Loading...
Logo TinLit
Read Story - Pacarku Arwah Gentayangan
MENU
About Us  

Aras memijat pangkal hidungnya berkali-kali, berharap pening yang semakin menjadi akan mereda dalam waktu dekat. Dia sudah lemas sekali rasanya, energinya seakan tersedot begitu saja karena kehadiran Senja. Ternyata inilah dampak negatif karena bisa melihat dan berada di dekat gadis itu.

Dia melirik Senja yang tengah memperhatikan kertas cetakan tentang akun Facebook, tulisan yang dia dapatkan di kamar gadis itu, dan foto Daren-Nino. Setelah berbicara panjang lebar dengan Daren tadi, sepulang sekolah dia langsung mencetak informasi hal-hal yang berkitan dengan Senja. Sebenarnya sudah ada satu kesimpulan yang telah Aras simpan, hanya saja dia masih belum yakin sebab keterlibatan Nino yang belum dia ketahui.

Aras bangkit dari kasur, memperbaiki duduknya. Namun, tak berselang lama sesuatu di dalam kerongkongan tiba-tiba berdesak-desakan ingin keluar. Dia langsung berlari ke kamar mandi, mengunci pintu dan langsung muntah.

Senja yang tadinya fokus melihat beberapa lembar kertas di atas meja belajar langsung menoleh ketika mendengar suara di dalam kamar mandi. Dia menggedor-gedor pintu, meneriakkan nama Aras berulang kali. Senja ingin menerobos ke dalam, tetapi dia takut Aras sedang tidak ingin dilihat.

"Ras, lo kenapa? Lo baik-baik aja, kan?" Senja meremas jemarinya kuat-kuat saat Aras tak menjawab. Cowok itu malah semakin mengeluarkan suara seperti memuntahkan sesuatu. "Ras, lo ke--"

"Gue baik-baik aja. Lagi sedikit gak enak badan." Aras memotong teriakan khawatir Senja tepat saat pintu kamar mandi terbuka.

Bukannya lega, Senja malah semakin khawatir. "Ini pasti gara-gara gue."

Aras menepuk bahu Senja sekali lalu mengibas-ngibaskan tangan, tanda bahwa tak perlu terlalu khawatir. Toh, nanti juga dia akan pulih jika istirahat sebentar. Dia menyuruh Senja mengikutinya, duduk bersebelahan di kasur.

"Senja, lo benar-benar bukan makhluk bumi lagi, ya." Aras tertawa sumbang tanpa mau melihat wajah gadis yang masih mematung di depan kamar mandi. "Udah, Ja. Sini, gak usah mikiran kepala gue atau muntah-muntah tadi. Lagian gue juga menikmati semuanya. Nanti ada waktu gue gak akan ngalamin kayak gini lagi, kan?"

Akhirnya Senja bergerak juga sambil sibuk menghapus air mata yang mulai membasahi pipi. Suara tangisnya semakin kencang seperti anak kecil, lalu dia duduk bersimpuh di depan Aras. Aras yang melihat Senja tiba-tiba seperti ini pun kelabakan. Namun, dia tidak berniat menghentikan tangisan Senja.

"Gak pa-pa, lo nangis aja sepuasnya. Luapain apa yang perlu lo luapin. Gue emang gak bisa rasa apa yang lo rasa karena ada di posisi ini, tapi gue percaya gak mudah ada di situasi seperti lo, Ja." Aras tersenyum simpul ketika Senja mendongak dan menatapnya dengan air mata yang semakin merebak. Tanpa bisa ditahan lagi, Aras langsung memeluk Senja begitu erat.

Tak ada pembicaraan selama beberapa menit. Senja masih dengan tangisnya, Aras dengan tepukan pelan di punggung gadis itu. Setelah dirasa cukup, Senja melepaskan pelukan Aras dan meraih telapak tangan cowok itu, mengenggamnya erat sambil menunduk.

