ββββ
"Bu, aku pamit pergi ke ruangan pribadiku dulu yaa..., selamat malam," pamit gadis berpostur miniatur yang rambut pirangnya ia ikat satu dengan pita berwarna merah mudanya.
Klek
Pintu terbuka menampilkan kamar bercat merah muda, dengan meja belajar yang tersusun rapi di samping jendela. Gadis berpostur mini itu melangkah kan kakinya menuju tempat dimana ia dapat menorehkan kata-kata diatas lembaran putih.
Buku hariannya menjadi tempat ternyaman nomer dua ia berbagi kisah setelah pada semesta. Tanpa ada perihal dusta, ia dapat menumpahkan segala isi yang berkecamuk dalam hati dan kepalanya.
Dan, sosok gadis mini itu notabe nya adalah aku.
Hehehe ...., mari kita mulai.
Dear Diary ....
Aku datang untuk melukiskan garisan kata diatas lembaran kosong-mu kembali. Ah you're really my best friend πΌβ¨.
Diary tidak menyangka yaa kita sudah melewati pandemi covid19 ini yang berlangsung selama ± 2-3 tahun an. Terkadang bila kita kembali menjelajah momen yang lalu, aku enggak menyangka diary bisa melewati semuanya.
Badai besar serta lika-liku jalan yang merumitkan itu. Kala momen ketika kehilangan diri sendiri juga ikut terlibatkan.
"Bagaimana ya rek kalo libur selama satu tahun itu diberlakukan? Ah seketika indah pasti duniaku," celetuk ia, si gadis berkerudung.
"Ah jangan ngaco toh kamu! imposible mah," Jawab salah satu dari kami.
Shit! rasanya mau nangis aja toh diary mengingat peristiwa itu.
Ini kenapa doaku sepertinya terdengar oleh semesta yaa? Pasalnya jika aku ingat-ingat selepas aku dan tiga sahabat karibku berujar seperti diatas, Mengapa dunia bergerak seperti apa yang keempat anak manusia itu imajinasikan?
Fix ucapan adalah doa toh, falid no debat :D
Siaran dari Pemerintah mengenai belajar melalui daring atau biasa diartikan, metode pembelajaran dari rumah. Dimulai sejak satu minggu pada bulan Maret tahun 2020 lalu. awalnya edisi senangnya dalam hati diary. Mwehehe ....
Siapa juga toh yang tak suka dengan hari libur? Dalam kamus besar pikiran ini, daring sama dengan Liburan mah!
wkwkwk ....
Waktu terus berjalan, pasien yang terdeteksi virus ini kian membanyak diary. Jutaan jiwa berguguran menjadi korban.
Berita duka ada di seluruh penjuru negri. Isak pilu ramai terdengar. Berita mengenai perpanjangan daring pun diumumkan.
Semasa tagar #dirumahsaja disebar luaskan, seru sekali diary rasanya! Seperti liburan-liburan pada umumnya. Aku bisa rebahan dengan setia diatas kasur kesayangan, membantu Ibu memotong bawang kebanggaan indonesia raya (merah-putih), beratraksi suara bersama Bapak dan Saudara laki-laki ku. Dan yang terakhir paling number one mah bisa haluin bias 24 jam non-stop. Mwehehe, kamu tahu toh diary saya ini army garis keras! π
(Army= Nama penggemar dari vokal grup negeri gingseng)
Menit terus berjalan diary, perlahan-lahan rasa bosan singgah dalam lubuk jiwa ini mah. Hmm ... Kenapa kok hidup rasanya garing kriuk-kress gini toh, jadi terasa sepi hari-hari?
...
Saat sang surya telah terbit, aku dengan posisi siap terduduk di bangku belajarku diary, didalam kamar. Saudara laki-laki ku, yang notabenya adalah mas kandungku melakukan rutinitas yang sama pula dengan diri. Hanya singgah didalam kamar mungilnya. Hehehe ... kami tak terlalu dekat dulu diary, hanya satu-dua saja terlibat komunikasi.
Covid19 bagai kan peperangan. Seorang musuh yang tak terlihat namun begitu mematikan. Wah, kita mah harus waspada diary.
Dentingan piring tak lagi terdengar. Pertanda sarapan pagi telah usai digelar.
