Suasana hening kembali.
"Kamu ingin mengetahui wajah siapa pelakunya?"
"Saya ingin tahu," kata Gino.
Ekspresinya langsung berubah."Wajah si pelakunya, mirip sekali denganmu, Virgo."
Ayu, Rangga, dan Gino menatap ke arah Virgo terbelalak.
"Apa? Kayak Bang Virgo?" Ayu tidak percaya."Bagaimana kamu bisa tahu kalau pelakunya adalah kayak Bang Virgo?"
Gustov tersrnyum miris.
"Kamu tahu, bahwa saya diam-diam menyelidikinya. Saat terjadi kecelakaan yang menimpa Martha, pihak publik maupun polisi sihir menyudahi kasusnya dan menjadi kecelakaan tabrak lari," ceritanya.
"Jadi bukan kamu, Go? Lalu siapa?"
Virgo terdiam sebentar,"Ceritanya panjang. Dan aku enggak tahu kalau pelakunya mungkin itu adalah
papa..."
"Papamu?! Kenapa papamu bisa berbuat hal seperti itu?"
Cerita berulang, cerita tersebut sudah delapan tahun lamanya. Saat itu Virgo dibilang muda diusianya yang masih berumur 13 tahun, dan Iyan masih berumur 16 tahun. Sang papa yang seorang teknisi hebat dan terkenal sukses, pulang dari tempatnya bekerja mengendarai mobil melayang. Merasa senang, bisa pulang lebih awal, sore harinya saat jalanan sepi, dengan laju cepat, tanpa disadarinya ada seorang gadis sedang menyeberang jalan di trotoar. Saking cepatnya, menabraknya hingga terpental beberapa meter. Gadis itu membawa tas dan buku serta catatan penting. Buku dan catatannya ikut berhambur ke jalan. Mengenai kepalanya hingga mengeluarkan darah. Dia menghentikan laju mobilnya, berlari menghampirinya. Dilanda ketakutan, dia berusaha menghubungi keluarganya. Hingga keluarganya berusaha meringankan hukumannya dan bersama pihak kepolisian menutupi, menyudahi kasus tersebut dengan mengatakan ke publik dengan tabrak lari. Saat kejadian berlangsung, para polisi sihir, polisi setempat serta para medis mendatangi lokasi. Gustov yang mendengar berita itu langsung mendatanginya. Melihat gadis yang sangat dicintainya dengan kepala mengucurkan darah, diangkat oleh para medis ke ambulans melayang. Menangis bercampur perasaan yang dirinya tahu adalah perasaan dendam. Dendam yang ditahannya. Akibatnya, sang papa Virgo dijatuhi hukuman ketidaksengajaan terhadap manusia. Ya, keluarga Virgo dan Iyan adalah seorang penyihir murni. Sebagai seorang penyihir yang menyalahgunakan sihir atau melakukan ketidaksengajaan terhadap manusia itu sangatlah dilarang oleh Pemerintah Sihir.
"Seperti yang kalian tahu, sejak peristiwa itu kenapa papa saya enggak mau lagi mengendarai mobil melayang... Membuatnya trauma karenanya... Saya tahu saat saya mengetahui papa menjadi frustrasi. Sejak kasus tersebut, beliau sering sakit-sakitan dan akhirnya meninggal."
"Dan, karena papamulah enggak mau mengakuinya! Saya saat kejadian itu, saya mendatangi kasus tersebut. Melihat Martha telah tiada, saya... Saya..." Gustov tidak mau mengingat kejadiannya, sungguh menyakitkan rasa. Mengingat gadis yang dicintainya itu.
"Maaf, maafkan papa saya..."
"Minta maaf kamu bilang?! Hah, dasar cowok bodoh!" pekiknya."Kalau papamu sudah enggak ada gara-gara peristiwa itu, maka KAMULAH YANG HARUS BERTANGGUNG JAWAB!!" Menyerang Ayu dengan sihirnya.
Ayu yang masih terikat berteriak kencang.
"Aaah!!"
Syuut!
Breet!
Valkyrie dilesatkan kembali. Gino tidak segan-segan menyerang cepat kali ini. Gustov tak bisa apa-apa sekarang. Lehernya tertebas kembali. Darah mengucur lebih deras. Sambil menahan rasa sakit tiada tara, pandangannya mulai kabur, lalu menggelap seketika. Tak bisa menjaga keseimbangan, dia tubuhnya limbung dari papan melayang-nya ke tanah. Sihirnya menghilang. Ikatan yang melilit Ayu ikut menghilang, ikut terjatuh.