"Ras, kalau nanti kita udah tau penyebab gue meninggal, entah itu gue dibunuh atau bunuh diri, gue pengen lo lupain fakta-fakta yang udah lo temuin." Senja mendongak, menatap Aras sedalam mungkin. "Kalau gue dibunuh, berarti pelakunya harus ditangkap, tapi kalau gue emang ... emang bunuh diri, cukup lo yang simpan fakta itu, Ras, jangan pernah bocorin penyebab gue bunuh diri, apalagi sampai Kak Selena tau."

Aras melepas genggaman tangan Senja dan menangkup pipi gadis itu. "Gak. Gak, Ja. Kak Selena berhak tau kejadian apa yang menimpa lo."

"Tapi gue gak mau kal--"

Aras menggeleng tegas. "Gak, Senja. Sekalipun sedih, Kak Selena berhak tau. Jangan jadiin alasan karena lo sayang dan gak mau Kak Selena sedih karena kebohongan. Kita harus jujur walaupun itu menyakitkan."

Senja tak berkutik, dia mendongak menatap lamat-lamat atap kamar agar air matanya tidak kembali turun. Memang benar apa yang Aras katakan. Dia akan jadi sangat jahat jika tak memberi Aras izin untuk membeberkan alasannya meninggal. Baiklah, dia kembali menatap pacarnya sambil tersenyum lebar.

"Lo bener, Ras. Ya udah, tapi gue mohon, lo harus rajin-rajin nengokin Kak Selena. Gue gak mau dia kesepian dan terus mikirin gue, Ras. Setidaknya kalau ada lo, Kak Selena ada yang ngajakin ngobrol di rumah."

Aras mengangguk, mudah saja mengabulkan permintaan Senja. Bagaimanapun Selena sudah seperti kakaknya juga. Aras bangkit dari duduknya, meraih beberapa lembar kertas yang Senja lihat-lihat tadi dan diletakkan di depan mereka. Tangannya meraih foto Daren-Nino yang dia ambil dari foto yang Senja posting di Facebook.

"Lo mikiran apa tentang mereka, Ras?"

Cowok itu termenung sebentar, lalu kembali meletakkan lembar kertas itu di lantai. Dia bersedekap dada sambil menatap Senja. "Kayaknya kita perlu selidikin keseharian mereka, Ja. Gak akan ada kemajuan kalau kita gak berani deketin mereka. Dengan maksa Daren ngomong pun percuma, dia gak bakalan mau cerita."

"Gue berencana ke rumah Daren sore ini. Gue harap kita bisa nemuin sesuatu di sana, paling tidak kita harus tau keseharian mereka berdua," lanjut Aras setelah terdiam sejenak.

Senja menggeleng. "Gak hari ini, Ras. Lo istirahat aja dulu. Lo kurang sehat."

"Gak pa-pa, nanti juga sembuh. Gue gak mau lo hilang tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi sama lo."

Senja membuang napas panjang. Seketika banyak pikiran-pikiran negatif bersarang di kepalanya. Bagaimana jika yang sedang Aras hadapi saat ini adalah sesuatu yang membahayakan? Sesuatu yang tak seharusnya mereka gali?

Seperti tahu apa yang sedang Senja pikirkan, Aras nyeletuk, "Semua akan baik-baik aja. Gue gak sendiri, Ja. Ada lo, ada Kak Selena, ada Haifa juga. Meskipun sekarang Kak Selena gak tau apa-apa."

Senja tak menjawab, dia tetap takut walaupun Aras sangat terlihat optimis semua akan baik-baik saja. Senja hanya bisa percaya pada Aras, maka dari itu dia tak perlu meragukan sikap pacarnya, bukan?

"Ya udah, gue siap-siap aja sekarang. Gue juga harus tau alamat lengkapnya Daren." Tidak susah bagi Aras menemukan informasi cowok itu sebab hampir semua teman sekelasnya mengetahui alamat Si Kapten Tim Basket. Hanya membutuhkan waktu lima menit, alamat yang dicarinya sudah terpatri di layar ponsel.

Setelah bersiap-siap, Aras melajukan kendaraannya ke alamat yang ternyata lumayan dekat dari sekolah mereka. Hanya saja padatnya kendaraan di sore hari membuat laju motor melambat, ditambah kepalanya yang masih sedikit cenat-cenut. Cowok itu melirik Senja yang sedari tadi diam.

"Ja, lo kenapa?"

