Suara peluit mengawali pertandingan basket. Keriuhan penonton mulai terdengar. Chayra duduk pada tribun penonton dan sesekali memotret untuk laporan dokumentasi.
Alditya baru saja sampai di stadion—tempat pertandingan basket berlangsung. Ia mencari tempat duduk yang masih tersisa yang khusus disediakan untuk anggota Lingkar Pena. Terdapat dua tempat yang tidak diduduki. Yang pertama di sebelah Andrian dan yang kedua tepat di belakang Chayra. Pilihan Alditya jatuh pada tempat duduk yang berada di belakang Chayra.
Alditya pun segera duduk tepat di belakang Chayra. Setelah itu, ia menepuk pundak Chayra yang membuat Chayra terkejut bukan main.
"Lo ngapain di sini?" tanya Alditya pada Chayra.
"Lagi fotoin kak."
"Fotoin apaan?"
"Buat dokumentasi kak."
"Duh! Fotonya tuh di sana. Di bawah dekat lapangan atuh neng!" Alditya menepuk keningnya.
"Tapi kak?"
"Tapi kenapa? Cepetan! Kerja harus profesional!" tutur Alditya. Chayra mencebik malas.
"Kenapa? Kenapa ngeliatin gua?" ucap Alditya, sambil menatap manik mata Chayra. "Suka lo sama gua?"
Chayra terperangah mendengar ucapan Alditya. Dengan cepat ia pun membuang pandangannya ke arah lain. Alditya terkekeh.
"Udah cepat sana!"
Perasaan kesal bercokol dihati Chayra. Ia pun segera berdiri dari tempat duduk atas permintaan Alditya. Alditya tersenyum simpul melihat Chayra.
"Gua duluan ya Sya!" ucap Chayra pada Ranasya. Ia pun berjalan menuruni tangga dan menuju sisi lapangan.
Lucu banget sih!
Alditya merasakan sesuatu yang berbeda pada gadis bernama Chayra itu. Membuat hari Chayra terkesan buruk adalah hal yang menyenangkan bagi Alditya. Rasanya sangat menyenangkan sekaligus lucu jika melihat gadis itu kesal. Alditya menarik napasnya, kemudian menghembuskannya. Pandangan mata Alditya tidak henti-hentinya memandang Chayra yang sekarang sedang berada dipinggir lapangan.
"Dor!"
"Eh kodok ... Kodok..." ucap Alditya begitu saja.
Tiara tertawa lepas ketika mendengar Alditya. Alditya merapal kesal. Bibirnya mengerucut. Untung saja ia tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Sangat konyol jika diberitakan seorang mahasiswa masuk rumah sakit akibat dikejutkan oleh temannya. Tiara terkekeh. Tangannya dengan sigap mencubit bibir Alditya yang mengerucut seperti bebek.
"A—aduh! Sakit woy!" dengus Alditya. Tiara pun melepaskan tangan dari mulut Alditya.
"Lo liatin siapa sih?" ucap Tiara, menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri mencari seseorang.
Alditya mengedikkan bahu. "Bukan siapa-siapa. Udah ya, gua mau bertugas dulu. Bye!" sahut Alditya. Ia pun berdiri dari tempat duduk dan berjalan menuju Chayra. Seulas senyum tipis terbentuk diwajah Tiara.
"Dasar Alditya."
Alditya menatap punggung Chayra sembari menarik sudut bibirnya. Membentuk senyum yang sulit diartikan. Sejurus kemudian, ia berjalan menuju Chayra dan menepuk pundaknya. Dan lagi-lagi membuat Chayra terkejut.
"Ke—kenapa lagi kak?" tanya Chayra terbata dengan sebelah alis terangkat.
"Lo kok berdirinya di sini sih? Di sana tuh, yang lebih dekat. Jadi dokumentasi itu harus sigap."
Chayra memutar bola matanya, berusaha menahan emosi. Bagaimana tidak, sepertinya segala hal yang dilakukannya tampak selalu salah di mata cowok bernama Alditya itu.
"Terus saya harus di mana, kak?"
"Di sana. Di dekat ring basket, kalau ada yang mencetak skor bisa terlihat dengan jelas," jawab Alditya.
"Ta—"
"Tapi terus. Sudah sana," potong Alditya. Chayra dengan langkah malas menuruti perintah Alditya.
