merasa Dira tidak nyaman dengan posisinya, Marvin langsung bergerak menjadikan pahanya sebagai bantalan Dira untuk tidur.
Tak lama setelahnya, Santi datang dengan nasi kotak di tangannya. "Loh, Kak Marvin ngapain di sini?" tanya Santi dengan wajah terkejut. Namun, matanya tiba-tiba menatap Dira yang tengah tertidur di paha Marvin. Memahami situasi yang tengah terjadi, Santi mencoba untuk tidak mengganggu tidur Dira dan duduk di kursi lain.
Sembari menunggu Dira bangun dari tidurnya, Santi yang tengah makan mengajak Marvin untuk berbincang. Walau tidak terlalu lama. Namun, ada beberapa hal penting yang akhirnya perempuan itu tau.
Mata Dira perlahan terbuka dan sedikit terkejut dengan posisi tidurnya. Wajahnya terangkat dan melihat Marvin yang tersenyum ke arahnya. "Kak Marvin!"
Dira segera bangun dan kembali menatap Marvin yang masih tersenyum ke arahnya. "Kakak ngapain di sini?"
"Gue mau jaga lo, emangnya nggak boleh?"
"Boleh kok, Kak. Cuman aku kaget aja ngeliat kakak di sini," jelas Dira dengan cepat karena tidak mau Marvin berprasangka buruk.
Melihat interaksi Marvin dan Dira yang mengemaskan, Santi mencoba untuk mengalihkan perhatian keduanya dengan sengaja berdeham. Benar saja, kedua orang tersebut sama-sama menoleh ke arah Santi yang kini tersenyum tanpa dosa.
"Maaf, maaf sudah ganggu waktu pacaran kalian berdua."
"Apaan sih, kami nggak pacaran," bantah Dira yang membuat Marvin merangkulnya.
"Belum. Kami belum pacaran, tapi nggak tau nanti. Iya, kan?" Marvin memainkan alisnya saat menatap Dira guna menggodanya membuat perempuan itu tersenyum kecil dengan semu di wajahnya.
Selama di sekolah, Marvin sebisa mungkin menemani Dira begitupun sebaliknya. Seperti sekarang, Dira kini tengah menunggu Marvin selesai latihan karena pria itu mau ngantarnya pulang dan tidak membiarkan Dira untuk pulang sendirian.
Setelah berkali-kali memasukkan bola basket ke dalam ring, Marvin akhirnya selesai melakukan latihan hari ini.
Saat berjalan mendekat ke arah Dira yang duduk di sisi lapangan, pria itu di datangi oleh beberapa siswi yang membawa hadiah untuknya. "Kak Marvin, ini ada hadiah buat kakak," ucap salah satu perempuan itu yang langsung menyodorkan bawaannya.
"Sorry ya. Gue nggak bisa nerima hadiah kalian, entar cewek gue marah," tolak Marvin sembari menatap jauh ke arah Dira.
Siswi-siswi itu langsung menoleh, menatap Dira secara bersamaan. "Jadi, dia pacar kakak?" tanya salah satu siswi tersebut.
"Belum, gue belum pacaran sama dia."
Jawaban Marvin menimbulkan pertanyaan baru di benak siswi-siswi tersebut. Namun sebelum sempat mengutarakannya, Marvin pergi dengan sengaja lewat di tengah-tengah mereka. "Sorry ya. Gue mau datengin cewek gue dulu."
Tanpa ragu, Marvin duduk di hadapan Dira tanpa alas. Membiarkan wajah mereka saling berhadapan agar pria tersebut dapat dengan leluasa menatap wajah Dira. "Lo capek?" tanya Marvin sebelum meminum air putih yang dia buka.
Dira mengangguk pelan sebagai jawaban dan Marvin langsung bangkit dari duduknya. "Ya udah. Yuk, balik," ajak pria itu sembari menyodorkan tangannya dan langsung diterima oleh Dira.
Saat berjalan ke parkiran, keduanya berpegangan layaknya pasangan. Hal itu membuat seorang perempuan yang memperhatikan keduanya dari kejauhan merasa amat kesal. "Awas aja ya lo, Dir."
Sesuai janji, Marvin langsung mengantar Dira sampai ke rumahnya. Namun, pria itu tidak langsung pulang karena kedua adik kembar Dira menahannya.
"Jangan langsung pulang, Kak. Main sama kami dulu," ucap Yoga sembari memegang tangan kanan Marvin.
"Iya, Kak. Udah lama banget loh kakak nggak ke sini. Kita kangen sama kakak!" timpal Yogi yang memang sudah merindukan Marvin belakangan ini.
Marvin dan Dira saling bertatapan. Seakan tau apa yang Marvin ingin katakan, Dira hanya mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban. Melihat hal itu, Marvin pun menghela napasnya. "Ya udah deh, tapi kakak nggak bisa sampe malem ya. Soalnya kakak harus belajar buat ujian."
"Iya, Kak. Nggak pa-pa yang penting kakak di sini aja dulu, nemenin kita main."
Setuju dengan apa yang kedua adik kembar Dira katakan, Marvin akhirnya masuk ke dalam rumah Dira dengan Yoga dan Yogi yang berada di kedua sisinya.
Setelah cukup lama Marvin bermain dengan kedua anak kembar tersebut, Dira sebagai tuan rumah datang dengan air putih dan puding coklat yang semalam dia buat. "Dimakan, Kak pudingnya," tawar Dira yang membuat Marvin tersenyum ke arahnya.
"Makasih ya."
Karena tidak memiliki aktivitas lagi, Dira ikut bergabung dengan Marvin dan kedua adiknya.
Di saat istirahat, Marvin mencoba puding buatan Dira dan setelahnya, pria itu menatap Dira dengan tatapan yang sedikit aneh. "Kenapa, Kak? Pudingnya nggak enak ya?" tanya Dira dengan hati-hati karena dia baru pertama kali membuat puding.
Marvin menggeleng dengan cepat. "Nggak, malah ini enak banget," puji Marvin yang membuat Dira tersipu malu. Pria itu kemudian mendekatkan dirinya ke Dira dan berbisik di telinga perempuan itu. "Hebat banget sih calon aku ini."
Mendengar hal itu, Dira langsung mendorong pelan tubuh Marvin yang membuat kedua adiknya secara bersama-sama menoleh.
Dira yang salah tingkah kemudian mengalihkan tatapannya agar tidak mencurigakan. Di sisi lain, Marvin yang tidak peduli malah tertawa kecil sembari menghabiskan puding buatan Dira.
***
seru ni, menatikan playboy kena karma. wkakakka
Comment on chapter Chapter 1ada yang tulisannya Dio dan Deo,
mau berteman dan saling support denganku?