Loading...
Logo TinLit
Read Story - Pacarku Arwah Gentayangan
MENU
About Us  

Senja berusaha meredam emosi Aras yang selalu ingin menemui Daren dalam keadaan marah. Menjelang satu minggu ini, Senja selalu mengingatkan cowok itu agar tidak gegabah. Sama seperti sekarang, dia menghalangi jalan Aras menemui Daren yang tengah berlatih basket.

"Gue udah gak marah, Ja. Jangan halangin gue lagi." Aras memberikan tatapan memelas, tetapi Senja tetap bersikeras menahan lengan cowok itu.

Senja hanya tidak mau pembicaraan keduanya berakhir adu jotos. Kalau bisa, lebih baik tidak perlu bertemu Daren lagi, berbicara dengan Nino mungkin cukup. Dia menyampaikan itu pada Aras. Sayangnya, Aras tidak mau melewatkan orang-orang yang sudah Senja singgung.

Aras berkacak pinggang, sudah beberapa hari ini dia tidak memeriksa buku harian Senja. Dia segera merogoh tas sekolah dan meraih buku harian gadis itu. Senja yang menyadari sesuatu pun melongo, sama sekali lupa mengenai catatan.

"Terakhir kita baca tulisan tentang adik-adik kelas yang sengaja ngusilin lo. Sekarang ...." Tangan Aras berhenti membalik kertas ketika menemukan nama Daren setelah memeriksa curhatan Senja mengenai Tiana. Dia menatap Senja sebentar seraya memikirkan apa yang telah dia baca.

Nama Daren ditulis dua kali dengan isi pesan berbeda. Tulisan kedualah yang membuat Aras berpikir. Dia membaca lirih pesan itu, "Daren, seandainya lo ngebantuin gue di hari itu."

Aras kembali menatap Senja. Pikiran tentang perselingkuhan melintas di benaknya. Namun, sebelum semakin parah, Aras buru-buru mengusirnya. "Percuma kalau gue nanya maksud lo nulis ini apa. Lo gak bakalan ingat." Tangannya menutup buku itu lalu kembali dimasukkan ke tas.

Senja menautkan jemari-jemarinya, merasa bersalah. Sesak sekali rasanya ingin mengingat, tetapi tidak dapat mengingat. Senja tahu Aras pasti berpikir yang tidak-tidak. Akan tetapi, apa yang bisa dilakukan oleh arwah lupa ingatan sepertinya selain meringis dan meminta maaf?

"Ras, lo pasti marah, ya?"

Aras membuang napas panjang. Dibilang marah, tidak, dibilang kecewa pun juga tidak. Dia bingung harus apa sekarang. Dari kejauhan, matanya terus mengawasi pergerakan Daren yang tengah men-dribble bola basket, ada Tiana juga di sana, ikut menyaksikan sesi latihan ekskul basket siang ini.

Setelah berpikir sejenak, Aras memutuskan melangkah mendekati lapangan, tidak peduli Senja terus merengek agar pulang saja. Sampailah Aras di sebelah Tiana hingga gadis yang tadinya berteriak heboh itu kini berhenti dan menatap Aras kebingungan, juga waspada mengingat kejadian terkahir mereka bertemu.

"Mau ngapain Kak Aras ke sini? Kalau cuma pengen berantem sama Daren, lebih baik Kakak pergi," ucap Tiana seraya berdiri di depan Aras.

"Jangan ngomong apa-apa, Ras. Gue tau lo lagi emosi sekarang." Senja sadar bahwa Aras akan mengabaikannya, tetapi hanya itu yang bisa dia lakukan.

Aras menggaruk hidungnya yang tak gatal, lalu memperbaiki posisi tasnya yang hanya disampirkan di salah satu pundak. Dia menatap datar Tiana. "Gue mau lo berhenti gosipin Senja yang enggak-enggak."

Hening sejenak, detik berikutnya tawa Tiana seketika mengudara. Aras tidak dapat menemukan kata-kata lucu dari ucapannya barusan, jadi dia menganggap Tiana memang cewek yang tidak bisa diberi hati.

"Gue salut banget sama Kakak bisa tetap bucin ke orang yang udah gak ada. Tapi, emang gak semudah itu buat lupain Senja, apalagi lupain fakta kalau dia emang selingkuh."

Ucapan dan tepuk tangan Tiana semakin membakar emosi yang mati-matian Aras tahan. Demi kelancaran informasi yang harus segera dia temukan, Aras rela menimbun dalam-dalam kemarahannya.

Sebelum menanggapi Tiana, Aras membuang napas panjang, memejam sejenak untuk menenangkan pikiran, berharap kepalanya bisa benar-benar dingin walau sekejap, hanya untuk menghadapi Tiana dan Daren yang kini berderap ke arah mereka.

"Kenapa? Ada urusan apa lo sama pacar gue?" Seandainya Daren tidak nyolot, mungkin Aras akan baik-baik saja, tetapi cowok di depannya seperti minta dihajar.

