Khalisya tersenyum. Dia pamit padanya, menghilang dalam sekejap. Besoknya, bergantian Vitto yang mengunjunginya. Dia memakai kaos putih yang bertuliskan huruf kapital "KINARA", kaos favoritnya. Di dalam kamar itu Bee sedang membersihkan kamar.
"Hai, Bee," sapanya, berdiri di ambang pintu.
Bee menoleh,"Hai." Melanjutkan menata bantal serta guling."Masuk saja," suruhnya.
Vitto masuk, menghampiri ranjang, duduk. Menatapnya."Kamu sudah enggak apa-apa?"
"Aku enggak apa-apa. Kenapa?"
"Kamu enggak musingkan soal adik sepupumu itu kan?"
"Enggak! Buat apa musingkan hal yang enggak berguna." Selesai menata bantal serta guling, ikut duduk di samping Vitto.
"Kukira kamu musingkan hal begituan."
"Mana ada," kata Bee cuek."Yang ada sekarang aku memikirkan masa depanku, hidupku, bagaimana aku bisa dapat kerja, bisa berkarya."
"Bukannya kamu sudah berkarya? Dari hasil cerpen buatanmu dimuat di suatu majalah?"
"Memang aku sudah berkarya, To, tapi terkadang hasilnya enggak menentu juga... Paling kalau dapat, aku bisa beliin uang itu buku novel ataupun obat buat kucing-kucingku... Enggak selalu dapat... Dan harus menunggu lama."
Vitto merasa iba mendengar penuturan teman di dunia nyatanya sekaligus sang penciptanya. Benar, walau gadis itu mendapat honor sekalipun, hasilnya terbilang kecil, tetapi kebutuhan untuk dirinya sendiri saja belum cukup.
"Aku tahu, Tuhan pasti memberikan rezeki lebih dan jalan terbaik buat kamu," ujar Vitto."Kamu tetaplah sabar. Walau itu susah... Aku tahu, kamu masih dipandang remeh sama saudara-saudaramu yang lain, yang sudah mendapat pekerjaan tetap. Bagaimana naskah yang kamu kirim itu? Direspon? Diterima?"
Bee menggeleng.
"Ditolak."
"Hah, ditolak?" Vitto terkejut."Ditolak lagi? Sebentar, itu naskah yang kamu kirim naskah yang ke berapa?"
"Naskah yang kedua."
Bee secara diam-diam masih sama dengan yang dulu, ia mengirimkan secara langsung ke penerbit, maksudnya melalui surel agar mempermudah mengirimkan dan menghemat biaya. Di rumah, memang sudah lama ada wifi. Jadi dengan mudah untuk menulis, membaca cerita di sebuah platform secara gratis, menonton film maupun anime atau sekadar meriset untuk bahan ceritanya, ber-chatting ria di WhatssAp dan di media sosial.
"Terus, kamu sudah kasih tahu berita ini ke teman-temanmu penulis?"
"Sudah. Tanggapan mereka malah memberikan semangat untukku."
"Woow, bagus itu! Mereka sudah merespon, memberikan semangat buat kamu! Berarti secara garis besar ya, mereka sangat menghargai usahamu. Itu gunanya teman! Apalagi di kalangan dan hobi yang mirip denganmu."
Bee mengernyitkan alis."Kok malah kamu yang jadi bersemangat?"
"Hehehe." Vitto menampilkan senyuman yang paling menawan, dilihat-lihat pemuda bermaga Aradhana tersebut bermuka manis. Yaah, seperti Will Smith. Eh, bukan seperti Jadden Smith!
"Yosh," tangannya menghadap ke depan seperti menyalurkan energi sihir pada Bee."Aku kurimkan semangatku yang mengebu-ngebu ini padamu!"
Bee tertawa melihat tingkah karakter buatannya. Biar cuek, aslinya sangatlah perhatian padanya.
Tuk.
"Sudah!" menempelkan telunjuknya ke dahi Bee. Mirip Itachi sewaktu menyalurkan chakra untuk adiknya, Sasuke yang hampir sekarang sehabis bertarung melawan Orochimaru. Bee membelalakan matanya. Pipinya merona.
"Anehnya aku enggak terpikat padamu," celetuknya, mengusir rasa malunya.
"Iya dong! Aku kan sudah punya," kata Vitto bangga.
"Iya, iya yang sudah dapat pacar," sindirnya."Tapi itu dicerita. Coba di dunia ini ada cowok kayak kamu."
"Memangnya ada yang kayak aku?"
