SEPERTI MATI LAMPU YA, SAYANG..
SEPERTI MATI LAMPU..
CINTAKU TANPAMU YA SAYANG BAGAI MALAM TIADA BERLALU...
Suara tersebut mengema kencang di dalam ruang basecamp Lingkar Pena. Kaevan, Ardam dan beberapa para senior bergoyang asik di depan kamera ponsel.
Chayra yang sedang terduduk sambil menorehkan pena di atas sebuah buku, mengelengkan kepala berkali-kali. Tidak ada niat sedikit pun untuk bergabung bersama mereka. Ardam yang sejak tadi asik bergoyang, tiba-tiba menyapa Chayra yang duduk di pojok base camp.
"Ra... Sini dong, kita Oppa Nastar!" ajak Ardam.
Cowok itu menghampiri Chayra yang sedang duduk sambil memegang sebuah buku. Ardam menarik tangan Chayra berusaha mengajak Chayra untuk bergabung.
"Ayo, Ra! Kita goyang.."
"Gak mau!" sergah Chayra.
Kaevan yang melihat Ardam berusaha mengajak Chayra. Menghampiri mereka.
"Ayo, Ra.. Kita goyang, Seperti mati lampu," ucap Kaevan, dengan wajah tengil. Dan tangan memegang lighstick nazar atau sering disebut nastar bong.
Chayra mendorong tubuh Ardam yang sudah berjoget di depannya.
Chayra menatap jijik kepada Ardam dan Kaevan. Sedangkan Ardam terkekeh, melihat ekspresi Chayra. Dengan cepat Chayra memutuskan untuk pergi, ia memasukkan beberapa buku ke dalam tas. Kemudian, memilih pergi.
"Lho Ra? Mau ke mana?" tanya Kaevan.
"Pulang." Chayra menyampirkan tas ransel berwarna peach dipunggung.
Ardam mengecutkan bibirnya. "Ya udah..."
Sedangkan Kaevan mengangkat kedua bahunya. Kemudian, Ardam dan Kaevan kembali asik bernyanyi sekaligus menari goyang mama muda.
Chayra yang jengah dengan suasana base camp langsung bergegas melangkah keluar. Ia mengecutkan bibir. Sebuah kesalahan besar bagi Chayra datang ke base camp tanpa ditemani Ranasya.
Padahal Chayra berniat datang ke basecamp untuk menyelesaikan tugas membuat cerpennya. Yang mungkin akan dimuat di koran kampus. Tetapi, niat terus mendadak Chayra urungkan.
Dengan langkah penuh kekesalan Chayra memutuskan untuk pergi ke kostsan Valya. Sudah lama dirinya tidak mampir dan berbincang dengan teman-temannya. Hari-hari Chayra selalu disibukkan dengan kegiatan di Lingkar Pena.
Chayra lalu, mengenakan sepatu yang diambil dari rak sepatu. Berjalan menyusuri tangga. Tidak lupa Chayra memberi tahu kepada Valya jika ia ingin berkunjung.
Valya
Val, di kosan ga?
Tidak lama berselang Valya membalas pesan yang Chayra kirim.
Ia di kosan. Sini, ciwi-ciwi juga pada di sini. Kuy, kumpul.
Dengan cekatan Chayra membalas pesan dari Valya.
Oke OTW
Chayra tanpa sengaja menabrak tubuh seseorang. Membuat tubuh kecil Chayra kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Sesegera mungkin Chayra bangun sendiri dan ingin meminta maaf. Baru saja Chayra ingin mengucapkan kata maaf, mata melebar ketika mengetahui siapa seseorang yang baru saja ia tabrak itu.
"Sorry... Sorry.. Gua gak senga—"
Chayra tampak terkejut dengan penampilan Tafila. Wajahnya berseri dan semringah sangat berbeda dari biasanya. Sudut bibir Chayra membentuk lekukan kecil. Pandangan mata Chayra tidak berkedip.

Tafila memincingkan mata menatap Chayra. Ia berdehem sembari merapikan baju yang dikenakan.
"Kenapa Ra. Liatin gua-nya biasa aja," ujar Tafila.
Chayra mendorong tubuh Tafila yang saat itu jarak di antara mereka sangat dekat. Bukannya merasa tidak enak hati dengan Chayra. Tafila tersenyum miring dan menaikkan sebelah alisnya. Chayra bergedik ngeri.
"Suka lo ya sama gua?" ungkap Tafila penuh percaya diri.
Mata Chayra melotot mendengar ucapan Tafila. Buru-buru Chayra segera menghindar dari orang tersebut. Karena tersadar bahwa orang yang ia tabrak adalah orang yang berusaha ia hindari. Dengan kecepatan langkah seribu. Chayra telah menghilang dari hadapan cowok yang baru saja ia tabrak.
"Ra.. Chayra.. Tunggu!"
"Bercanda gua. Jangan marah," teriak Tafila di tengah lorong menuju Fakultas Sains yang sepi.