Senja gelagapan lalu mendekatkan kepalanya ke kepala Aras. "Kenapa, Ras?"

Aras berdecak, "Lo yang kenapa?"

Senja menggeleng seraya semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Aras. Sedari tadi dia sibuk memikirkan ingatan yang sempat dia lihat saat Aras dam Daren berbincang di sekolah. Dalam ingatannya, dia berada di dalam kamar dan sedang menangis, entah dari mana ada wajah Daren muncul. Ada kejadian apa? Di mana dia di dalam ingatan itu?

Karena terlalu asyik melamun, Senja sampai tidak sadar kalau Aras sudah menghentikan motornya. Dia menengok kiri-kanan, detik itu juga ingatan serupa kembali muncul, tetapi kali ini tanpa melihat Daren.

"Ras, ingatan gue muncul lagi. Ingatan yang sama waktu lo ngobrol bareng Daren. Anehnya, gue bisa lihat ingatan ini tanpa ngelihat Daren."

Aras berhenti mengintai rumah yang posisinya tidak jauh dari jarak mereka. Mereka berada di bawah pohon mangga milih tetangga Daren.

Aras melirik Senja dari spion. "Padahal dulu lo cuma bisa liat ingatan saat liat orangnya juga. Apa mungkin ... apa mungkin dugaan kita gak salah? Kalau sebenarnya Daren dan Nino ada kaitannya dengan kematian lo, Ja?"

Senja berhenti memegang kepala, dia ikut menatap Aras lewat spion. "Gue juga mikir kayak gitu, Ras. Kayaknya mereka berdua yang megang alasan yang kita cari selama ini."

"Kita gak salah jalan, Ja. Gue yakin gak lama lagi kita bakalan tau semuanya."

"Dan gak lama juga gue bakalan hilang, Ras," lirihnya tanpa bisa didengar Aras.

Seruan Aras membuat Senja terkesiap. Dia ikut menatap arah telunjuk Aras. Di sana, di teras rumah dia melihat Daren berdebat dengan Nino, tetapi mereka tidak bisa mendengar pembicaraan mereka.

"Kita harus deketin rumahnya, Ja." Aras turun dari motor dan mengendap-endap mendekati pagar rumah Daren.

Sayup-sayup terdengar erangan jengkel Nino. Aras dan Senja saling pandang. Mereka berdua semakin menajamkan telinga.

"Ja, daripada lo ngikutin gue kayak gini, mending lo deketin mereka. Lo, kan, gak terlihat."

Senja nyengir lantas segera mengikuti arahan Aras. Namun, ketika matanya melihat Daren dan Nino, saat itu juga ingatannya kembali, bercampur aduk sehingga Senja tidak dapat menangkap siluet kejadian.

"Senja, lo kenapa?" bisikan Aras berhasil membuat Senja fokus melihat ke depan dan kembali mendekati kakak-beradik itu.

"Aras udah mulai curiga kalau lo mau tau." Geraman jengkel Daren membuat Senja mematung, begitupun dengan Aras.

Aras bisa mendegar itu semua. Jadi benar Daren dan Nino memang ada di balik teka-teki ini.

"Dia gak bakalan tau, lagian dia curiganya ke lo, bukan gue." Setelah berucap seperti itu, Nino meninggalkan Daren sendiri.