Aku sibuk dengan benda pipih yang ada di genggaman ku diary, bercerita kepada keluarga kecilku mengenai kondisi teman sekolahku yang menjadi salah satu korban virus mengganaskan ini.
"Bapak Ibu kerja dulu yaa Cha. Biar Bapak dan ibu aja yang berjuang ke medan perang, kalian berdua tetap berada di rumah. Buat diri kalian bahagia selama masa genting ini, karna itu yang akan menguatkan imunitas tubuh kalian," titah bapak kala itu.
Bapak selalu memberi pemahaman agar selalu bersyukur dalam masa paceklik ini diary. Karena tuhan masih memberi kesehatan, dan dikaruniai rezeki untuk mengisi perut kala kosong. Walau tak banyak, yang penting cukup toh.
Karena beliau memberiku suatu pengajaran, diluar sana terdapat banyak insan yang terpontang-panting akan masalah kehidupannya. Dimana pandemi covid19 in memberikan pengaruh yang luar biasa besar, terlebih pada sektor perekonomian diary.
"Bahagia itu sederhana sekali, kita dapat mensyukuri apa yang kita miliki saat ini, kita sudah mendapat kebahagiaan."
-Father
....
Juli 2020
Aku yang dulunya pasukan kaum rebahan, mengerjakan tugas sekolah tidak paket komplit juga, kini belajar menjadi rajin diary. Bagaimana tidak waktu terus berjalan juga toh? aku juga sudah menduduki bangku akhir di jenjang sekolah menengah pertama. Impian masuk sekolah negeri mah harus diperjuangkan, biar kelak bisa jadi orang yang berhasil, lalu dapat pergi ke konser oppa tamvan-ku brooπβοΈ.
Ketika sinar mentari meninggi, aku sudah bersiap sigap mulai mengerjakan tugas-tugas sekolah yang telah Bapak Ibu guru berikan diary.
Dari pagi bertemu sore aku baru beranjak meninggalkan meja belajarku mah. Sambil memegangi punggung yang cenat-cenut, aku berjalan tertatih dengan rintihan,
"Aduh penyakit remaja jompo kambuh lagi nih."
Ditahun ini rasanya semuanya masih terasa menyenangkan toh diary. Aku masih sering bercengkrama dengan orang-orang baik yang ada dikelilingku melalui media virtual, tak ragu juga mah tuk berbagi kisah pada mereka. Mereka kerap menuturiku dengan pesan yang baik diary. Salah satunya ialah,
"Sebelum kamu membahagiakan orang-orang yang ada disekitarmu, kamu harus pastikan dulu bahwa kamu benar-benar bahagia. Agar kebahagiaan yang kamu berikan itu bukanlah kebahagiaan yang kosong," ujar salah satu kakak baik yang kala itu singgah di daerah ibu kota diary.
....
Maret 2021
Rasanya semua hal yang membuat rasa bahagia itu terbit dalam relung jiwa itu sirna diary. Aku bagai zombie yang hidup tanpa tujuan. Warna-warni dalam hidup pudar. Hanya tersisa dua warna, putih dan abu-abu.
Kamar pribadi menjadi tempat singgahku diary. Aku merenung sendiri, tenggelam dalam pikiran yang berpetualang tak jelas tak tahu arah.
Bokongku mendarat di sofa hitam ruang tamu dengan tatapan kosong. Genangan air nyaris melintas melewati pipiku diary.
Peristiwa itu disaksikan oleh Ibu. Beliau menegurku agar tidak memasang raut muka sedih lagi dihadapannya. Hehehe ... Bidadari Icha tidak tega melihat diri ini nampak menyedihkan kala itu diary.
"Jangan terlihat sedih, Icha! Berbahagialah," ungkap ibu.
Ah mengingat masa itu membuat bibirku tersenyum kecut. Sangat tidak mengenakkan diary.
Dimana sang mentari yang senantiasa menyinari dunianya?
Mengapa senyum manis itu tenggelam? Dimanakah perginya si sosok ceria?
Damn, I lost myself.
Aku merindukan ketiga sahabat ku di masa SMP. Mereka benar-benar seperti bunga yang membuat hariku menjadi indah diary. Tiada hari yang tanpa dihabiskan dengan gelakan tawa bersama mereka. Ada saja pembicaraan random yang menorehkan memori indah tak terlupakan dalam ingatan ini.
