“Sstt! Jangan kondisi kan suara mu!” pinta Kim Seok Jin lantaran membuat Azel melepas paksa tangan Kim Seok Jin yang membungkam mulutnya itu.
“Yakk! Ngapain kamu masuk kamarku, hah?” sontak Azel seraya mendelikkan matanya kesal.
Kim Seok Jin terdiam dan perlahan menatap dua koper besar milik Azel yang belum di susun itu. Padahal Kim Seok Jin sudah tak sabar untuk melihat apa saja isi dua koper besar itu?
“Anniy, aku hanya memastikan apakah kamu benar-benar sudah bangun atau berbohong. Jangan kau pikir, aku langsung percaya begitu saja atas apa yang sudah kau lakukan semalam.”
Azel menatap sinis wajah Kim Seok Jin yang berdiri berjarak satu meter dengannya itu.
“Terus sekarang apa yang kau tunggu?” tampik Azel membuat Kim Seok Jin mengangkat alis satunya tampak bingung.
“Ye?”
“Kau hanya memastikan kan? Terus apa lagi? Apa lagi yang kau tunggu?” tanya Azel seperti sedang menginterogasi.
Kim Seok Jin yang semula berniat untuk menjebak Azel, lantaran menjadi kikuk karena pertanyaan itu.
“Aku hanya,”
Azel membuka pintu kamarnya dan meminta Kim Seok Jin untuk keluar.
“Naga!” tukasnya membuat Kim Seok Jin memutarkan bola matanya malas.
“Ye, arrasso! Aku akan keluar dari sini!” ucap Kim Seok Jin yang bergegas keluar dari sana.
Azel yang sudah siap untuk menutup pintunya, tiba-tiba Kim Seok Jin harus menghentikan langkahnya dan berdiri tegak di tengah-tengah pintu.
“Ada apa lagi?” tandas Azel begitu Kim Seok Jin menoleh ke arahnya.
“Kelas sebentar lagi akan dimulai. Kau tidak akan mendapat jatah sarapan kalau jam 9 pagi kau masih di sini. Kelas dimulai jam 9.30. Pastikan kau tidak telat, karena akan ada Papa Bear yang membuka kelas pertama mu,” ujar Kim Seok Jin mengingatkan.
Azel melihat benda yang melingkar di tangannya, tampak terkejut karena melihat jam sudah menunjukkan pukul 8 lewat.
“Yakk! Bagaimana bisa aku bersiap-siap dalam waktu kurang dari 1 jam?” protes Azel tak terima.
Kim Seok Jin hanya memiringkan senyumnya tampak menyepelekan.
“Itu bukan urusanku. Salah siapa jam segini baru bangun? Ingat ya, setelah kelas berakhir, kau masih ada tugas yang harus kau selesaikan!” tegas Kim Seok Jin tampak mendekatkan wajahnya dan tak berlangsung lama, langsung enyah dari hadapannya Azel.
Azel menghembuskan napasnya panjang seraya menutup pintu kamarnya itu. Azel mengibaskan tangannya ke wajahnya agar mendapatkan angin yang dapat meredamkan wajahnya saat ini yang terasa panas akibat sikap dan ucapan Kim Seok Jin tadi.
“Aish! Jinja! Aku harus pakai baju apa?” desah Azel mulai membuka resleting koper pakaiannya.
Tiba-tiba, terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamarnya dari luar.
“Nugu?” teriak Azel dari dalam.
“Bu Yeong,” jawab seseorang yang mengetuk pintu kamarnya yang ternyata adalah Bu Yeong.
Azel beranjak membukanya dan tampak wajah perempuan paru baya membawa setumpuk kain berwarna ungu.
“Ini adalah seragam yang harus Nona pakai untuk hadir di kelas hari ini,” ucap Bu Yeong seraya menyodorkan setumpuk pakaian berwarna ungu itu kepada Azel.
Azel menerimanya sembari mengucapkan terima kasih kepada Bu Yeong.
“Ye, cheonmaneyo!” jawab Bu Yeong ramah.
Azel tampak menatapi seragam barunya yang saat ini sudah berada di tangannya. Melihat itu, Bu Yeong mengulas senyumannya, lalu perlahan mulai beranjak hendak pergi dari sana.
Tetapi, Azel dengan cepat menahan Bu Yeong yang hendak pergi itu.
“Jamkkanman-yo!”
“Ye?”
“Ee, Bu Yeonga, apa aku bisa meminta tolong?” tanya Azel sudah memasang wajah genitnya hendak merayu Bu Yeong.
“Tolong apa?” tanya Bu Yeong dengan keningnya yang berkerut samar.
