Loading...
Logo TinLit
Read Story - Si 'Pemain' Basket
MENU
About Us  

Di sekolah, nama Dira menjadi perbincangan setelah Bagas benar-benar mendapat panggilan dari pihak sekolah. Awalnya, pria itu tidak mengakui apa yang dia lakukan. Namun, setelah bukti yang kepolisian berikan, pria itu mengakui semuanya.

"Jadi, gimana keadaan Dira?" tanya Bagas di sela-sela introgasinya.

Seorang polisi yang sejak awal menanyainya kemudian mengangkat salah satu alisnya, setelah mendengar pertanyaan Bagas. "Untuk apa kamu tau keadaan dia? Kamu baru merasa bersalah?"

Bagas memundurkan tubuhnya dan menundukkan kepala, sebenarnya bayangan tentang Dira masih terus ada. Tetapi, dia tidak berani untuk sekedar meminta maaf pada perempuan itu.

"Jadi, kamu juga yang ngikutin Dira pulang sekolah dalam beberapa hari itu?" tanya sang polisi yang langsung dibalas anggukan oleh Bagas.

Pihak sekolah yang terdiri dari wali kelas Bagas dan juga kepala sekolah terlihat begitu tak percaya dengan apa yang siswanya lakukan. Mereka enggan menatap Bagas setelah siswanya tersebut mengakui kesalahannya.

"Sekarang, kamu hubungi orang tua kamu dan suruh mereka datang ke sini," perintah polisi di hadapan Bagas yang membuat pria itu langsung mengangkat wajahnya.

"Orang tua saya lagi nggak di sini, Pak. Mereka lagi di luar negeri, saya telepon bawahan Ayah saya aja ya," tawar Bagas karena memang kedua orang tuanya tengah berada di luar negeri karena urusan bisnis.

"Ya, terserah kamu lah. Pokoknya suruh dia datang ke sini."

Bagas membuka ponselnya dan langsung menaruhnya di telinga setelah mendapat nomor bawahan ayahnya. "Om, bisa datang ke sekolah aku nggak? Ada yang mau dibicarain sama kepala sekolah aku."

Mata Bagas menatap beberapa orang dewasa di hadapannya. Dia benar-benar takut sekarang, orang tuanya juga pasti akan marah padanya.

Setelah selesai menelepon Bagas memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana. "Sudah, Pak. Bentar lagi bawahan ayah saya datang."

Selagi menunggu bawahan ayah Bagas datang, pihak kepolisian dan sekolah melakukan rapat untuk memilih hukuman apa yang bisa diberikan pada Bagas karena ternyata pria itu masih di bawah umur.

Suara pintu yang terbuka membuat seisi ruangan tersebut menatap ke arah yang sama. Masuklah beberapa orang pria dengan pakaian rapi dan langsung menemui Bagas yang tengah duduk. "Ada apa, Gas?" tanya salah satu pria tersebut yang tadi dihubungi oleh Bagas, namanya adalah Billy.

Sebelum sempat menjawab, pihak kepolisian mendekati Billy dan menceritakan semuanya. Billy terlihat begitu terkejut dengan apa yang dia dengar. "Beneran itu, Gas?" tanya Billy mencoba untuk memastikan.

Tidak seperti bayangannya, Bagas mengangguk pelan sebagai jawaban. Wajah pria itu menunduk penuh rasa bersalah. Dia tau setelah ini, Billy pasti akan mengadukan semuanya pada sang ayah.

Billy menghela napas setelah mengetahui kebenarannya. Namun, dia juga tidak bisa berbuat banyak karena Bagas adalah pelakunya. "Jadi, apa yang bisa saya lakukan untuk menyelesaikan masalah ini?"

"Mari kita ke rumah Dira, biar kita selesaikan di sana. Semoga mereka mau menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan."

Billy mengangguk pelan karena tau apa yang perlu dia lakukan, dia meminta bawahannya untuk mengambil sejumlah uang di bank guna memberikannya kepada Dira sebagai jaminan.

Saat mereka sampai di rumah Dira, hanya Fani yang menerima mereka. Dira memutuskan untuk tidak keluar dari kamarnya. Dia benar-benar tidak mau bertemu dengan Bagas. Mendengar namanya saja membuatnya merasa ketakutan.

"Jadi, kedatangan kami ke sini untuk menyelesaikan masalah Bagas dan Dira, Bu," jelas pihak kepolisian. "Kami tau, Ibu masih merasa sedih dengan apa yang menimpa anak ibu."

