Loading...
Logo TinLit
Read Story - karena Aku Punya Papa
MENU
About Us  

Karena Aku Punya Papa

Malam itu terasa angin menusuk dari arah luar jendela, mengibas lembut dikulitku. Terpaan angin mengibas-ibaskan khimar berwana hijau kesukaanku  yang sedang aku kenakan. Selembar kertas berada tepat dihadapanku, sesekali aku melirik dan kembali tak menghiraukan. Aku asyik memperhatikan indahnya panorama malam yang berhias bintang, subhanallah indahnya ciptaan yang Maha Esa. Kerlipan bintang kembali mengingatkan aku pada suatu kisah perjalanan hidup yang kini menjadi sebuah masa lalu. 

Aku pernah menangis karena mendapat cemooh, aku pernah mendengar berbagai macam komentar yang begitu menyayat hati. Namun sepahit apapun itu semua kini mampu aku lalui. Untuk bisa menjadi diriku yang sekarang ini, adalah hal yang dulunya aku anggap mustahil tetapi saat ini nyata bagiku. Sungguh hidayah itu milik Allah. Ketika kita bersungguh-sungguh menginginkannya maka Allah akan memberi seberapa banyak yang mampu kita emban dan jalani. Allah sangatlah menyayangi hambanya melebihi seorang ibu menyayangi anaknya.

Aku selalunya melandaskan sesuatu karena hati, mulanya aku hanya mecoba belajar taat dan menatah amalan-amalanku. Semua aku jadwalkan sesuai dengan progress untuk mencapai tujuanku. Dulunya aku hanya terobsesi pada prestasi gemilang yang ingin aku capai karena papa yang menjanjikan hadiah jika aku mendapatkan juara kelas. Ternyata apa yang aku impikan itu memang benar-benar terwujud. Terselip kebangaan pada papa atas apa yang aku raih. Melihat papa yang bahagia ketika aku meraih prestasi hal itu ternya semakin membuat aku giat belajar disamping karena papa selalu menjanjikan hadiah tiap-tiap semester.

Rutinitasku setiap harinya tersusun rapi dalam jadwal-jadwal harian, aku memporsikan waktu secukupnya paling banyak detik-detik waktu mengalir dalam belajar, belajar dan belajar. Aku hanya memporsikan istirahat 1 jam untuk tidur siang hari dan 6 jam pada malam hari. Papa selalu memberikan dorongan yang membuatku begitu menggebu meraih juara kelas. Alhasil aku menamatkan SMP dengan nilai rata-rata lulus ujian 8,1 yang pada saat itu menduduki juara pertama di pelulusan sekolahku.

Sebagai seorang muslimah yang sedang tersentuh hidayahNya aku begitu menginginkan melanjutkan pendidikan dalam suasana yang aku inginkan. Yah, sekolah pesantren. Begitulah pintaan  dihatiku ketika gumangan pengumuman itu dibacakan. Namun, sebagai gadis kecil yang sangat patuh dan tidak ingin orang tua terluka maka semua keinginan mereka akan selalu menjadi utama. Menepiskan keegoan dan menutup rapat-rapat agar tak ada celah yang menggerogoti hati kecil ini yang mungkin saja bisa memudarkan semangat yang sedang menggebu.

Dibalik berkobarnya  semangat  belajarku  adalah papa yang tiada hentinya menasehatiku. Melihat papa yang begitu tabah dan sabar menjalani kehidupan aku tak pernah berpikir untuk menyerah. Papa sering kali mendapat hinaan karena papa tak pernah sekolah semasa mudanya, papa tidak tahu membaca dan papa pun tidak tahu menulis papa juga buta huruf hijayyah. Papa tiap harinya mencucurkan keringat banting tulang untuk membiayai keluarga kecil kami, ada mama, aku dan 1 adik laki-laki dan perempuanku.

Diam-diam aku meneladani papa yang tak pernah patah semangat mencari nafkah sebagai seorang petani papa hanya beristirahat dimalam hari itupun tidurnya hanya beberapa jam saja hingga fajar kembali menyingsing, malam yang semestinya harus ia gunakan untuk tidur malah masih sibuk memikirkan segala cara mengenai apa yang harus ia lakukan di hari esok. Tidak pernah aku mendengar papa mengeluh menjalani hidupnya .