Aras sudah mengepal kuat, tetapi tepukan Senja di pundaknya membuat dia mendengkus kesal. Mau tidak mau, dia harus mengubur niatnya lagi dan berusaha sabar untuk beberapa menit ke depan. "Gue gak ada urusan sama dia, gue ada urusan sama lo."

Daren mengernyit. "Soal kita yang kelahi waktu itu? Kenapa? Lo mau lanjutin sekarang?"

"Jangan pancing kemarahan gue. Gue pengen bicara baik-baik sama lo." Tepukan pelan Senja ternyata sedikit membantu emosinya tidak meledak-ledak. Dia bisa berbicara lumayan tenang kali ini.

Meski ragu, Daren tetap penasaran. Jadi dia menyuruh Tiana duduk manis dan menunggunya sebab Aras tidak ingin ada orang lain yang mendengar pembicaraan mereka berdua. Setelah lumayan jauh dari lapangan, Aras mempersiapkan diri untuk melontarkan pertanyaan. Pada akhirnya dia benar-benar berbicara langsung dengan Daren.

"Apa yang lo tau tentang Senja yang gak gue tau?" Aras mengepal lagi, berusaha mengalirkan energi negatif ke kepalan tangannya. Raut wajahnya yang tak tenang semakin tidak karuan ketika menangkap keterkejutan di wajah Daren.

Daren pun tak langsung menjawab. Dia terlihat sedikit panik dan enggan melihat Aras. "Gue gak tau apa-apa."

Aras menelisik wajah Daren yang sama sekali menghindari tatapannya. "Bohong."

Daren tiba-tiba terkekeh seraya berkacak pinggang. "Apa yang bisa gue tau tentang Senja kalau yang ada di dunia Senja cuma lo. Harusnya Senja gak nyembunyiin sesuatu kalau lo emang berarti buat dia."

Ucapan Daren berhasil menohok dalam dadanya. Kali ini Aras yang terlihat panik. Minatnya untuk memperpanjang durasi percakapan terkikis begitu saja. Dia melirik Senja yang mematung dan menatap dengan mata berkaca-kaca.

"Sekalipun gue banyak lupa tentang kita, Ras, gue rasa lo selalu jadi bagian terpenting di hidup gue." Senja tersenyum tipis lalu menunduk, titik-titik air matanya menyentuh tanah setiap detik. "Tapi ... tapi gue bisa apa kalau gue gak bisa ingat semuanya. Bisa jadi Daren benar kalau ternyata gue emang pernah nganggap lo gak penting, Ras."

Aras menggeram dalam hati. Posisinya semakin rumit, di satu sisi ingin melanjutkan pembicaraan dengan Daren meski berat, di sisi lain ingin menenangkan Senja. Dia memejam sembari mengembuskan napas pendek. Ada kejanggalan dalam hatinya. Tidak mungkin Daren tidak mengetahui sesuatu tentang Senja. Jelas-jelas Senja memposting foto cowok itu, berarti Daren ada di balik kejadian nahas yang menimpa Senja, bahkan tulisan Senja tadi lumayan memberikan titik terang.

Catatan awal yang pernah Aras dapatkan di kamar Senja, akun-akun Facebook, buku harian. Sudah banyak informasi yang dia temukan, dan petunjuk paling terang adalah Daren dan Nino. Aras mencoba menyusun macam-macam motif pembunuhan jika benar Daren ada di balik itu semua atau mungkin ... Nino?

"Kalau lo udah gak punya kepentingan lagi, gue pergi sekarang."

Suara Daren membuat Aras segera tersadar dan dia langsung menahan cowok itu. "Lo bilang gak tau apa-apa tentang Senja, tapi gak tau kenapa firasat gue yakin kalau lo sebenarnya tau."

Di samping Aras, Senja berusaha menghentikan tangisnya ketika bayang-bayang kejadian masa lalu muncul secepat kilat dalam benaknya, bahkan dia dapat menangkap wajah Daren meski sekilas. Sayangnya, Senja tidak bisa menebak itu ingatan apa. Sejenak dia mengatur napas meski sesekali masih sesegukan. Matanya terus melihat Daren dan mencoba fokus, detik itu juga wajah Daren kembali berseliweran dalam pikirannya.

"Kamar?" lirihnya ketika mengingat sebuah kamar yang jelas bukan kamarnya, apalagi kamar Aras. Selebihnya hanya ada wajah Daren yang tidak begitu jelas. "Ras, gue ingat sesuatu dan diingatan gue ada Daren dan ... dan kamar."

"Kamar?" Bodohnya Aras berucap lumayan keras di hadapan Daren hingga cowok berbaju basket itu mengernyit dan menengok ke arah Aras melihat.

Daren tersenyum miring dan bersiap-siap pergi. "Sepertinya lo lagi gak waras. Tapi ini udah keberapa kalinya gue lihat lo seperti ngobrol sendiri, atau emang mungkin lo lagi ngobrol?"