"Enggak tahu. Kayaknya ada sih. Tapi cuma beberapa. Yang ada sekarang cowok cuek, pemalas, tidurnya suka ngebo mirip kerbau. Kalau makan enggak enak, kagak mau, sukanya makanan yang enak melulu dan berteman dengan teman yang enggak jelas."
"Hei, aku enggak malas, enggak ngebo yang tidurnya!" kelit Vitto tidak terima."Aku mau makanan apapun dan jika dimasak aku terima!"
"Bukan kamu kok. Ih, dasar ge-eran kamu."
"Kalau bukan aku, terus siapa, dong?"
"Orang lain," kata Bee malas.
"Aku enggak seperti yang kamu pikirkan. Aku rajin, setiap habis makan aku cuci, selalu mandi, selalu membersihkan rumah tanpa diperintah. Karena aku sudah tahu keadaanku seperti apa. Yah, mirip keadaanmu sekarang."
"Betul. Makanya, keadaanku sekarang kayak begini. Aku terima. Biar susah. Aku saja, punya teman. Teman yang rumahnya sekalipun jauh. Tapi aku ngerti, mereka paham akan kondisiku. Kita sama-sama makhluk ciptaan Tuhan. Keadaannya pun berbeda. Aku hidup susah, hidup sederhana begini aku terima."
"Aku belajar dari diriku yang cupu, sampai sekarang aku tetap cupu dimata orang, dibilang seperti anak kecil dan tetap buruk dihadapan orang lain..."
"Kamu enggak cupu, enggak kayak anak kecil, enggak buruk di mataku. Kamu gadis yang berbeda. Adik sepupumu punya banyak teman, kamu jauh lebih banyak teman dibanding dia. Teman-temanmu cuma di media sosial. Lihat, mereka kehidupannya jelas, punya pekerjaan tetap, memiliki sifat positif, bila kamu enggak pernah lihat atau enggak pernah sama sekali bertemu dengan mereka. Kamu adalah gadis sangat peka terhadap sekelilingmu," ujar Vitto."Kamu punya sisi kelemahanmu. Aku terima. Aku suka sisi kuatmu. Kamu bisa bertahan dalam ejekan saudara-saudaramu yang lain. Mereka sebenarnya enggak tahu kekual apa. Mungkin mereka tahu kalau kamu punya kemampuan. Kekuatanmu itu bisa dijadikan kemampuan. Siapa tahu kamu punya kemampuan secara diam-diam?"
"Semisalnya?"
"Kemampuanmu menulis."
"Mereka sudah pada tahu. Ibuku yang memberitahu mereka."
"Ibumu ember, ya?"
"Kayak begitulah. Kadang enggak bisa jaga rahasia."
"Dee?"
"Malah tambah itu?"
"Dia lebih ember dari ibumu?"
"Banget!"
"Hahaha!"
"Ssst, jangan ketawa, nanti kedengaran dia..."
"Masa kamu lupa? Adik kembarmu itu enggak bisa lihat aku." Melihat gadis memakai kacamata mirip Putri, di komik Tiara favoritnya sekelebat melintas melewati kamar. Tampak membawa kresek berisikan sampah keluar."Aku balik dulu, ya. Besok aku ke sini lagi. Dadah..." melambaikan tangan ke arah Bee seiring sedikit demi sedikit cahaya datang menyerubunginya. Bee membalasnya dengan lambaiannya. Pemuda tersebut langsung menghilang. Ia meraih handpone OPPO AWW 3-nya. Menuliskan sebuah chat.
Min, 19/6/2022
Tapi aku akan buktikan ke mereka kalo aku BISA sama membuktikannya dengan cara yang manis, balasan yang manis, yang membuat mereka matanya melek, tersadar siapa aku ini. Dan tentu saja soal kemampuanku ini yang mana aku sering latihan sampai akunya merasa bosan. Ya, akan kubuktikan dengan bermodal "TERLALU MENGKHAYAL" dan "MENULIS" bisa menghasilkan karya yang bernilai.
Dikirim pada 18.59
Apa selama ia tidak memiliki teman? Kalau ingin berteman dengannya silakan saja, asalkan hal yang membuatnya positif. Seperti teman-teman penulis, komikus dan teman bookstuber. Salah satu dari mereka pernah memberitahunya di chat di aplikasi Telegram.
7 Oktober
Bee Pemalas:
Oww, asyik dong libutan. Jangan lupa bawa oleh-oleh, ya. Xixixi
Musa Mushrid:
Oleh-olehnya komik Tiara chapter 7 ya π
8 Oktober
Bee Pemalas:
Assalammualaikum, hallo, Bang.
