Antara kamu dan aku adalah sesuatu yang tidak pasti dan tidakku mengerti.
---
Udara dingin yang segar keluar dari AC yang baru saja dinyalakan oleh seorang mahasiswi berambut hitam lurus panjang, bernama Lisa. Setelah suasana ruangan perkuliahan ramai, karena sejak tadi AC tidak bisa menyala.
Aneh memang, dari tiga puluh mahasiswa tidak ada yang bisa menyalakan AC tersebut. Beruntungnya ada Lisa si penyelamat udara di kelas yang baru saja datang. Dengan ponsel yang bisa digunakan untuk menyalakan AC, ia sukses menjadi pahlawan.
Tafila mengedarkan pandangan ke penjuru ruang. Mengetukkan jemarinya di atas meja, matanya tertuju pada seorang gadis yang duduk pada kursi depan dekat pintu kelas. Ia sibuk dengan buku yang sekarang tengah asik ia baca.
Sementara itu, Tafila merogoh saku kantung celananya. Mengambil sebuah ponsel yang sedari tadi bergetar membuat dirinya merasa terganggu. Tafila memeriksa ponsel didapati beberapa notifikasi dari dosen yang seharusnya mengisi mata kuliah hari ini.
'Salam Fila. Hari ini saya tidak bisa hadir dikarenakan saya pergi keluar kota. Terima kasih. Tolong beritahu pada teman-teman mu kelas hari ini tidak ada. Diganti pada pekan besok.'
Tafila terbelalak membaca pesan dari dosen mata kuliah Geografi Regional Indonesia tersebut. Pasalnya, pasti teman-temannya mengerutu serta menyalahkannya. Manusia memang begitu, suka menyalahkan orang lain. Padahal orang tersebut pun juga tidak tahu kalau akhirnya seperti ini.
Segera Tafila meneruskan pesan dari dosen tercintanya itu ke grup kelas. Setelah itu, Tafila pun berdiri di atas bangku.
"Gais! Perhatian-perhatian diharapkan membaca grup kelas sekarang juga!" ucap Tafila, sambil menyatukan kedua telapak tangannya. Yang digunakan seperti Toa masjid agar terdengar oleh teman-temannya.
Sebagian mahasiswa dan mahasiswi yang asik mengobrol serta bernyanyi tidak jelas langsung memegang ponselnya masing-masing. Termasuk mahasiswi yang sedang asik membaca buku yang Tafila katakan tadi.
Detik kemudian, setelah mereka memeriksa ponselnya masing-masing dugaan yang Tafila lontarkan terjadi.
Yah elah! Udah jauh-jauh datang malah ga ada.
Kenapa baru bilang!
Tafila, kenapa baru bilang si!
Duh, kenapa baru dikabarin si?
Tidak salah jika mereka mengerutu, mata kuliah yang seharusnya masuk hari Rabu diganti menjadi hari Senin. Waktu yang bisa digunakan untuk beristirahat di rumah atau sekedar tidur-tiduran di atas kasur.
Sekarang menjadi terasa sia-sia, ketika mata kuliah tersebut harus diganti lagi menjadi pekan depan. Sebab, jadwal mata kuliah mereka hanya sembilan belas Sks dan hari masuk kuliah hanya tiga hari sisanya tidak ada perkuliahan.
Tanpa menunggu-nunggu waktu, mereka pun segera membubarkan diri. Ada yang segera menuju kantin kampus untuk sekedar nongkrong dan ada juga yang langsung pulang ke rumah.
Tafila memasukkan buku tulis satu-satunya yang ia punya ke dalam tas ransel hitamnya. Sembari melirik gadis yang masih asik membaca buku. Seperti tidak terjadi hal yang membuatnya kesal hari ini, gadis itu masih saja duduk dan membaca sebuah buku.
"Ikut ke HMJ ga lo?" ucap Angkasa teman sekelasnya.
"Engga deh."
"Oke." Angkasa menepuk bahu Tafila dan berkata, "Duluan ya bro!"
Tafila menghampiri gadis yang tengah asik membaca buku tersebut. Namanya Chayra Ainin Qulaiba biasa dipanggil Chayra. Gadis cantik namun, cuek dan jutek. Wajahnya imut seperti anak kecil dengan alis tebal, bulu mata lentik sejak lahir, rambut lurus sebahu dan kulit kuning langsat, namun sayangnya dia pendek.