***
 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Lantas?
51      50     0     
Romance
"Lah sejak kapan lo hilang ingatan?" "Kemarin." "Kok lo inget cara bernapas, berak, kencing, makan, minum, bicara?! Tipu kan lo?! Hayo ngaku." "Gue amnesia bukan mati, Kunyuk!" Karandoman mereka, Amanda dan Rendi berakhir seiring ingatan Rendi yang memudar tentang cewek itu dikarenakan sebuah kecelakaan. Amanda tetap bersikeras mendapatkan ingatan Rendi meski harus mengorbankan nyawan...
Untuk Takdir dan Kehidupan Yang Seolah Mengancam
810      539     0     
Romance
Untuk takdir dan kehidupan yang seolah mengancam. Aku berdiri, tegak menatap ke arah langit yang awalnya biru lalu jadi kelabu. Ini kehidupanku, yang Tuhan berikan padaku, bukan, bukan diberikan tetapi dititipkan. Aku tahu. Juga, warna kelabu yang kau selipkan pada setiap langkah yang kuambil. Di balik gorden yang tadinya aku kira emas, ternyata lebih gelap dari perunggu. Afeksi yang kautuju...
Dunia Alen
6221      1773     2     
Romance
Alena Marissa baru berusia 17 belas tahun, tapi otaknya mampu memproduksi cerita-cerita menarik yang sering membuatnya tenggelam dan berbicara sendiri. Semua orang yakin Alen gila, tapi gadis itu merasa sangat sehat secara mental. Suatu hari ia bertemu dengan Galen, pemuda misterius yang sedikit demi sedikit mengubah hidupnya. Banyak hal yang menjadi lebih baik bersama Galen, namun perlahan ba...
Seutas Benang Merah Pada Rajut Putih
1701      825     1     
Mystery
Kakak beradik Anna dan Andi akhirnya hidup bebas setelah lepas dari harapan semu pada Ayah mereka Namun kehidupan yang damai itu tidak berlangsung lama Seseorang dari masa lalu datang menculik Anna dan berniat memisahkan mereka Siapa dalang dibalik penculikan Anna Dapatkah Anna membebaskan diri dan kembali menjalani kehidupannya yang semula dengan adiknya Dalam usahanya Anna akan menghadap...
When Magenta Write Their Destiny
6418      1731     0     
Romance
Magenta=Marina, Aini, Gabriella, Erika, dan Benita. 5 gadis cantik dengan kisah cintanya masing-masing. Mereka adalah lima sahabat yang memiliki kisah cinta tak biasa. Marina mencintai ayah angkatnya sendiri. Gabriella, anak sultan yang angkuh itu, nyatanya jatuh ke pelukan sopir bus yang juga kehilangan ketampanannya. Aini dengan sifat dingin dan tomboynya malah jatuh hati pada pria penyintas d...
AVATAR
8196      2296     17     
Romance
�Kau tahu mengapa aku memanggilmu Avatar? Karena kau memang seperti Avatar, yang tak ada saat dibutuhkan dan selalu datang di waktu yang salah. Waktu dimana aku hampir bisa melupakanmu�
Sweet Equivalent [18+]
5052      1273     0     
Romance
When a 19 years old girl adopts a 10 years old boy Its was hard in beginning but no matter how Veronica insist that boy must be in her side cause she thought he deserve a chance for a better live Time flies and the boy turn into a man Fact about his truly indentitiy bring another confilct New path of their life change before they realize it Reading Guide This novel does not follow the rule o...
Special
1646      868     1     
Romance
Setiap orang pasti punya orang-orang yang dispesialkan. Mungkin itu sahabat, keluarga, atau bahkan kekasih. Namun, bagaimana jika orang yang dispesialkan tidak mampu kita miliki? Bertahan atau menyerah adalah pilihan. Tentang hati yang masih saja bertahan pada cinta pertama walaupun kenyataan pahit selalu menerpa. Hingga lupa bahwa ada yang lebih pantas dispesialkan.
La Nuit
20602      2411     8     
Mystery
La Nuit artinya Malam, yang diambil dari bahasa Prancis. Mengisahkan 3 remaja yang masih duduk di bangku sekolah menengah, mencari bukti yang membuat kakak tiri Ren meninggal dan juga kecelakaan orang tua Gemi. Pelaku tersebut, belum di tangkap, sampai akhirnya salah satu dari mereka menjadi korban.
About love
1298      607     3     
Romance
Suatu waktu kalian akan mengerti apa itu cinta. Cinta bukan hanya sebuah kata, bukan sebuah ungkapan, bukan sebuah perasaan, logika, dan keinginan saja. Tapi kalian akan mengerti cinta itu sebuah perjuangan, sebuah komitmen, dan sebuah kepercayaan. Dengan cinta, kalian belajar bagaimana cinta itu adalah sebuah proses pendewasaan ketika dihadapkan dalam sebuah masalah. Dan disaat itu pulalah kali...