Tidak ada makian atau teriakan yang keluar dari mulut Fani sekarang saat melihat Bagas, dia tau anaknya menjadi korban. Namun, syukurnya Bagas beritikad baik untuk datang guna menyelesaikan masalahnya dengan Dira walau harus bersama pihak sekolah dan kepolisian.

"Bu, maaf ya. Saya benar-benar menyesal dengan apa yang saya lakukan ke Dira. Saya mengaku khilaf saat itu, saya suka sama Dira, tapi kayanya Dira nggak punya perasaan apa-apa sama saya," ucap Bagas dengan wajah tertunduk. Untuk pertama kalinya, dia menemui ibunya Dira. Namun, pertemuan mereka dalam situasi yang kurang baik.

"Saya paham sama penjelasan kamu, tapi anak saya trauma karena kejadian itu."

"Iya, Bu. Kami di sini juga mau memberitahu jika kami akan membiayai semua pengobatan Dira, termasuk pendampingan pasca traumanya."

Kali ini Billy yang berbicara, setelah mendengar penjelasan dari pihak kepolisian dan bukti yang dia terima, Dira pasti masih trauma karena kejadian yang menimpanya.

Fani tidak bereaksi apa-apa setelah mendengar penjelasan Billy. Dia tidak tau harus menjawab apa ucapan pria tinggi besar tersebut. "Kami juga akan memindahkan Bagas ke sekolah lain, Bu...."

"Apa?" tanya Bagas memotong ucapan Billy. Dia benar-benar baru tau informasi mengenai kepindahannya. Yang dia tau, pihaknya perlu memberi sejumlah uang untuk menyelesaikan kasus tersebut.

Seakan tau jika Bagas akan menolak, Billy langsung menatapnya dengan tajam. Sontak, pria berumur 16 tahun itu langsung terdiam.

"Pokoknya ibu tenang aja, Dira akan aman setelah ini. Kami juga membantu semaksimal mungkin untuk penyembuhan luka dan trauma Dira."

Walau berat meng-ia-kan usulan Billy, Fani akhirnya mengangguk pelan. Dia juga tidak mau membesarkan masalah tersebut apalagi sang suami sampai sekarang masih belum tau apa yang menimpa putrinya.

"Saya setuju, saya mau Dira bisa menjalani hidupnya seperti dulu."

"Baik, Bu. Kamu usahakan."

Setelah diskusi yang panjang, mereka menandatangani surat damai dan perjanjian guna menyelesaikan masalah yang terjadi. Sebelum pulang, Billy dan Fani saling bertukar nomor telepon agar komunikasi di antara mereka dapat terjalin lebih mudah lagi.

"Ibu bisa hubungi saya setiap saat, kalau memang butuh sesuatu ya, Bu. Kalau memang saya ingkar, Ibu bisa melaporkan saya ke pihak kepolisian."

Billy beralih menatap pihak kepolisian yang masih bersama mereka. "Benar ya, Pak. Ini saya ngomong secara langsung di sini. Biar kita sama-sama tau. Saya juga nggak mau ada masalah di masa yang akan datang."

"Baik, Mas Billy."

"Kalau gitu, kami pamit dulu, Bu. Nanti saya hubungi kembali untuk jadwal pemeriksaan Dira ya," ucap Billy yang langsung dibalas anggukan oleh Fani. "Mari, Bu. Permisi."

Memang, masalah Dira dan Bagas selesai dengan damai. Namun sayang, setelah itu kondisi Dira sedikit memburuk. Tubuhnya beberapa kali drop sehingga Fani memutuskan untuk membawa putrinya ke rumah sakit dan harus dirawat untuk beberapa hari ke depan.

"Jadi, apa kata dokter?" tanya Adil, sang ayah pada istrinya. Pria paruh baya itu benar-benar khawatir saat Fani mengatakan jika Dira harus rawat inap dalam beberapa hari.

"Dia kecapekan aja kok, Mas."

"Syukurlah, tapi kenapa ruang rawat Dira begitu mewah? Bukannya golongan kartu kesehatan kita paling bawah?" tanya Adil lagi dengan dahi mengerut.

Ruang rawat Dira memang begitu mewah, hanya ada satu kasur di dalam ruang tersebut. Semua fasilitasnya begitu lengkap dan berbeda dari apa yang Adil bayangkan. Ya walau dia belum pernah dirawat. Namun, dia merasa aneh dengan fasilitas yang diperoleh putrinya.