Iris mata hitam cowok yang baru saja ditabrak oleh Chayra, menatap pasrah. Ia menatap punggung gadis berambut hitam sebahu dengan bergeming. Ingin mengejar namun, pasti gadis itu akan selalu menghindar. Jadi, ia putuskan untuk terdiam.
Cowok berkemeja hitam bernama Tafila itu pada akhirnya kembali melangkah. Mengingat ia ada urusan penting yang harus segera didatangi. Tetapi, belum sempat ia melangkah.
Tafila membungkukkan tubuhnya. Mengambil sebuah foto polaroid yang ia yakini adalah milik Chayra. Mata Tafila tampak terkejut kala membalik foto polaroid yang baru saja ia temukan.
Ia menarik napas panjang, seakan oksigen di bumi menghilang. Sekarang pikirkannya carut-marut. Kemudian, Tafila membalikkan tubuhnya kembali menatap ke arah Chayra pergi. Padahal gadis itu sudah tidak berada dihadapanya.
Tafila melangkah menuju arah Chayra pergi. Berharap menemukannya. Tetapi, semesta sedang tidak bersahabat dengannya. Ada sesuatu yang beegejolak di dalam dirinya setelah menatap foto polaroid tersebut.
Tafila tersenyum miris. Ia memasukkan foto polaroid yang mendampingi potret dua orang anak kecil berusia sepuluh tahun. Ke dalam saku kemejanya.
***
"Selamat datang di kosan Valya. Silakan masuk, semoga betah ya!" ucap Nindya, setelah membukakan pintu untuk Chayra.
Chayra yang mendengar ucapan konyol itu tertawa. Begitu pun dengan Valya, Alya dan Nikita.
"Yeh malah ketawa. Masuk, kering nanti gigi lo."
Chayra mengangguk. Ketika baru menginjakkan kaki, Chayra menautkan kedua alis. Meniti penampilan keempat temannya.
"Kalian abis dari mana?"
"Dari mana?" ucap Valya.
"Itu rapi banget. Pada make up lagi."
"Oh ini... Kita mau pergi. Nanti kayaknya ada yang mau traktir. Soalnya tangan gua gatel. Biasanya kalo gatel dapet duit," celetuk Nindya.
"Eh iya nih.. Tangan gua juga gatel, mau dapet traktiran kali yaa," timpal Alya.
Chayra menarik napas. Baru saja sampai sudah disindir. Chayra pun memutuskan untuk acuh.
"Eh Ra... Traktir bisa kali yang abis jadian!" lontar Nikita. Chayra merasa tertohok.
"Tau nih!" kali ini, mereka kompak bersuara. Membuat Chayra langsung menepuk keningnya, pasrah.
"Nindya, lo mah. Bilang-bilang!" protes Chayra. Pasalnya yang tahu Chayra jadian hanya Nindya.
"Kabar baik harus dikasih tau!"
Chayra memutar bola mata. Ia pun memilih duduk, karena sejak ia masuk yang punya kamar kost tidak menawarinya untuk duduk.
"Jadi kita mau ditraktir apa Ra?" Desak Valya.
"Kalian maunya apa?"
"Asik, banyak duit!" kata Alya.
Chayra memukul kecil lengan Alya. Yang tidak membalas, ia hanya mengusap lengan yang baru saja dipukul oleh Chayra.
"Engga gituuu."
"Ya udah gua mau pizza," jawab Nindya.
"Gua, bakso aci deh," ucap Nikita.
"Kalo gua, kentang MCD aja deh!" ucap Alya. Seketika semua tertawa mendengar ucapan Alya.
"Kenapa lo semua?" tanya Alya polos.
"Yah elo Al. Masa kentang MCD."
"Emangnya kenapa?"
"Mana kenyang!" ucap Nindya.
"Kenyang. Kalo pesennya sepuluh!" jawab Alya, setelah itu ia mengulurkan lidahnya.
"Eh udah.. Udah... Bisa ga si mintanya jangan yang mahal? Abis dari sini gua gak bisa pulang nanti!" protes Chayra.
Nindya memandang Chayra dari balik cermin. Ia sedang menghapus make up setelah bermain make up Challenge di toktok yang sedang viral.
"Ya udah deh. Gua seblak kalo gitu."
"Gua juga!" tutur Alya, Nikita dan Valya bersamaan.
"Yeee! Ngikutin aja!"
Jemari Valya pun lantas mencari seblak di aplikasi ojek online. Untuk memesan makanan.
"Eh Ra. Kok idung gua gatel ya?"
Chayra menoleh. Ia menatap hidung Valya yang saat itu sudah sangat memerah. Terlihat lucu sekali, seperti badut.
"Itu ada tissu, pake aja buat keluarin ingus lo."
"Idung gua gak ingusan ya. Gua bukan bocah kecil yang ingusan, tapi idung gua gatel."
"Mau numbuh kali idung lo. Biar mancungan dikit!" goda Nindya.
"Sialan lo!" rajuk Valya.
"Gua serius," balas Nindya.
Chayra yang mendengar ucapan Nindya terkekeh kecil. Valya melempar bantal ke arah Nindya karena kesal. Yang dilempar malah memberikan cengiran.