***
Jam menunjukkan pukul lima sore dan pertandingan semakin terasa seru saat salah satu regu mencetak skor. Ketika salah satu grup mencetak skor, Chayra tidak ketinggalan untuk mengambil moment berharga tersebut. Tidak salah memang Alditya memerintahkan dirinya untuk berdiri di dekat ring basket.
Tangan Chayra masih tampak asik memainkan beberapa tombol yang berada di kamera DSLR yang ia gunakan. Ia sibuk mengatur ISO pada kamera agar tampak bagus jika dipotret. Namun, nasib sial harus Chayra alami. Ketika suara teriakan terdengar dari beberapa pemain serta panitia yang berada tidak jauh dari lapangan.
"AWAS!"
Belum sempat Chayra mencari tahu apa dan mengapa tiba-tiba beberapa orang berteriak awas. Kepala Chayra sudah terkena bola basket yang melayang tepat di kepalanya.
BUG!
Bola basket tersebut sukses mengenai kepala Chayra. Ia terhuyung dan tubuhnya terjatuh. Seketika Chayra tidak sadarkan diri akibat terkena bola basket. Suasana menjadi riuh, beberapa panitia langsung menghampiri Chayra dan pertandingan basket terhenti.
Tanpa menunggu-nunggu waktu lagi, Alditya berlari menghampiri Chayra. Dengan langkah gusar, ia mengangkat tubuh Chayra menuju tribun. Sebelum itu, Alditya memberikan kamera yang berada di leher Chayra pada Kaevan.
Beberapa pasang mata masih tampak mencari tahu bagaimana keadaan Chayra. Setelah Chayra diamankan. Pertandingan yang sempat terhenti ketika, bola basket mengenai kepala Chayra dan membuatnya tidak sadarkan diri pertandingan kembali normal.
Kepala Chayra ditidurkan di atas pangkuan Alditya sebagai penyangga. Kepanikan melanda batin Alditya, pasalnya ia yang menjadi sebab Chayra seperti ini.
"Nih olesin dipelipis dan hidung dia," ucap Tiara. Ia memberikan sebuah minyak angin kepada Alditya.
Beberapa panitia yang berada di lokasi juga ikut membantu. Ada yang sibuk mengipasi Chayra agar ia cepat sadarkan diri. Ada yang memijat pergelangan kaki Chayra dan sisanya hanya sekedar ingin tahu bagaimana keadaan Chayra.
Alditya mengoleskan cukup banyak minyak angin di hidung Chayra. Ia tidak tahu harus sebanyak apa agar Chayra kembali sadarkan diri. Jadi, Alditya berkali-kali mengoleskan minyak angin tersebut di hidung serta pelipis Chayra.
Tidak lama kemudian, mata Chayra terbuka perlahan. Berusaha menerima cahaya yang masuk ke dalam matanya. Ia memegang kepala rasa pusing melanda kepalanya sebagai efek yang ditimbulkan akibat terkena lemparan bola basket.
Dan ketika Chayra mulai tersadar dari pingsan. Raut wajah Alditya berubah menjadi senang. Chayra melihat wajah Alditya tepat dihadapanya. Seketika Chayra pun langsung merubah posisinya bangun dari tidur dan duduk.
"Di minum dulu nih," ujar Tiara.
Chayra menerima minuman yang diberikan Tiara kepadanya. Ia meminum air tersebut dengan sekali tegukkan. Efek samping dari pingsan mungkin.
"Yan, mendingan lo bawa dia ke base camp deh. Lumayan biar dia bisa tidur di sana," saran Tiara. Alditya mengangguk setuju.
Chayra menahan napasnya saat Alditya berusaha membantunya berdiri. Ada debar-debar aneh melanda jantungnya. Dengan sigap Alditya memapah tubuh Chayra menuju basecamp. Tidak ada pembicaraan sedikitpun mereka saling diam.
Tidak butuh waktu lama untuk sampai di basecamp Lingkar Pena. Karena letak basecamp dengan stadion sangat dekat yaitu base camp berada di samping stadion. Selepas berjalan menaiki tangga mereka pun sampai di depan basecamp. Alditya merogoh saku celananya, mencari kunci basecamp berada.
Alditya dan Chayra melangkahkan kaki masuk ke dalam basecamp. Ia pun membantu Chayra untuk merebahkan tubuhnya di atas sofa yang tersedia di basecamp.
"Lo istirahat dulu ya. Gua pergi sebentar," kata Alditya. Chayra tidak memedulikan Alditya, ia pun kembali memejamkan mata. Kesempatan untuk tidur tidak ingin ia sia-siakan.