"Aku juga nggak tau sih, Mas. Kan pihak rumah sakit yang nyuruh ke sini," jawab Fani dengan gugup sembari merapikan beberapa baju yang dia bawa untuk Dira gunakan.

Adil mengangguk pelan dan berjalan ke arah kasur Dira. Tangan pria paruh baya itu mengusap pelan pipi putrinya yang tengah tidur, "cepat sembuh ya, Nak."

***

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • aiana

    seru ni, menatikan playboy kena karma. wkakakka

    ada yang tulisannya Dio dan Deo,
    mau berteman dan saling support denganku?

    Comment on chapter Chapter 1
Similar Tags
Hematidrosis
399      268     3     
Short Story
Obat yang telah lama aku temukan kini harus aku jauhi, setidaknya aku pernah merasakan jika ada obat lain selain resep dari pihak medis--Igo. Kini aku merasakan bahwa dunia dan segala isinya tak pernah berpihak pada alur hidupku.
Dikejar Deretan Mantan
546      330     4     
Humor
Dikejar Deretan Mantan (Kalau begini kapan aku bertemu jodoh?) Hidup Ghita awalnya tenang-tenang saja. Kehidupannya mulai terusik kala munculnya satu persatu mantan bak belatung nangka. Prinsip Ghita, mantan itu pantangan. Ide menikah muncul bagai jelangkung sebagai solusi. Hingga kehadiran dua pria potensial yang membuatnya kelimpungan. Axelsen, atau Adnan. Ke mana hati berlabuh, saat ken...
Let Me Go
500      364     4     
Short Story
Once Upon A Time
393      263     4     
Short Story
Jessa menemukan benda cantik sore itu, tetapi ia tak pernah berpikir panjang tentang apa yang dipungutnya.
Lovebolisme
167      147     2     
Romance
Ketika cinta terdegradasi, kemudian disintesis, lalu bertransformasi. Seperti proses metabolik kompleks yang lahir dari luka, penyembuhan, dan perubahan. Alanin Juwita, salah seorang yang merasakan proses degradasi cintanya menjadi luka dan trauma. Persepsinya mengenai cinta berubah. Layaknya reaksi eksoterm yang bernilai negatif, membuang energi. Namun ketika ia bertemu dengan Argon, membuat Al...
Dessert
1056      556     2     
Romance
Bagi Daisy perselingkuhan adalah kesalahan mutlak tak termaafkan. Dia mengutuk siapapun yang melakukannya. Termasuk jika kekasihnya Rama melakukan penghianatan. Namun dia tidak pernah menyadari bahwa sang editor yang lugas dan pandai berteman justru berpotensi merusak hubungannya. Bagaimana jika sebuah penghianatan tanpa Daisy sadari sedang dia lakukan. Apakah hubungannya dengan Rama akan terus b...
Wanna Be
6230      1719     3     
Fan Fiction
Ia dapat mendengar suaranya. . . Jelas sekali, lebih jelas dari suara hatinya sendiri. Ia sangat ingin terus dapat melihatnya.. Ia ingin sekali untuk mengatakan selantang-lantangnya Namun ia tak punya tenaga sedikitpun untuk mengatakannya. Ia sadar, ia harus segera terbangun dan bergegas membebaskan dirinya sendiri...
Galang dan Refana
653      427     0     
Short Story
“Untuk apa kita diciptakan di dunia? “ seorang gadis yang sudah cukup lama ku kenal mengajukan sebuah pertanyaan. Ia melemparkan pandangan kosongnya ke sebuah dimensi ruang. Tangannya yang dipenuhi perban memeluk lutut seolah tangah melindungi tubuh dan jiwa rapuhnya
Mencari Virgo
489      346     2     
Short Story
Tentang zodiak, tentang cinta yang hilang, tentang seseorang yang ternyata tidak bisa untuk digapai.
Photograph
1697      802     1     
Romance
Ada banyak hal yang bisa terjadi di dunia dan bertemu Gio adalah salah satu hal yang tak pernah kuduga. Gio itu manusia menyenangkan sekaligus mengesalkan, sialnya rasa nyaman membuatku seperti pulang ketika berada di dekatnya. Hanya saja, jika tak ada yang benar-benar abadi, sampai kapan rasa itu akan tetap ada di hati?