"Kyaaa!"
"Ayu!"
Virgo bergegas menyelamatkannya, menangkap tubuhnya cepat.
Hup!
"Kamu enggak apa, kan?" Menurunkan tubuhnya.
"E-enggak... Tapi..." Menatap Gustov yang terbaring."Bagaimana dengan dia?"
Rangga menghampiri, berjongkok. Memeriksa urat nadinya."Dia... Dia sudah meninggal," ucapnya."Tuan Gino," panggilnya.
"Saya tahu," sahut Gino. Valkyrie dilayangkannya menghilang.
"Kita panggil polisi sihir segera beserta tim medis," lanjut Rangga lagi.
Fakta yang mengejutkan memang. Setelah mengetahui fakta, Gustov dimakamkan di pemakaman umum. Dimakamkan secara layak, makamnya berdampingan dengan makam orang yang dicintainya, Martha. Setelah mengetahui kebenarannya, seluruh mahasiswa dan mahasiswi hadir. Walau mereka semua tidak mengenalnya, tetapi Rangga dan Virgo, sebagai temannya, yang berbeda jurusan dengannya dulu, menyuruh mereka untuk turut hadir. Ayu juga turut hadir. Ia telah selamat dari bola hitam. Semua yang mendengarnya selamat merasakan lega. Terutama kedua teman kembarnya yang berhambur memeluknya. Kembali ke Ayu yang meletakkan bunga lily di makam Gustov Lysander dan bersebelahan dengan makam Martha Abelyn. Setelah peristiwa itu, pihak kepolisian sempat menyelidiki ke rumah pihak korban. Setelah diselidiki, ternyata pelaku adalah teman semasa sekolah dulu. Dan, dari pihak keluarganya—sang adik dari Martha, menceritakan bahwa Gustov sejak dulu menyimpan rasa suka kepada kakaknya. Pihak keluarga terkejut, sama sekali tidak tahu jika Gustov diam-diam menjadi penjahat. Karena semenjak kecil Gustov ditinggal pergi oleh kedua orangtuanya karena sama, kecelakaan. Dia dirawat oleh neneknya. Sebagai penjahat, Rangga berpikir, temannya itu adalah pria yang baik hati dan mahasiswa tergolong berprestasi dan memakamkannya dengan cara yang terhormat. Selesai dengan berdoa, mereka semua berhamburan keluar dari area pemakaman. Rangga kembali duluan menuju kampus karena dua hari besok setelah hari berkabung, yang sebentar lagi di bulan berikutnya adalah bulan di mana para mahasiswa dan mahasiswi akan mulai sidang. Pihak kampus kembali meliburkan aktivitas belajar setelah itu. Pengumuman itu diberitahukan oleh para dosen masing-masing yang menjadi wali dosen.
"Semoga mereka menjadi pasangan bahagia di sana," ucap Ayu, keluar dari makam.
"Semoga saja," jawab Virgo."Oh, ya, kapan kamu mulai sidang?"
"Mungkin bulan berikutnya."
"Semangat, ya. Pasti kamu berhasil lulus dengan baik."
"Terima kasih."
"Soal kamu menggunakan senjata sihir bagaimana?" Virgo mencoba berhati-hati dalam perkataannya.
Ayu tersenyum miris.
"Belum bisa, Bang. Apakah saya bisa lulus atau enggak. Membayangkannya saja sudah sulit..."
Mereka memasuki gerbang. Virgo menarik tangannya menuju taman. Karena hari ini semua pelajaran dibebaskan dan libur. Di taman yang biasanya ramai dikunjungi oleh para mahasiswa dan mahasiswi untuk sharing maupun mengerjakan tugas seraya istirahat, tampak sepi. Ayu bingung, kenapa pemuda yang menariknya menuju taman.
"Ngapain kita ke taman?"
Virgo tidak menjawab. Menarik dagunya, mencium bibirnya sekali lagi. Membuat Ayu terkejut dan mukanya kembali merona. Ciuman yang lembut namun lama. Setelah cukup puas, Virgo melepaskan pagutannya.
"Ah..."
"Maaf," Virgo menyengir tidak bersalah.
"Kenapa Abang menciumku lagi?"
"Habis kamu tuh gampang sedih. Makanya saya cium... Eh, tadi kan kita ciumannya cuma sebentar. Yang tadi itu lanjutannya..."
"Jadi Abang enggak suka kalau saya bersedih?"