Duniaku terasa begitu indah dibalik tirai cinta dan kasih sayang kedua orang tua yang aku miliki. Sebagai gadis kecil yang sangat dimanja, Alhamdulillah aku tumbuh dan mengenal arti hidup dengan baik. Aku menjalani keseharian dengan tertib dan berusaha disiplin, rutunitas ibadahpun tidak pernah aku berniat untuk meyampingkannya daripada rutinitas lain. Dibalik kecerdasan yang sedang aku perjuangkan, akupun tak segan untuk mempelajari al-qur’an. Yah, aku ingat betul, papa tak pernah lupa megajariku bahwa pedoman hidup ini adalah al-qur’an. Seperti itulah sosok papa yang Allah anugrahkan untuk melengkapi hidup yang aku jalani.

Papa adalah lelaki terhebat yang aku miliki, tidak pernah ia menolak jika aku memintanya membelikanku ini dan itu. Ia hanya memintaku bersabar untuk beberapa hari saja lalu meberikan surprise barang yang aku minta. Selalu aku tanamkan rasa ingin membuatnya bangga kepadaku  karena  prestasiku. Meskipun begitu papa tidak pernah mencekamku untuk berprestasi, aku tahu papa sangat menginginkan aku  meraih prestasi tetapi karena rasa sayangnya kepadaku ia hanya selalu berkata lembut dan menasehatiku penuh kasih sayangnya.

Ada satu hal yang ingin aku persembahkan untuk papa, aku sangat ingin menjadi seorang hafidzah namun itu adalah impianku yang tertunda hingga saat ini. Aku ingin melanjutkan sekolahku di pesantren saja, tapi papa menginginkanku sekolah di Menengah atas pilihannya. Aku pun turut pada keinginannya sekali lagi aku ingin ia terus bahagia aku tidak ingin ia merasa kehilangan aku, karena aku membantahnya.

Meskipun sedikit mendongkol, tapi pada akhirnya aku bisa berbaur dalam lingkungan SMA hingga akhirnya aku sangat menyukai rutinitas sekolahku. Bersekolah di pagi hari, lalu sore hari ikut bakti social di pekarangan sekolah dan masih banyak lagi. Alhamdulillah pada penerimaan raport untuk pertama kalinya di bangku SMAku aku meraih juara kelas lagi. Hingga pada semester tigaku aku jatuh sakit, mungkin sekitar satu semester lamanya. Yaah, prestasiku anjlok aku tidak lagi menjadi juara kelas.

Aku sering mendapat cibiran, entahlah saat itu aku baru mengerti apa arti “orang-orang yang berprestasi”. Aku sedih sekali, aku tidak bisa menjadi diriku yang sangat dibanggakan papa. Aku marah, aku tidak bisa menerima semua kekalahanku. Aku meronta dan menjerit dalam nurani hatiku. Bahkan aku tak suka sekolahku aku sangat frustasi dengan semua itu.

Qadarullah, semua terjadi asbab Allah. Aku mengawali langkahku, mengejar ketertinggalanku. Kembali sosok lelaki terhebatku selalu ada disampingku menopang kesedihanku dan menjadi penyejuk hatiku. Pada akhirnya kembali aku terpilih masuk di kelas unggulan di masa kelas 3 SMAku. Ini sedikit memberi kelegahan bagiku, dalam satu kelas itu dihimpun yang terbaik diantara yang terbaik.

Bersaing secara sehat dan Alhamdulillah di akhir masa aku terpilih menempati angka 10 umum. Masya Allah, betapa rasa ini sangat bahagia  aku tersenyum bangga ketika itu. Walaupun itu hanya 10 umum tapi setidaknya aku berpeluang mengikuti program beasiswa Bidikmisi. Oh yaa, urutan ke 20 di kelasku ternyata  memiliki nilai tertinggi jika dibandingkan dengan dua kelas IPA lainnya.

Menyelesaikan bangku SMAku dan menyelesaikan kursus computer dan bahasa inggris yang  aku ikuti. Lalu sibuk mempersiapkan kuliahku. Aku bisa bertahan hingga saat ini itu karena papa, ia tak pernah lelah menghadapiku yang terkadang terlalu manja dan egois ini. Segala puji bagi Allah yang menganugrahkanku seorang papa yang sangat menyayangiku. Aku bangga memilikimu pa.. aku sangat bahagia bisa menjadi anakmu, semoga kelak aku berhasil menghadiahkan jubbah kemuliaan untukmu di Jannahnya yang tertinggi.

Suasa dan impian hatiku adalah seperti ini. Sungguh kebahagiaan yang sebenarnya adalah ketika kita kembali berkumpul bersama di jannahNya. “Dan tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan “ah” dan janganlah engkau membentak kedua-duanya dan ucapkanlah kepada kedua-duanya perkataan yang baik.”