"Neomu bogoshipda chinggu."
(Aku sangat merindukanmu, sobat)
Hampa jiwa ini diary. Aku tidak bisa mah sendirian seperti ini dalam jangka waktu yang lama.
Namun inilah yang terbaik. Situasi saat itu benar-benar genting juga toh? Lebih-lebih lagi bulan ketujuh, tak sedikit siaran duka menggema di bumi Indonesia. Jutaan jiwa pergi menghadap sang pencipta, menyisakan isak pilu keluarga.
....
Langit berubah warna menjadi jingga.
Bapakku terduduk dengan wajah tegar didepan televisi ruang keluarga.
"Cha ambilkan bapak asbak itu!" titah bapak kepadaku.
Aku hanya mengangguk, menuruti permintaan-nya.
"Duduk dulu."
Aku pun mendaratkan bokongku pada lantai yang sudah tersapu bersih, menyimak nasehat yang hendak bapak sampaikan kepadaku sore itu.
"Nanti sampaikan ke mas-mu juga yaa." Lagi, aku mengangguk.
"Nenek sudah tiada,"
Deg. Rasanya seperti jantungku terhantam oleh benda keras diary. Yaallah, ini beneran?
"Inalilahi wa innalihi rojiun. Kapan bapak?" tanyaku dengan suara yang bergetar. Aku sebisa mungkin menahan benih crytal ini agar tidak luruh melintasi pipi diary.
"Sore tadi."
Kulihat netra bapak tetap tegar diary. Aku bisa merasakan, batinnya seakan menjerit menyaksikkan garisan takdir yang telah semesta tulis untuk beliau. Bapak memang pria kuat diary, beliau tak ingin menitikkan benih air didepan makhluk ciptaan tuhan.
Kehilangan kedua orangtua dalam waktu dekat bukanlah perihal mudah tuk dilalui bukan? Namun pria itu selalu berujar padaku bahwa dirinya baik-baik saja.
"Bapak laki-laki cha, harus selalu kuat. Tidak boleh menangis," ujarnya di suatu momen.
Aih bapak ini, padahal tiada hukum yang menuangkan hal itu toh. Seluruh makhluk tuhan memiliki hak untuk menangis, baik laki-laki maupun lawan jenisnya.
Kita boleh menangis toh diary apabila dunia kita sedang tak baik. Namun tentulah kita tak boleh terlalu larut dalam kesedihan, karena bahagia akan selalu datang selepas hujan.
Kakekku meninggalkan dunia di bulan pertama di tahun 2021 diary. Tepat di bulan ketujuhnya di tahun yang sama pula, istrinya turut menjemput diary. Duka dan kesedihan bercampur menjadi satu. Yaallah secepat ini?
"Kamu tahu cha tidak ada yang abadi didunia, semua akan kembali menghadap kepada sang pencipta."
Bapak membuka pembicaraan kala latihan atraksi suara kami sudah selesai diary.
Aku diam, memperhatikan beliau melanjutkan kalimatnya.
"Contohnya seperti Alm. Mbah kong sama Almh nenek kamu toh, kita semua pasti akan kembali menghadap Allah,"
Aku tetap diam, tak mau menyela nasihatnya. Kakakku dengan gitar coklat yang duduk manis dipangkuannya, mencoba memperhatikan tutur kata bapak juga malam itu.
"Jadi pesan bapak, hidup hanya sekali di dunia ini. Teramat rugi apabila kalian berdua tidak berbuat sesuatu yang dapat berguna dan bermanfaat bagi diri kalian sendiri. Jangan takut untuk memulai sesuatu, gagal itu pasti. Namun gagal adalah suatu kesuksesan yang tertunda toh,"
Bapak menghela nafas, melanjutkan kalimatnya.
"Malu itu adalah hal yang baik. Namun apabila kalian hendak berbuat kebaikan, seperti mengejar cita-cita mu, selama itu hal yang baik dan tidak merugikan orang lain, malu nya itu jangan dipakai yaa. Malu kamu dipergunakan ketika hendak berbuat dosa, malu dengan tuhan. Malu bila merugikan orang lain, malu
apabila tindakan kita dapat mengecewakan orangtua."
"Namun apabila itu menyangkut kebaikan dan impian baikmu, malu nya disimpan dulu yaa," pungkas beliau.