"Nope," kata Virgo,"kamu bersedih kayak tadi, saya akan menciummu kembali."
"Untung enggak ketahuan sama Bang Rangga... Kalau ketahuan bisa
gawat..."
"Ya sudah. Pokoknya kamu harus semangat,ya, dalam sidang," Virgo menyemangatinya. Mengelus pucuk rambut Ayu.
Ayu tersenyum.
**
Bulan berikutnya adalah bulan yang ditunggu-tunggu. Bulan Mei, seperti biasa, bulan yang mana khusus bagi mahasiswa dan mahasiswi Kampus Extreme. Tidak terasa, hari cerah di kampus, tepatnya di salah satu ruang kelas yang khusus digunakan untuk sidang para mahasiswa maupun mahasiswi yang akan mulai sidang yang ditentukan kelulusannya atau tidak. Ayu bersama dua teman kembarnya, Rianty dan Riany, menyempatkan diri membaca skripsi sambil duduk di bawah anak tangga. Agar mereka tidak terjadi kesalahan sewaktu sidang nanti. Jam menunjukkan pukul 09.00 di mana mereka akan bersiap maju untuk sidang. Akhirnya selama menunggu, mereka bertiga dipanggil memasuki kelas. Ada tiga penguji di sana duduk. Sidang dimulai saat mereka bertiga diberikan setiap pertanyaan tentang skripsi mau video yang dimunculkan di layar LCD proyektor. Dengan hati-hati dan mereka secara bergantian menjawab dan menjelaskan tempat magang mereka dan hasil karya mereka. Ayu berdebar namun dirinya harus percaya diri. Menjawab sebisa yang ia bisa setelah setengah jam mereka diberikan pertanyaan dan mereka berhasil menjawab, salah satu dari tiga penguji menyatakan mereka lulus. Mereka juga kagum akan Ayu berusaha mencegah pelaku pengeboman di kampus. Dengan keberhasilannya, ia diberikan nilai AA+ untuk praktik ujian senjata sihir tanpa harus mempraktikkannya. Serta Rianty dan Riany yang ikut membantu menyelamatkan kampus mendapatkan nilai yang sama. Mereka mendengarnya sangat senang. Mereka pun berterima kasih apalagi Ayu dengan terharu mendengarnya ia bisa lulus menggunakan senjata sihir.
"Terima kasih, Pak!" ucap Ayu.
Ketiga penguji itu tersenyum. Memberikan selamat kepada mereka. Ayu, Rianty dan Riany pun undur diri sembari membereskan perlengkapan mereka, keluar dari ruangan.
"Yes! Kita lulus!" seru mereka bertiga.
"Kita habis ini mau ngapain, nih?"
"Apa kita rayakan saja kelulusan kita ini. Kita rayakan dengan membeli sandwich daging di kantin?"
"Boleh."
"Aku setuju," kata Riany."Kita patungan seperti biasa. Eh, berarti bukan kita saja yang enggak mempraktikkan senjata sihir, nih?"
"Enggak tahu, ya. Mungkin mereka ikut mempraktikkan senjata sihir," ucap Ayu."Tapi, aku mendengar VITTO yang mana akan semester delapan enggak ikut mempraktikkan senjata sihir karena dia juga ikut membantu menyelamatkan kampus ini."
"Hebat dia!"
"Kamu masih berteman sama dia?" tanya Riany.
"Masih. Dia baik padaku."
"Sebelum kami berangkat kemari, kami sempat bertemu Kak Sukma."
"Kak Sukma ke rumah kalian?"
"Iya. Dia datang dan katanya ingin menemui Bang Oka. Tapi, aku lihat-lihat tampaknya Kak Sukma menyatakan perasaan sukanya ke Abang. Jelas saja kami kaget."
"Benarkah?"
"Benar Ayu. Kami sampai kaget mendengar pernyataan Kak Sukma secara mendadak. Untung, papa dan mama belum pulang dari pekerjaan mereka."
Riany dan Rianty, mereka berdua sudah biasa ditinggal pergi oleh kedua orangtua mereka bekerja. Kedua orangtua mereka adalah seorang pembisnis resot dan hotel berbintang. Walau dikatakan kaya raya, mereka tidak seperti anak kaya kebanyakan. Mereka tetap hidup dalam kesederhanaan. Karena kedua orangtua mereka mengajari mereka untuk selalu hidup sederhana, menerima apa adanya, dan hidup mandiri sama seperti alhmarhum kedua orangtua angkat Ayu. Ia dan Rangga diajarkan hidup mandiri, hidup dalam kesederhanaan dalam kemewahan. Setiap harinya, mereka dijaga dan ditemani oleh abang dan kakak pelayan di rumah. Mereka tidak merasa kesepian.
