“Yakk!” teriak Kim Lee Jung yang tiba-tiba membuka kaca mobilnya dan melemparkan buah anggur yang ia makan ke wajah Azel.
Kim Seok Jin dan semua orang di sana tampak terkejut mendapati Azel yang dilempari buah anggur itu oleh Kim Lee Jung, adiknya Kim Seok Jin.
“Yakk, Lee Jung-a!” teriak Kim Seok Jin bergegas menghentikan Kim Lee Jung yang terus melempari buah anggur itu ke Azel.
Azel yang merasa kesal akhirnya mengeluarkan jurusnya menangkapi buah anggur yang di lempar itu ke arahnya.
Kim Lee Jung yang melihat itu tampak terkejut mendapati Azel dengan lincah menangkapi buah anggurnya.
“Tceh! Sial,” ucap Kim Lee Jung bergumam.
Semua member BTS di sana pun ikut terkejut melihat kemampuan Azel yang menangkapi buah anggur itu.
Jeon Jungkook, J-Hope dan Park Jimin sontak bertepuk tangan karena melihat itu. Mereka tampak kagum dengan keahlian Azel yang tak terduga itu.
Berhubung Kim Lee Jung mulai berhenti melempari buah anggur itu, Kim Seok Jin membuka pintu mobilnya dan menegur Kim Lee Jung dengan tegas.
“Hentikan, Lee Jung-a!” teriak Kim Seok Jin membuat Kim Lee Jung tersentak kaget karena mendapat teguran keras itu dari Kim Seok Jin.
Semua member dan staf di sana pun ikut mengalihkan pandangannya ke arah Kim Seok Jin yang tengah memarahi Kim Lee Jung itu.
Azel yang berdiri di sana tampak bengong seraya membatin. ‘Apa? Dia membelaku?’
“Apa yang kau lakukan? Tolong jaga sikapmu,” tukas Kim Seok Jin membuat Kim Lee Jung mendelikkan matanya sinis, lalu menutup pintu mobil itu dengan kuat.
Tak lama kemudian, datang ayahnya Kim Seok Jin yang baru saja selesai berbincang dengan papa Bear.
“Hati-hati, kabari kami jika kalian sudah sampai.”
“Ye, gamsahabnida. Aku pergi dulu," ucap Soo Jun, ayahnya Kim Seok Jin kepada papa Bear. Setelah keduanya saling berjabat tangan, Soo Jun tampak berjalan pergi memasuki mobil di bagian kursi depan. Melihat itu, perlahan Kim Seok Jin ikut melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil.
Semua member tampak mengucapkan salam perpisahan itu kepada Kim Seok Jin. Perlahan mereka mulai melambaikan tangannya begitu mobil yang dinaiki Kim Seok Jin itu berjalan pergi meninggalkan halaman gerbang masuk.
Azel yang sudah mengumpulkan banyak buah anggur itu, perlahan ia lepaskan hingga berjatuhan ke bawah. Melihat kepergian Kim Seok Jin dengan raut wajahnya yang tampak sedih, seketika membuat Azel seolah ikut merasakan kesedihan itu.
Perlahan mobil yang dinaiki Kim Seok Jin tampak sudah tidak terlihat lagi. Para member BTS termasuk Park Jimin yang hendak beranjak dari sana, melihat Azel yang tengah termenung diam dengan buah anggur yang tampak berserakan di bawah kakinya.
Park Jimin mengayunkan langkahnya menghampiri Azel. Perlahan Park Jimin melambaikan tangannya ke wajah Azel yang termenung itu hingga mengedipkan matanya terkejut menyadari Park Jimin yang sudah berdiri di hadapannya.
Para member yang melihat itu tampak tak peduli dan perlahan mulai beranjak pergi dari sana.
“Yakk, apa yang kau pikirkan? Kenapa wajahmu tampak pucat?” tanya Park Jimin dengan tatapan herannya.
“Aku, aku sedang tidak enak badan,” jawab Azel dengan wajahnya yang terlihat lesu.
Park Jimin tampak mangguk-manggukkan kepalanya paham melihat kondisi wajah Azel dan pengakuan Azel yang selaras. “Baiklah kalau begitu, kau boleh istirahat. Bahkan sejak tadi aku juga memintamu untuk istirahat di kamar kan? Tapi sepertinya kau juga ingin mengantar kepergian Seok Jin Hyung,” cetus Park Jimin menyindir halus lantaran membuat Azel seketika menjadi kikuk.