Tafila duduk di samping Chayra, mengamatinya sambil tersenyum. Chayra yang merasa diamati oleh seseorang pun menolehkan kepalanya menatap Tafila.
"Hai cantik? Ga pulang?" tanya Tafila.
Chayra terdiam detik kemudian, ia menutup bukunya memasukkan ke dalam tas ransel berwarna peach-nya. Bukannya menjawab pertanyaan Tafila, ia memilih mengabaikan cowok dihadapanya.
Gadis itu pun berdiri dari tempat duduk dan pergi begitu saja. Untung saja kelas sudah sepi dan hanya ada dirinya dan gadis itu. Jadi, Tafila tidak harus menutup wajahnya karena malu diabaikan oleh Chayra.
***
Chayra berdecak, ia berjalan di lorong kelas menuju lift sambil menghentak-hentakkan kedua kakinya. Pasalnya ia sudah rela berdesak-desakkan di dalam bus transjakarta dan berlari menaiki tangga untuk mengikuti kelas Geografi Regional Indonesia tersebut dan kini, semua usahanya sia-sia.
Kekesal Chayra bertambah ketika keempat orang teman baiknya tidak datang ke kampus. Karena, mereka sudah tahu jika mata kuliah Geografi Regional Indonesia dibatalkan.
"Ra tungguin dong!" Tafila berlari mengejar Chayra.
Tafila tidak peduli dengan pengabaian Chayra. Ia justru mengejar gadis itu. Tafila menekan tombol lift yang hampir tertutup. Beruntung baginya lift tersebut masih bisa terbuka, jika tidak ia kehilangan jejak Chayra.
Tafila segera masuk ke dalam lift dan semesta pun seakan mendukungnya. Tafila dan Chayra berada di dalam lift hanya berdua dan lift Fakultas Sains berjalan terasa lambat.
"Kamu mau langsung pulang?" tanya Tafila hati-hati.
Chayra yang sedang memainkan ponselnya menoleh ke arah Tafila. "Mau ke perpustakaan."
Tafila menganggukkan kepala lalu berkata, "Terus habis itu kemana lagi?"
Hening.
Chayra tidak membalas perkataan Tafila, ia memilih kembali mengabaikan Tafila. Tafila pun kembali berkata, "Abis dari perpus kemana?"
"Pulang."
"Bareng ya gua. Lo naik Transjakarta kan?" Chayra hanya menganggukkan kepalanya.
TING!
Lift telah berhenti di lantai satu. Segera Chayra melangkahkan kaki keluar dari lift. Sedangkan Tafila mengikuti Chayra menuju perpustakaan kampus. Setelah berjalan melewati lorong yang menghubungkan Fakultas Sains dengan Perpustakaan mereka pun telah sampai di loby perpustakaan.
Chayra sibuk mengeluarkan buku yang ia pinjam di perpustakaan kemarin. Sementara itu, Tafila duduk di sofa yang tersedia di loby perpustakaan.
"Lo mau minjem buku?"
Chayra menatap Tafila, kemudian mengelengkan kepalanya. "Cuma mau balikin buku ini aja."
"Ya udah tas lo titipin ke gua aja. Daripada lo ke tempat penitipan tas buat nitip tas, terus abis itu balik lagi buat ambil tas?" tawar Tafila pada Chayra.
"Tenang ga bakal gua bawa kabur tas lo!" ucap Tafila, sambil menengadahkan ke dua jarinya.
"Udah sana, gua tunggu di sini kok!" ucap Tafila, sambil tersenyum yang membuat lesung pipinya terlihat.
Namanya Tafila Rayhan, panggilannya Tafila, Ta, atau La. Tapi, jangan pernah memanggil dia dengan sebutan Fila. Katanya nama itu seperti sepatu!
Tafila orang yang berhasil merobohkan tembok penghalang Chayra dari dunia kesendiriannya. Cowok yang Chayra kenal sejak ia duduk di kelas sebelas SMA.
Waktu itu, tiba-tiba saja Tafila duduk di samping Chayra yang tidak memilki teman sebangku padahal ia duduk dengan Afif. Tetapi, ia meninggalkan Afif dan memilih duduk bersama Chayra. Dan sejak saat itu Tafila menjadi dekat dengan Chayra. Bukan dekat, namun Tafila yang mencoba mendekat dengan Chayra.
---