"Enggak percaya saja. Ternyata abang kami sudah mempunyai pacar."
Ayu tidak menyangka Sukma, gadis cantik itu sudah berani mengungkapkan perasaannya terhadap Oka. Pasti Virgo merasa kecewa mengetahuinya. Tunggu, apa? Kecewa? Apakah mungkin pemuda itu sudah mengetahui sebelumnya bahwa gadis yang sudah disukainya lama menyukai orang lain? Apakah kemarin itu dia mulai menyatakan perasaan terhadapnya?
"Jadi begitu, ya," kata Ayu."Enggak menyangka saja."
"Namanya saja sudah suka. Eh, kamu ada enggak cowok yang kamu sukai?"
Riany kepo.
"Siapa, nih?"
Ayu geragapan. Ia harus menjawab seperti apa. Mau menjawab jujur atau tidak. Tapi, dirinya menyembunyikan hubungannya dengan Virgo.
"Enggak ada," kata Ayu, berusaha menutupi."Kalau ada, memangnya kenapa?"
"Kami cuma tanya. Siapa tahu ada cowok yang sedang kamu sukai."
Mereka menuju kantin, memesan sandwich daging kesukaan mereka. Hingga siangnya mereka beranjak pulang. Mereka berpisah saat ajudan mereka datang. Ayu tidak pulang melainkan menuju kantor abangnya.
Saat melangkah ke arah kantor, ia melihat pintu terbuka sedikit. Mengintip di balik pintu. Gino kebetulan tidak diajaknya. Mendengar percakapan antara dua pemuda yang duduk saling berhadapan. Salah satu dari mereka mengintrogasi.
"Yah, aku akan menyerahkan Ayu kepadamu. Karena kamu menyelamatkan dia bulan kemarin, "kata Rangga."Aku berterima kasih. Sayangnya, aku mungkin enggak akan memaafkanmu soal kamu mengejeknya enggak bisa menggunakan senjata sihir."
"Menyerahkannya padaku? Apa maksudmu?"
"Aku bisa menitipkannya kepadamu selama aku tidak ada di kampus. Karena dua hari setelah kelulusannya yang mana pada bulan Maret, aku diundang untuk seminar bersama dua kampus di kota ini. Kampus Fikram dan Nathanael. Jadi, selama aku enggak ada, kamu harus mengantar maupun menjemput Ayu ke kampus. Bagaimana?"
"Hah, menjemputnya katamu?Memangnya aku ini ajudan baginya?"
"Kalau enggak mau ya sudah. Asal kamu tahu, aku enggak akan segan-segan memecatmu."
"Hee, kamu mau mengancamku? Harus kuakui kamu cerdas, Ga." Virgo tidak takut akan ancamannya. Menimbang-nimbang."Baiklah. Sebagai syarat kalau begitu?"
"Enggak. Aku hanya ingin menitipkan Ayu padamu saja."
"Bukannya ada si kotak itu?"
"Tuan Gino bertugas menjaganya di rumah," kata Rangga.
"Berarti Ayu buatku, dong?"
"Buatmu apaan?"
"Katanya kamu menyerahkannya padaku. Itu yang kamu bilang."
"Kalau Ayu menyukaimu lagi. Buktinya dia masih marah. Rasa sukanya padamu hilang."
"Apa? Kami memang su—" Virgo hampir saja mengatakan yang sebenarnya. Jangan sampai temannya mengetahui kebenarannya mereka sudah resmi menjadi sepasang kekasih.
"Su apa?"
"Enggak jadi."
Ayu di balik pintu gugup. Hampir saja Virgo mengatakan hubungan mereka yang sebenarnya.
Virgo berdiri."Enggak ada yang dibicarakan lagi?" Beranjak keluar."Aku keluar dulu. Nanti kalau bertemu dia, biar saya antarkan pulang."
"Baik. Saya serahkan padamu, ya."
"Tenang saja." Tangannya meraih ganggang pintu. Seketika mengenai Ayu, membuatnya terkejut.
Bruk!
"Aww!" pekik Ayu kesakitan memegangi wajahnya.
"Ah, maaf, maafkan saya! Kamu enggak apa, kan?"
"Ugh..."
"Kamu ngapain di depan pintu?"