Bee Pemalas:
Soalnya sampeyan itu bisa style gambarnya siapa aja. Jarang lho, Bang, ada gambar pake pensil maupun ditebali pake drawing pen itu punya sampeyan ada nuasanya tersendiri. Bener-bener style-nya udah ke jepangan. Ceritanya memang indo, tapi ada nuansa jepangnya. Kayak katakter yang sampeyan buat. ππ
Oh, ya, Bang, adek kembar saya, Della, suka sama karakter Putri yang pake kacamata, temennya Tiara.
Bang, mau tanya, karakter Reisa itu apa terinpirasi dari karakter gurunya Shinchan yang jomblo rambutnya panjang, Matsuzaka? Karakternya mirip.
Musa Murshid:
Wah salam ya ke adik kembar kamu, ke kamu juga. πππ
Kamu benar, saya suka rambut dan matanya guru Matsuzaka. Haha
Bee Pemalas:
Bang, susah ya kalo masuk Webtoon itu?
Coba bikin komik aksi sama fantasi. Matsuzaka emang cantik daripada Yoshinaga sama Ageo (yang pake kacamata). Anehnya sering digoda sama Shinchan. Hehehe. Adek kembar saya suka banget kalo nonton anime Shinchan, episodenya ada Matsuzakanya.
Bang, sampeyan kok bisa niru style gambarnya mangaka Jepang, sih?
Bisa mirip gitu. Apa dulu waktu kerja di penerbit Mizan pernah tuh ditanyain sama editornya, gambarnya mirip One Piece sama Fairy Tail?
Iya. Udah saya salamkan.
10 Oktober
Bee Pemalas:
Bang, mau enggak jadi teman saya?
Musa Mushrid:
Nggak tau juga. Rata-rata semua yang masuk Webtoon menang lombanya dulu sih... Lombanya tiap tahun itu... Kalau sy sendiri ngk suka jadwal kerjanya sih, syng bisa buru-buru orangnya. π
Iya, nanti. Saya tamatin Tiara dulu, ya.
Iya haha,, sya suka komik ama filmnya sih, iya klau saya liat matsuzaka yg paling cantik
Hehe, dulu waktu SD emang suka nonton kartun jepang ama baca komik, mungkin dari sana pengaruhnya. Tapi untuk komik ama anime jepang sekrang saya nggak ngikutin, ditanya gambarnya mirip One Piece iya pernah ditanya yang jadi editor sy pengemar komik juga soalnya
Mau dong, masa nggak.
Bee Pemalas:
Yeeei! Maturnuwun ya, Bang!
Emang paling cantik gurunya Shinchan itu. Yang bikin komik sama temen abang yang penulis itu?
Oala, berarti merasa enggak asing gitu, ya? Hebat lho editornya Abang bisa tau kalo gambarnya mirip sama gayanya One Piece sama Fairy Tail. Jeli!ππ
Berarti ikut challenge dong? Berarti ya ketat. Cantik sayangnya joblo
terus... Hehehehe.
Bang, mau tanya. Abang pernah kasih tau yang di gambar IG-nya Abang itu, Yoshi kalo enggak salah... Yang karakter rambutnya gondrong itu apa terinspirasi dari karakter Bleach? Antara Sado Yasutora sama Kisuke Urahara?
Musa Mushrid:
Iya, betul. Bukan, dia nggak sengaja lihat gambarku di Facebook waktu itu, sih. Kalau Yoshii terinspirasi dari orang ini.
Memperlihatkan salah satu personel band rock asal Jepang.
Percaya kan, sekarang? Ia sekarang sudah mempunyai teman dan berteman hingga kini. Temannya yang lain—teman seorang komikus. Dari dulu ia tidak percaya, ia berteman yang ternyata sama dengan minatnya. Yah, soal menggambar, masih belum ada apa-apanya. Hanya sekadar hobi saja. Namun sekarang jarang sekali menggambar. Bukannya tidak mau lagi, melainkan tidak mood untuk menggambar. Sekarang yang lebih ia sukai, menurutnya lebih menantang, digelutinya adalah menulis! Menulis, bebas mencurahkan isi hatinya sekaligus keresahan hatinya selama ini. Misalnya, muncul masalah-masalah baru. Seperti perkataan temannya di chat yang hampir mirip. Seperti dipikirkan olehnya.
Aku mau menjadi temanmu.