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah “”wahai tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Qs. Al-Isra’ : 23-24)

 

*SEKIAN*

Tags: romance

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Heartbeat
245      195     1     
Romance
Jika kau kembali bertemu dengan seseorang setelah lima tahun berpisah, bukankah itu pertanda? Bagi Jian, perjumpaan dengan Aksa setelah lima tahun adalah sebuah isyarat. Tanda bahwa gadis itu berhak memperjuangkan kembali cintanya. Meyakinkan Aksa sekali lagi, bahwa detakan manis yang selalu ia rasakan adalah benar sebuah rasa yang nyata. Lantas, berhasilkah Jian kali ini? Atau sama seper...
What If I Die Tomorrow?
470      308     3     
Short Story
Aku tak suka hidup di dunia ini. Semua penuh basa-basi. Mereka selalu menganggap aku kasat mata, merasa aku adalah hal termenakutkan di semesta ini yang harus dijauhi. Rasa tertekan itu, sungguh membuatku ingin cepat-cepat mati. Hingga suatu hari, bayangan hitam dan kemunculan seorang pria tak dikenal yang bisa masuk begitu saja ke apartemenku membuatku pingsan, mengetahui bahwa dia adalah han...
Secret Elegi
4630      1441     1     
Fan Fiction
Mereka tidak pernah menginginkan ikatan itu, namun kesepakatan diantar dua keluarga membuat keduanya mau tidak mau harus menjalaninya. Aiden berpikir mungkin perjodohan ini merupakan kesempatan kedua baginya untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Menggunakan identitasnya sebagai tunangan untuk memperbaiki kembali hubungan mereka yang sempat hancur. Tapi Eun Ji bukanlah gadis 5 tahun yang l...
Sweet Notes
13387      2892     5     
Romance
Ketika kau membaca ini, jangan berpikiran bahwa semua yang terjadi disini adalah murni dari kisah cintaku. Ini adalah sekumpulan cerita-cerita unik dari teman-teman yang mau berbagi dengan saya. Semua hal yang terjadi adalah langsung dari pengalaman para narasumber. Nama sengaja disamarkan namun setting tempat adalah real. Mohon maaf sesuai perjanjian jalan cerita tidak dijelaskan seperti kisah ...
Frasa Berasa
70593      9191     91     
Romance
Apakah mencintai harus menjadi pesakit? Apakah mencintai harus menjadi gila? Jika iya, maka akan kulakukan semua demi Hartowardojo. Aku seorang gadis yang lahir dan dibesarkan di Batavia. Kekasih hatiku Hartowardojo pergi ke Borneo tahun 1942 karena idealismenya yang bahkan aku tidak mengerti. Apakah aku harus menyusulnya ke Borneo selepas berbulan-bulan kau di sana? Hartowardojo, kau bah...
After Feeling
7163      2577     1     
Romance
Kanaya stres berat. Kehidupannya kacau gara-gara utang mantan ayah tirinya dan pinjaman online. Suatu malam, dia memutuskan untuk bunuh diri. Uang yang baru saja ia pinjam malah lenyap karena sebuah aplikasi penipuan. Saat dia sibuk berkutat dengan pikirannya, seorang pemuda misterius, Vincent Agnito tiba-tiba muncul, terlebih dia menggenggam sebilah pisau di tangannya lalu berkata ingin membunuh...
Rain Murder
2626      731     7     
Mystery
Sebuah pembunuhan yang acak setiap hujan datang. Apakah misteri ini bisa diungkapkan? Apa sebabnya ia melakukannya?
Let Me Go
2835      1192     3     
Romance
Bagi Brian, Soraya hanyalah sebuah ilusi yang menyiksa pikirannya tiap detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun. Soraya hanyalah seseorang yang dapat membuat Brian rela menjadi budak rasa takutnya. Soraya hanyalah bagian dari lembar masa lalunya yang tidak ingin dia kenang. Dua tahun Brian hidup tenang tanpa Soraya menginvasi pikirannya. Sampai hari itu akhirnya tiba, Soraya kem...
The Difference
10037      2339     2     
Romance
Diana, seseorang yang mempunyai nazar untuk berhijab setelah ada seseorang yang mengimami. Lantas siapakah yang akan mengimami Diana? Dion, pacar Diana yang sedang tinggal di Amerika. Davin, sahabat Diana yang selalu berasama Diana, namun berbeda agama.
Da Capo al Fine
802      613     5     
Romance
Bagaimana jika kau bisa mengulang waktu? Maukah kau mengulangi kehidupanmu dari awal? Atau kau lebih memilih tetap pada akhir yang tragis? Meski itu berarti kematian orang yang kau sayangi? Da Capo al Fine = Dari awal sampai akhir