Aku tertegun mendengar nasihat bapak malam itu diary. Ah beliau memang sang motivator terbaik sepanjang hidup gadis mini ini mah diary! π Semoga dapat menginspirasi para readers yang tengah menyimak pembicaraan kita kali ini jugaa yaa.
Mari amin-kan bersama mah diaryπ€².
....
Nyatanya kehidupan ini tidaklah abadi toh diary, pesan bapak. Beliau memberiku pemahaman bahwasan-nya dunia ini adalah tempat kita untuk memilih, mau bahagia selamanya atau sengsara di pungkas cerita?
pilihan itu ada di genggaman kita mah.
Jika dalam benak kita memilih bahagia hingga ke negri keabadian, maka kita mulai belajar dari sekarang untuk memperbanyak menabung amalan kebaikan, amalan yang sholeh π. Karena siksaan disana tiada henti juga toh, aliasnya mah abadi.
Hmm ... bener juga ya tutur beliau. Namun diri ini juga bukanlah orang yang punya hati spek dewa kayak malaikat mah diary. Aku mah sang pendosa yang doyan halu sekali sampai to the bone π. Banyak berlimang dosa dalam diri.
Tapi tidak apa-apa diary, kita coba membenahi diri agar dapat merasakan kebahagiaan juga di negri keabadian. Barangkali besok dapat masuk surga, bisa memesan ke sang penguasa alam raya buat mengirim sosok pangeran berkuda putih berspek jiwa malaikat toh diary.
Mwehehehe ...
So semangat broo!! πβοΈ
Rasa kesepian dalam tiap detik waktuku, perlahan pergi diary.
Kini aku merasa ada yang menemani, walau sebenarnya aku hanya seorang diri.
Sepungkas kalimat ini pernah ku dengar dari diri seseorang,
"Janganlah kamu merasa sendiri, sesungguhnya Allah ada bersama kalian."
Warna jingga mewarnai angkasa, aku bergegas menuju loteng rumahku. Mengadah pada langit, dengan lengkungan bibir terangkat keatas.
"Ya allah, hari ini aku seneng banget ...."
Dan mulailah gadis ini merangkai kisah-kisahnya pada tuhan-nya diary. Bagiku bercerita kepada sang pencipta adalah perihal menyenangkan, kita dapat bercerita apa saja secara gamblang. Pokoknya Allah best diary π.
We never walk alone in this world, karena tuhan selalu ada bersama kita. Dan kita belajar bersama untuk menancapkan keyakinan yang begitu kuat dalam ruang hati kita, bahwasannya Tuhan maha melihat, maha mendengar.
So I'm try to not feel lonely again diary ...
(ayat al-qur'an)
....
Covid19 masih terus menetap dibumi diary selama ± 2 tahunan di tahun 2021. Heran sekali aku, kenapa ya kok betah banget di planet ini? Apa dia belum kenyang, padahal dia sudah menghabiskan jutaan ribu nyawa dari berbagai belahan dunia? Aduhai, enggak tahu deh pusing kepala Icha.
Omong-omong aku tiba-tiba mengingat sebuah memori dimana dikala langit sudah memancarkan rona kegelapan, aku mencoba untuk mempelajari teknik atraksi suara diary.
Aku tak mudah, mengatakan aku jatuh cinta~
Sepenggal lirik dari ost soundtrack Film layar lebar
'My heart' aku lantunkan malam itu diary, hingga larut.
Bapak mengungkapkan kekhawatirannya padaku diary, mengenai masa depan kedua turunannya. Mengingat masa pandemi benar-benar sulit untuk mencari pundi-pundi rupiah toh, dan lapangan pekerjaan.
Belajar di rumah rasa seperti tidak sekolah diary, menurut beliau.
"Alangkah baiknya bila mana kalian memanfaatkan kondisi ini untuk mencari potensi yang dititipkan tuhan pada kalian. Bila sudah menemukannya, asah keahlian itu agar dapat berguna kelak di kemudian hari," tutur bapak.
....
Aku termenung di bangku yang sama, dimana aku melukiskan kata di atas lembaran ini diary.
Rasa ketakutan itu berkumpul menjadi satu dalam jiwa.
"Yaallah, seperti Apa diri Icha di sepuluh tahun kedepan?"