“Tolong bawakan sarapan dan minuman untukku pagi ini! Soalnya aku harus tiba di kelas lebih awal. Jadi, otomatis aku tidak akan sempat pergi ke ruangan makan karena kelas akan dimulai jam 9.30. Sedangkan aku belum mandi sama sekali,” papar Azel seraya memasang wajah memelas.
Melihat reaksi Azel yang demikian, lagi-lagi Bu Yeong hanya mengulas senyuman.
“Mianhae, Nona. Untuk perihal makan dan minum tidak bisa di antar ke kamar kecuali kalau Nona sedang sakit. Soalnya itu sudah peraturan di sini,” terang Bu Yeong membuat Azel mengerutkan wajahnya masam.
Tak lama kemudian, Azel mencoba berakting seolah kepalanya sedang sakit.
“Aduh! Kok tiba-tiba kepalaku pusing ya?” gumam Azel pura-pura yang ada membuat Bu Yeong menggelengkan kepalanya heran.
“Sebaiknya Nona berhenti bersandiwara dan pergilah mandi. Supaya Nona bisa segera menuju ke ruangan makan. Permisi,” Bu Yeong beranjak pergi dari hadapan Azel tanpa menunggu lama.
“Yah, yah, kok pergi? Bu Yeonga! Bu Yeonga!” teriak Azel tapi tak membuat Bu Yeong kembali.
“Ck! Aish!” decak Azel tampak kesal dengan wajahnya yang sudah cemberut.
Azel meletakkan seragamnya itu ke atas kasur, dan ia bergegas pergi untuk mandi.
Kurang lebih hampir setengah jam Azel menghabiskan waktunya hanya untuk mandi. Kemudian, ia mencoba memakai seragam barunya yang berwarna ungu itu.
Azel mulai berdiri di depan kaca seraya menatap dirinya yang terlihat sangat cantik mengenakan seragam itu.
Siapa sangka, karena tahu Azel adalah wanita muslimah yang mengenakan pakaian tertutup dan hijab, pihak agensi perusahaan Bangtan menyiapkan pakaian dengan baju lengan panjang, rok panjang dan juga jilbab yang senada dengan roknya.
Perlahan Azel mulai memoleskan make up ke wajahnya sebelum ia memakai hijabnya. Mulai dari cream pagi dan sunscreen untuk pelindung dari sinar UV, Azel juga memakai blash on sedikit untuk memberi efek di pipinya agar tidak terlalu putih. Tak lupa Azel oleskan lipstik di dua bibirnya yang kecil dan mungil itu.
Setelah semua make up natural mate selesai menempel sempurna di wajah Azel, Azel mulai meraih jilbabnya dan dikenakan di kepalanya untuk menutupi rambut.
Azel yang dikenal sebagai sosok perempuan yang fashionable, tak membuat dirinya terlihat jelek meski mengenakan hijab dengan mode yang syar'i.
Wajah imut Azel justru semakin terlihat jelas begitu Azel mengenakan hijab itu.
Mengingat waktu yang terus berjalan, Azel segera menyemprotkan parfum favoritnya ke bagian tubuh yang diperlukan. Setelah itu, Azel bergegas pergi sesudah meraih handbag dibatas meja.
Azel memakai sepatu hitam dan bergegas pergi menuju ke kelasnya yang berlokasi cukup jauh dari kamar tidurnya Azel.
Kurang lebih sekitar 5-7 menit Azel berjalan agar bisa sampai di kelasnya.
Perut Azel yang mulai keroncongan, dan tenggorakannya yang mulai kering karena haus, membuat Azel menghentikan langkahnya sejenak.
“Huft! Aduh! Perutku lapar sekali! Mana tenggorokan ku terasa haus juga!” desah Azel kesal seraya melihat benda yang melingkar di tangannya. Azel membuatkan matanya kaget melihat jam sudah menunjukkan pukul 9.25, sementara Azel harus segera tiba sebelum jam 9.30.
Azel mulai melanjutkan langkahnya dan berlari kecil agar cepat tiba di sekolah.
Begitu Azel sampai, Azel memastikan jam berapa dirinya itu tiba di sana?
“Sisa dua menit lagi,” titah Azel yang beranjak masuk ke sebuah ruangan dimana ruangan itu adalah kelas untuk Azel belajar hari ini.
Saat Azel membuka pintu, Azel tampak terkejut mendapati para member BTS sudah ada di sana dan menatap ke arahnya. Tak hanya para member, papa Bear yang berdiri di depan kelas itu tampak menatap ke arahnya.
Azel tampak berdiri diam seperti patung begitu mendapati tatapan itu dan menyadari hanya dirinya yang ada di sana.
‘Apa ini? Kenapa hanya aku perempuan di sini? Dan, katanya akan banyak teman sekolah? Tapi, mana? Kenapa hanya ada para member?’
Seru! Lnjut thor
Comment on chapter Kekhawatiran Azel