“Apa yang kau katakan? Itu semua juga tidak lebih. Aku hanya ingin berpartisipasi saja. Ikut berduka,” tutur Azel menutupi rasa perhatian dan simpatinya yang sebenarnya kepada Kim Seok Jin.
“Arrasso! Aku percaya itu. Eumm, tapi ngomong-ngomong, kau tadi hebat loh! Kau bisa menangkapi buah anggur yang di lempar ke arahmu tadi. Uwah, itu tadi benar-benar pemandangan yang keren!” ucap Park Jimin memuji kemampuan Azel.
Azel hanya diam seraya mengulas senyuman simpul karena mendapat pujian itu dari Park Jimin.
“Kalau boleh tahu, kau belajar dengan siapa?” tanya Park Jimin lebih lanjut.
“Anniy, aku belajar sendiri. Sejak kecil, aku biasa melakukan lempar tangkap bersama sahabat ku. Tapi,” Azel menundukkan wajahnya dan menahan bicaranya untuk melanjutkan ceritanya itu.
Mendengar dan melihat reaksi wajah Azel, tentu membuat Park Jimin bertanya-tanya. “Waeyo?” tanya Park Jimin penasaran.
“Sahabatku sudah meninggal,” ucap Arsyiqui memberitahu.
Park Jimin tampak terkejut hingga tersentak diam menatap lekat wajah Azel yang mengatakan itu.
“Heh,” sontak Azel mendenguskan napasnya kasar. “Kenapa aku harus menceritakan ini? Aku harus kembali ke kamarku,” ucap Azel perlahan mulai membalikkan badannya dan beranjak pergi dari hadapan Park Jimin.
Park Jimin masih dengan diamnya seraya menatap punggung Azel yang baru saja enyah dari hadapannya itu.
“Ada masalah apa sebenarnya dia?” gumam Park Jimin dengan suaranya yang terdengar pelan.
Azel yang terus berjalan dengan langkahnya yang pendek dan pelan, lantaran baru tiba di kamarnya tepat jam 6 sore waktu Korea.
Sampai tepat berdiri di depan pintu, Azel menghela napasnya panjang dan kembali mengingat saat Kim Seok Jin yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya pagi tadi. Ingatan itu tak membuat Azel lupa sampai kapan pun. Bayangan Kim Seok Jin seolah membekas dan tidak pergi dari sana.
Menyadari dirinya yang berdiam diri di depan pintu dengan waktu yang cukup lama, Azel lantaran mendesis pelan seraya memukuli kepalanya pelan.
“Apa yang aku lakukan? Kenapa aku memikirkannya lagi? Aish!” desis Azel seraya membuka pintu kamarnya itu dan bergegas masuk ke dalam kamar.
Azel yang berdiri di balik daun pintu, perlahan mulai melangkahkan kakinya mendekati rak lemarinya. Azel membuka kain yang menutupi boneka RJ dan peralatan-peralatan lainnya.
Sembari menatap boneka RJ yang paling besar, Azel berkata; “Apa kau baik-baik saja? Aku harap kau bisa kuat untuk menerima takdir ini. Dan aku juga berharap, di sana ada orang yang menguatkan mu setelah ibumu. Entah mungkin itu adalah ayahmu, adikmu, atau saudara mu yang lain,” ucap Azel yang tak menggelengkan berlangsung lama langsung menggelengkan kepalanya cepat seolah menyadari ada kesalahan yang diucapkannya barusan itu.
“Tidak. Punya saudara seperti Kim Lee Jung itu yang ada hanya merepotkan mu, Seok Jin-a!” tampik Azel seraya melipatkan kedua tangannya di depan dada dengan raut wajahnya yang tampak kesal. Apalagi jika mengingat insiden sore tadi atas perlakukan Kim Lee Jung yang sama sekali tidak ramah dan tidak sopan dengannya.
“Harusnya-”
Tok! Tok! Tok!
Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu dari luar membuat Azel tersentak kaget dan menghentikan bicaranya itu. Azel membalikkan badannya dan melihat pintu kamarnya yang ternyata belum dikunci.
‘Mampus! Siapa itu yang datang? Jangan sampai dia tahu kalau pintunya belum aku kunci dari dalam,’ batin Azel tampak panik.
Pintu itu terus berbunyi tanpa mengeluarkan suara siapa yang mengetuknya itu.
“Siapa?” teriak Azel dengan kedua matanya yang sudah melebar ketakutan.
Suka sama alurnya 👍
Comment on chapter Tiba di Sekolah Bangtan