I have a dream, sama seperti mereka. Namun Bagaimana jika itu hanya impian belaka, tiada dapat kuwujudkan menjadi realita? Seperti Apa perasaan Ibu bapakku kala melihat putri kecilnya gagal? Ah diary aku sudah banyak merepotkan mereka.
....
Juni 2021
Aku bangkit dari tidurku, mencoba mengumpulkan nyawa kembali khas orang bangun tidur diary. Mencoba menenangkan perasaan yang gundah. My feeling it's not okay diary.
Jalur PPDB telah resmi mengumumkan nama-nama pelajar yang lolos seleksi penerimaan ajaraan baru. Bagai ditampar keras diri ini, ketika aku mengetahui bahwa ukiran nama, Icha Rahmawati, tidak tertera disana diary.
Benih air menggenang di sudut mata. Aku tak main-main, segenap usaha telah kuperjuangkan demi cita-citaku, masuk sekolah negeri. Namun Allah berkehendak lain mah diary.
Bapak yang tengah fokus pada permainan perang yang ada di layar ponselnya, kini mengalihkan pandangannya kepada sosokku yang dirudung pilu kala itu diary.
"Yang terjadi, ya terjadilah. Tidak apa-apa rencana tuhan jauh lebih indah daripada ekspetasi mu."
"Tapi aku tidak bisa masuk negeri pak, hiks," sesalku diary.
Beliau tersenyum.
"Mungkin tuhan hendak memberikanmu kejutan yang indah, yang tak pernah kau duga sebelumnya. Tetap berprasangka baik sama tuhan, selebihnya ikhlas."
....
Dengan sepeda mini merah peninggalan alm. mbah kong, aku menggayuh menuju bangunan besar itu diary. Tempat baru dimana aku memperoleh ilmu-ilmu.
Dengan langkah penuh semangat, aku menyelusuri tiap koridor-koridor kelas dengan bibir tersenyum, terangkat keatas."Ini adalah masa depanku. Aku akan berjuang juga agar perjuangan Bapak Ibu tidak berakhir sia-sia," ujarku dalam hati diary.
Dan well aku mendapatlan titik berharga-ku dalam menjalani lika-liku kehidupan ini di era pandemi mah diary. Saat ini ragaku berdiri tegap, mencoba menengok kearah belakang, mengingat hal-hal yang berkesan itu.
Momen ketika terjatuh, lantas batin membisik, "Tidak apa-apa, kita coba lagi Icha."
Aku bangkit. Keceriaan yang sempat memudar dalam diriku, ternyata ada makna yang tersirat mengenai kebaikan sang pencipta. Benarlah kata orang diary, bahwa setiap kejadian pasti ada hikmahnya toh.
Bukan pula bualan semata diary, perkataan bapak. Tuhan maha benar toh mengirimkan hadiah indah dalam kehidupanku saat ini.
Kamu tahu sekalipun meniti jalan ini tak semulus jalanan aspal yang kini sudah direnovasi, aku dipertemukan oleh orang-orang baik diary.
Aku dapat bercengkrama dengan teman-teman yang baik, menemukan insan yang bertujuan sama denganku, dan mendapatkan motivasi indah dari pengajar-pengajar yang memiliki hati yang lembut diary.
Tak pernah terbesit dibenak. Kabar baik yang mengejutkan jiwa raga ini ialah, wali kelas-ku adalah seorang pengaggum oppa sama dengan-ku juga toh diary. Omo Jinjja?! (Astaga, benarkah?!)
"Ibu army?", tanyaku suatu hari di salah satu aplikasi chat diary.
She say, "Yes." (Dia berkata, "Iya").
Ibu-nya menyiarkan bahwa
Kim Seokjin Oppa adalah future husband-nya.
Asiap diary, hayuklah bu kita menerbitkan kapal haluan bersama IchaβοΈ.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui."
(Q.S Al-Baqarah[2]:216)
Skenario tuhan memang tidak bisa kita tebak ya diary, selalu datang mengejutkan namun senantiasa berujung kebahagiaan di pungkas cerita.
Titik berharga di era pandemi ini, mengajarkan diri mengenai sebuah arti, bahwa kehidupan ini adalah sebuah perjuangan.
Terimakasih diary, kalau begitu Selamat malam π.