***
 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Sepotong Hati Untuk Eldara
1653      777     7     
Romance
Masalah keluarga membuat Dara seperti memiliki kepribadian yang berbeda antara di rumah dan di sekolah, belum lagi aib besar dan rasa traumanya yang membuatnya takut dengan kata 'jatuh cinta' karena dari kata awalnya saja 'jatuh' menurutnya tidak ada yang indah dari dua kata 'jatuh cinta itu' Eldara Klarisa, mungkin semua orang percaya kalo Eldara Klarisa adalah anak yang paling bahagia dan ...
Aku Milikmu
2082      918     2     
Romance
Aku adalah seorang anak yang menerima hadiah terindah yang diberikan oleh Tuhan, namun dalam satu malam aku mengalami insiden yang sangat tidak masuk akal dan sangat menyakitkan dan setelah berusaha untuk berdamai masa lalu kembali untuk membuatku jatuh lagi dengan caranya yang kejam bisakah aku memilih antara cinta dan tujuan ?
Gi
1184      686     16     
Romance
Namina Hazeera seorang gadis SMA yang harus mengalami peliknya kehidupan setelah ibunya meninggal. Namina harus bekerja paruh waktu di sebuah toko roti milik sahabatnya. Gadis yang duduk di bangku kelas X itu terlibat dalam kisah cinta gila bersama Gi Kilian Hanafi, seorang putra pemilik yayasan tempat sekolah keduanya berada. Ini kisah cinta mereka yang ingin sembuh dari luka dan mereka yang...
Special
1630      859     1     
Romance
Setiap orang pasti punya orang-orang yang dispesialkan. Mungkin itu sahabat, keluarga, atau bahkan kekasih. Namun, bagaimana jika orang yang dispesialkan tidak mampu kita miliki? Bertahan atau menyerah adalah pilihan. Tentang hati yang masih saja bertahan pada cinta pertama walaupun kenyataan pahit selalu menerpa. Hingga lupa bahwa ada yang lebih pantas dispesialkan.
Lusi dan Kot Ajaib
8542      1505     7     
Fantasy
Mantel itu telah hilang! Ramalan yang telah di buat berabad-abad tahun lamanya akan segera terlaksana. Kerajaan Qirollik akan segera di hancurkan! Oleh siapa?! Delapan orang asing yang kuat akan segera menghancurkan kerajaan itu. Seorang remaja perempuan yang sedang berlari karena siraman air hujan yang mengguyur suatu daerah yang di lewatinya, melihat ada seorang nenek yang sedang menjual jas h...
Selepas patah
209      171     1     
True Story
Tentang Gya si gadis introver yang dunianya tiba-tiba berubah menjadi seperti warna pelangi saat sosok cowok tiba-tiba mejadi lebih perhatian padanya. Cowok itu adalah teman sebangkunya yang selalu tidur pada jam pelajaran berlangsung. "Ketika orang lain menggapmu tidak mampu tetapi, kamu harus tetap yakin bahwa dirimu mampu. Jika tidak apa bedanya kamu dengan orang-orang yang mengatakan kamu...
My Doctor My Soulmate
120      107     1     
Romance
Fazillah Humaira seorang perawat yang bekerja disalah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Fazillah atau akrab disapa Zilla merupakan seorang anak dari Kyai di Pondok Pesantren yang ada di Purwakarta. Zilla bertugas diruang operasi dan mengharuskan dirinya bertemu oleh salah satu dokter tampan yang ia kagumi. Sayangnya dokter tersebut sudah memiliki calon. Berhasilkan Fazillah menaklukkan...
Orange Haze
522      363     0     
Mystery
Raksa begitu membenci Senja. Namun, sebuah perjanjian tak tertulis menghubungkan keduanya. Semua bermula di hutan pinus saat menjelang petang. Saat itu hujan. Terdengar gelakan tawa saat riak air berhasil membasahi jas hujan keduanya. Raksa menutup mata, berharap bahwa itu hanyalah sebuah mimpi. "Mata itu, bukan milik kamu."
From Ace Heart Soul
592      358     4     
Short Story
Ace sudah memperkirakan hal apa yang akan dikatakan oleh Gilang, sahabat masa kecilnya. Bahkan, ia sampai rela memesan ojek online untuk memenuhi panggilan cowok itu. Namun, ketika Ace semakin tinggi di puncak harapan, kalimat akhir dari Gilang sukses membuatnya terkejut bukan main.
When Magenta Write Their Destiny
6273      1695     0     
Romance
Magenta=Marina, Aini, Gabriella, Erika, dan Benita. 5 gadis cantik dengan kisah cintanya masing-masing. Mereka adalah lima sahabat yang memiliki kisah cinta tak biasa. Marina mencintai ayah angkatnya sendiri. Gabriella, anak sultan yang angkuh itu, nyatanya jatuh ke pelukan sopir bus yang juga kehilangan ketampanannya. Aini dengan sifat dingin dan tomboynya malah jatuh hati pada pria penyintas d...