Semenjak hari itu, aku dan Reyhan jadi seperti menciptakan jarak! Aku dan Reyhan jadi tak sering menyapa. Reyhan yang setiap hari selalu sengaja mengunjungi kelasku untuk sekedar menyapaku, semenjak hari itu jadi tak pernah kelihatan. Bahkan dia juga jarang sekali menghubungi aku walaupun hanya via telepon.
Banyak orang yang mengira kami sedang berselisih paham. Sampai-sampai katanya, Reyhan jadi pendiam banget dan jarang sekali keluar kelas. Aku pernah memergoki dia di kelasnya. Dia sedang sibuk dengan bekal makan siangnya dan juga satu buah buku catatan. Dia bahkan tak menyadari aku yang memperhatikan dia dari luar. Ada sesuatu yang hilang semenjak itu. Tapi ada sebuah kelegaan yang membuat aku bisa tersenyum dengan bahagia. Melihat Reyhan yang bersungguh-sungguh akan ujiannya.
Reyhan, kamu memang beda! Aku seneng bisa kenal kamu!
***
Hari kelulusan pun tiba. Dan Reyhan berhasil lulus dengan nilai yang tak pernah aku bahkan kalian semua bayangkan. Dia lulus dengan nilai yang nyaris sempurna. Setidaknya itulah yang aku dengar dari perbincangan murid-murid seantero SMA Sagara Nusantara.
Yang bikin aku jadi deg-degan itu, soal... kata-kata aku sama Reyhan tiga bulan lalu! Ya ampun, apa ini artinya aku harus mulai memikirkan apakah aku akan menerima dia atau engga? Gila ini benar-benar gila!
Aku terus memikirkan itu sampai hampir frustasi!
***
Beberapa minggu pasca dia sudah dinyatakan lulus ujian, dia masih tetap sama seperti tiga bulan yang lalu. Dia tetap tak menemuiku. Tak menyapaku. Tak mencariku. Tak mengirimi aku pesan, tak menyombong kalau dia sudah lulus dengan nilai terbaik. Pokoknya dia sangat cuek dan seakan tak memikirkan aku sama sekali! Kadang aku rindu dia yang bawelnya bahkan melebihi Ibu. Aduh aku mikir apaan sih?
Sekilas aku berpikir, apa Reyhan sudah lupa akan perkataanku waktu itu? Apa dia sudah tak tertarik untuk mendengar sebuah jawaban kepastian dariku? Entah kenapa, rasanya aku kecewa! Sedikit! Gak banyak kok!
Dan itu bahkan berlalu sampai satu bulan kemudian setelah dia dinyatakan lulus sekolah. Oke bolehkah aku jujur, kalau aku mulai rindu kamu, Rey?
***
Tengtong! Tengtong!
Suara pintu rumahku berbunyi di sore hari itu. Mengganggu aku yang sedang bermalas-malasan menonton drama korea berjudul ‘Romantic dokter teacher Kim’. Aku melangkah keluar menuju balik pintu dan membuka pintu itu.
“Haiiii.” Ucapan dari seseorang yang sangat aku rindukan itu, terdengar hari ini. Ingin sekali aku memperlihatkan ekspresi kegembiraanku kala melihat dia ada di depanku sekarang. Tapi aku mencoba untuk tenang dan tak terbawa perasaan.
“Ngapain?” kataku dengan malas.
“Idih, jutek banget sih, tuan putri! Gak kangen emangnya?” ucapnya sambil menaik-turunkan alisnya bagaikan ulat bulu.
Banget, Rey, banget! Bisikku dalam hati. Aku menghela napas panjang lalu mempersilahkan dia masuk. Aku mempause drama di Dvd-ku agar bisa lebih fokus pada Reyhan yang kini ada di sampingku.
“Gak akan di bawain minum nih? Pacarmu haus tahu!” katanya.
“Hah? Pacar? Ngarep! Ambil aja sendiri, biasanya juga gitu kan! Dasar!” aku mengerucutkan bibirku sambil membaca majalah-majalah lama yang ada di bawah meja ruang tv.
“Pokoknya mulai hari ini, kita resmi pacaran ya, Ayy!” katanya.
“Ih, apaan sih! Ngaku-nga-“
“Taraaaaa!” dia langsung menyerahkan selembar kertas putih bertuliskan keterangan yang menyatakan bahwa Reyhan di terima di UNPAD sebagai mahasiswa baru jurusan Managemen. Ya ampun! Jadi ini maksudnya,
“Kita hari ini resmi pacaran ya, AyyAyy. Aku udah keterima jadi mahasiswa baru di Unpad.”
“Ih Reyhan!” aku mencubit gemas lengan cowok itu. Jadi ini alasan dia tak mengabari aku? Karena dia ingin bisa diterima di Unpad? Dasar!
“Aku gak mau di tolak kamu, Ayy! Makanya aku susah payah biar bisa keterima di sini. Dan ternyata, berhasil.” Aku tertawa kecil. Aku tak tahu perasaan apa ini, yang jelas rasanya bahagia sekali. Tahu Reyhan lulus, di terima di kampus impiannya dan ... memang, aku harus menepati janjiku. Pada akhirnya, aku dan Reyhan pun resmi berpacaran saat itu juga.
Wow spechless
Comment on chapter Bab 6 : Bagian 1